Namaku Regi, manusia yang tak sengaja dibuat Ayah lewat kamar itu.
Aku baru kelas 1 SMA, dan di saat itulah aku memiliki kekasih pertama bernama Mentari. Seperti namanya, sudah sepantasnya Mentari membuat nyala tempat yang gelap. Sebelum bertemu dengannya, aku berkutat dengan pergaulan bebas yang merusak diri sendiri. Setiap mau bertemu dengannya, aku selalu minta air putih yang telah ia doakan. Aku tahu ini terdengar sedikit “Apaan sih anjir” tapi itulah yang terjadi.
Di hari menjelang ulang tahunnya yang ke-19, aku mencoba memberanikan diri memberi sebuah kado walau itu hanya sekadar balon berbentuk palu yang tidak ada harganya. Kenapa juga harus balon palu? ya gak tahu. Yang terpikir dan mampu kubeli ya cuma itu.
Pukul 7 malam, aku bersama lima temanku datang ke rumah Mentari. Rasa khawatirku berlebihan saat itu. Keringat dingin bercucuran sampai bajuku basah. Sejujurnya aku khawatir ia menganggap aku ini memalukan dan ia kesal dengan tingkahku. Tapi ternyata, tentu saja kekhawatiran itu terjadi. Ditambah ngambek pula.
Sejak malam itu, aku dan dia menjadi jauh. Awalnya aku selalu mengantarnya ke sekolah. Namun, itu sudah tidak terjadi lagi. 3 minggu dingin-dinginan seperti itu, aku pun mulai bergerak.
Aku mendatangi rumahnya untuk meminta maaf dan mencoba menyelesaikan semua permasalahannya sampai selesai. Duduklah aku di ruang tamu, dan Mentari yang masih di kamar pun dipanggil Ibu. Begitu melihatku, wajahnya masam sekali. Mirip kuah bakso ketumpahan cuka. Tapi,
Sampai akhirnya, aku memulai pembicaraan dan intinya, akur lah. Hubungan kami berangsur-angsur membaik sampai usia hubungan kami memasuki bulan ke-7.
Tidak ada yang berbeda, aku masih sama, bedanya sekarang aku jadi iseng tipis-tipis. Aku mencoba mendekati seorang perempuan bernama Mulan.
Singkatnya, hubunganku dengan Mulan berjalan tanpa adanya kecurigaan Mentari, tapi karena hal itu, aku dan Mentari menjadi renggang. Kami berdua jadi jarang bertukar kabar sampai bulan ke-9. Huft.
Tiba-tiba, aku melihat seseorang mem-posting foto Mentari di media sosial. Setelah dicari tahu, ternyata orang itu mantannya Mentari. Yah mau gimana lagi?
Aku akhirnya menanyakan hal itu ke Mentari dengan gaya marah anak SMK –tapi gak bawa celurit ya.
“Iya dia mantanku, tapi kan udah lama sebelum aku ketemu kamu. Aku juga gak tau kenapa dia posting foto aku.”
Yang padahal, sebulan kemudian dia memutuskan hubungan denganku dan memilih mantannya (yang tempo hari mem-posting wajahnya) arrrggghh!
Hari-hariku sekarang menjadi muram karena tak ada lagi Mentari dan air doa dalam hidupku.