There was Noises, There was Cold Driven Snow
Kata-kata memanjat dinding. Dunia terbuka dan dunia tertutup, dada merayap-rayap menjadi bukit lumut, menjadi salju-salju matahari. Menjadi menu makan malam. Menjadi taxi. Menjadi lampu kota dan kebisingannya. Menjadi monitor 24 inci. Menjadi aku menjadi kamu menjadi apapun setelahnya. Menjadi hal-hal rumit yang kita hindari setiap hari.
Barorka, Juli 2024
Colour My Life with The Chaos of Trouble
Jauh dalam dirimu
Seorang anak laki berlutut mengais kaca
Merapal nama hutan Cordoba, uh sepagi ini.
Mengubur diri jauh di kedalaman hutan
Akar rimba dan semak belukar
Daerah asing di mana diriku menghisap debu Madrid bersama Lorca. Menulis langit dalam lidah sungai Correos. Kau kan hidup di pohon raksasa bersama mitos peri dan Ayahuasca juga grafik dari Petenera! Lari dalam sajak tentang gitar tanpa Dylan!
Oh tak lupa, Dario menembus ke batas panggung Hispanik. Keindahan membeku dalam sajak Gongora. Bahasa lahir setelah Carvantes hadir
melalui penyamun sampah pagi hari.
Gonzalo de Barco sampai Archpriest dari Hita
Bahasa menjadi genitalia terbakar di jalan sempit Quevedo. Rak buku demam tinggi di Perancis, Inggris, Italia. Chacuer menuang anggur bulan dalam gelas Rabelais, dari zaman Petrarch hingga memahat zamrud di batu sungai purba, namun tetap membakar habis porselen tubuhnya.
Apakah kamu berpikir, kalau kritikus juga harus rakus terhadap derita? Whitman memotong Manhattan tanpa gugur senja, tanpa melihat lampu kota yang beku menjadi cair lalu terekspos perkampungan kumuh. Penyair bersetubuh dengan segala sarapan pagi hari, memotong tomat dengan bahasa, memasak batu bata, ini pisau untukmu Lautreamont, kematian tak membawamu ke Paris. Kakimu putus asa, kata katamu digerinda, dilempar ke laut, dikandung bulan sabit, siluet anjing menyeringai di jendela, menunggu waktu yang tepat untuk melepas keputusasaan lain; penyair belajar bagaimana cara menggulung lengan baju – Horace, Ovid, Lucretius tanda bahasa membuat alif melepas kucing dari sarangnya. Oh, bakar aku dalam neraka kapal-kapal perangmu, dalam bahasa rempah-rempah itu.
Quevedo, Cervantes, Gongora, Rimbaud; aku menapaki jalan sunyi ini- namun tak satupun udara menggapai suaraku, sudah aku lihat rumah sakit di Merseille di mana kau menamai puisi seperti mengoleksi kerang laut, karena Burroughs meminta kita bernyanyi, hanya bernyanyi.
Mari kita sudahi percakapan ini
Karena pohon api bukan sekedar metafora.
Ia berjatuhan di kepala merayap di kaki bulan, menjadi semut api, menjadi bintang mati, merayap dinding buta, membaca jerit hewan terluka, berkubang tanah menjadi tahi.
Jadi siapa kau kali ini?
Hamlet begini manja juga seorang pandir.
Yeats, Ginsberg, woi sinting lo ga join dimari!
Please have a seat.
Ada dandelion di meja, taring babi, spektra api, schnitzel di kulkas, rokok kretek di lemari.
Sebelum daily task melemparmu ke jurang neraka lain, pastikan ada seorang yang benar benar memanggil namamu lain kali!
Barorka, Juli 2024
Malam ini Kutelan Rembulan, Ugh Sangat Berat
Karena ada propaganda cinta yang tak pernah usei apakah bisa kau letakkan bayangan mu
pada lampu jalan itu, semenjak 1900 sekian
menjadi menu makan malam yang kita miliki.
