Segala Hal dari Harry Potter yang Relate dengan Kehidupan Kita

Arini

Beberapa hari saya terbaring lemah di rumah sakit. Kesepian, sendiri, lapar karena selalu disuruh puasa,

https://id.pinterest.com/pin/93590498498312339/

Beberapa hari saya terbaring lemah di rumah sakit. Kesepian, sendiri, lapar karena selalu disuruh puasa, dan tidak berdaya.Bukannya berdoa, di waktu-waktu seperti itu saya malah sempet-sempetnya nyantol-nyantolin wifi. Berharap dengan mengisi 12345678 di kolom passwordnya bisa menghindari kejenuhan saya dan menghindari Farid marahin saya karena saya selalu “gak punya kuota di luar”.Beruntung sekali ada wifi gratis di RS Swasta depan Gudang Bata di Purwakarta itu. Saya acungi jempol. Gak lucu kan kalau tiba-tiba viral di berita:

Inilah Sosok Istri Nicholas Saputra yang Gak Pernah Beli Kuota! Betapa kasihan suami saya yang tampan itu. Streaming lah saya Harry Potter dari film pertama-terakhir. Ada beberapa point yang di tengah-tengah kesakitan saya masih saya pikirin.

1. Sosok Hero selalu Karakter yang “Gak Pernah Mau jadi Hero.”

Sosok hero di beberapa film emang nunjukkin bahwa “The Real Hero” atau “The Chosen One” gak pernah berniat jadi “Si Paling.” Kalau berniat jadi “Si Paling”, ya jadilah sosok jahat terkuat, contohnya ya Voldemort ini. Pernah bayangin gak kalau akhirnya Harry Potter yang jadi Voldemort? Kan ngerusak banget, ya. Di real-life juga kan gak mungkin Jojon Pistol membelah jiwanya jadi 7 supaya susah dibunuh dan hidup abadi. Jojon mah, ada duit buat nonton sama cewek aja saya yakin udah sangat bersyukur dia. Makanya teh, sosok-sosok kuat dan ‘jahat’ kaya Voldemort atau Raja Api Ozai digambarkan sebagai orang yang kufur nikmat, penuh iri-dengki, ambisius, gak mau orang lain lebih hebat daripada dia. Wah mirip sekali wakil rakyat negeri Wakanda yang suka matiin mic orang pas lagi ngomong, yah. Gak mau kan kamu jadi sosok Voldemort di universemu sendiri? Atau mau? Ah terserah deng.

2. Perlawanan Selalu Ada

Dumbledore’s Army contohnya. Segelap apapun sebuah masa, akan selalu ada kolektif perlawanan yang bergerak di bawah tanah. Merapatkan barisan, memperkuat pertahanan, ~anjay. Terlepas dari apapun maksudnya, mereka yang benar-benar punya niat murni pasti akan melawan. Mempersiapkan amunisi buat dipakai perang nanti, semacam pergerakan yang sampai membawa reformasi itu, loh.

3. Institusi Pendidikan selalu Terlibat

Sebagian besar film (film ya bukan buku) berlatar belakang di Hogwarts, bahkan perangnya aja di Hogwarts coba. Kebayang gak kalau Voldemort alumni kampus top Indonesia contohnya ITB atau UI atau Akademi-Akademi Punya Negara dan ingin menguasai Indonesia? Widihhh misalnya loh ya. Ada alumni juga yang kerja di DPR misal, terus jadi ada di pihak Voldemort gitu, mengesahkan izin-izin dan lain-lain dengan mudah ehe. Yeh. Misalnya kan? Ya lucu aja gak sih kalau sebetulnya Voldemort sudah ada di dalam universe kita sendiri? Dengan segala kemiripan dan ke-relate-an yang gak bisa ditampik juga. Di situ lah saya berpikir, mungkin Farid akan mencetak Quibblers sebagaimana Luna Lovegood mencetak koran yang berlawanan dengan rezim. Tapi saya lebih setuju Farid jadi Harry, sih. Selalu menanggung kesalahan teman-temannya yang goblok seperti saya, misal. Saya sendiri memilih jadi siswa Hogwarts yang suka sebat dan bucin aja dengan pasangan saya. Menghindari segala ketenaran karena saya suka berdua-duaan. Kiww.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/570972059018662171/

Menulis puisi, prosa, melukis, dan bermusik. Buku kumpulan puisinya As Blue As You telah diterbitkan di Pustakaki Press. Juni 2023 telah mengadakan Pameran Tunggal bertajuk A Quarter Century untuk mempertunjukkan hasil lukis sekaligus merayakan kelahiran buku keduanya, Jayanti. Buku ketiga, Notes of The Lost Sheep baru saja diterbitkan.

Related Post

No comments

Leave a Comment