Jahe, beras kencur, sereh, kayu manis, cengkeh, seroja, gugur bulan, tanah basah, gudeg ceker, kemenyan, bau debu di udara, sarang laba laba, sayur kangkung, sayur lodeh, ati ampela, mas mas Jawa dalam lukisan 1900 sekian. Instalasi gawat darurat melenggang Vienna hingga Louis Vuiton, setrika merapihkan diri, memijat rokok manis rokok putih, menghisapnya dalam tempo pelan, kota ini mengajariku menunduk, mengajariku kembali memilih tersisih atau disisihkan. Malam juga memanjang dalam lagu itu, Sam Saimun dan P.Ramlee! O! Getaran jiwa melanda hatiku yang sepi. Di wajahmu kulihat bulan, ku lahap habis dengan anggur juga gelas retak.
Barorka, Agustus 2024
A Typical Modern Life
Mereka menyajikan cafe latte yang so so lah,
tapi kaget juga sih karena mereka memutar
BLACK COUNTRY NEW ROAD
Bukan semacam keheningan yang dipaksakan
Tapi mencoba lepas dari struktur itu keren menurut gue, apalah apalah.
Karena Brioche walnutnya ditaburi gula merah dan kayu manis, membuatku ingin membentuk jazz 5/4 di matanya. Ugh artisan artisan mana menu sarapan pagi ini, kamu mau kamu mau?
Mata lelah dan tubuh sudah menjadi kecoak. Aku rasa tak ingin banyak kulakukan, selain memukul layar 24 inci di depanku. Oh do you want french dressing with herb and garlic? No no,
I want satay and kopyor, some iga bakar okay too! Hm i think the idea of heaven, is just 24 hours dimsum place. “I can’t eat anything deep fried”, but those places would be called tian. Winter melon drink would be called long kiang. If you got fever it’s called lo han. But i want more Stepehen Chow, chew chew, chhhhh the sky is trembling, there’s Sylvia Beach on my pocket. Not french pocket dictionary addiction.
Jah, nyalakan musik ajebajeb aku ingin kota ini bergerak, aku menginginkan suara gasing dalam kepalku keluar, menjadi rodagila yang memutar rumput labia kota ini. Tapi Bjork dan Yorke juga dancer in the dark telah melihat semuanya, bahkan setelah Shelma melihat hidup ini biasa saja, ia memutuskan bunuh diri. Apa yang biasa dari hal serba Mestizzzo. Jika being bichy sekedar identity, its really no fun, at all. Oh kamu mau sundae? Cherry on top? Gula-gula? Karpet turki? Matcha? Matcha cihhhhhhh!!
Cha cha reeeeeal smoth M’ldy!
You want more life than to me, this Ashbery visions and New York fart. Stuck in traffic in a taxicab? Is that typical modern life?
Moonriver oui oui
Nooo!
FEELINGCALLEDLOVE
Semakin sulit aku menemui mu
Di antara segala hipster keisengan kota ini
Kembali memesan mozza whopper dan curly criez! Lunch poems dari O’Hara edisi city lights untukmu, agar tak jatuh menahan beban elevator sendiri.
Aku bersumpah semua ini terjadi di dalam kepala. Karena in the spark of contingency dan intensity, sometimes life could be suffocating. Under the juniper skies, we imitating what once called as love. And i no longer write this poems from this hardly breathing toxic air. You wrap turban around my neck, burning my veins, transport the taste of your past into mine. afterwhile, we melted this matahari this ra ra ra into medieval furnaces, and the heat between our skin turned to liquid metal. But at least they played BCNR dan itu sudah sangat worth it. MUNGKIN there is a line between Françoise Hardy and Toeti Heraty, tralala trilili i dont think they will sing to me. Ok sekian. Let’s do an interview with Kho Ping Hoo, “Being a Chinese descendant in this country during Soeharto rules is hard. And that is why, with the wisdom of Chinese teaching, I try to inform people we human are all the same”.
How many times people see Ping Hoo works as lame and corny? “Look at how people used to think Abdullah Harahap books are bad, but now you can see hipsters go to Blok M Square underground to find his books”. Can you dig it?
Sluman slumun slamet teman-teman
LA VITA NUOVA!
Bentuk kembali dinginnya waktu.
Because we already witnessed this country burned dozens of times, and we will watch it burned forevermore.
Puisque vous partez en voyage.
And for the big typical modern life,
I have prepared my tissue.
Oui oui, I hope this time
I will not get reincarnated as Indonesian people.
I will putting my third-culture shoulder to the wheel.
Barorka, Agustus 2024