Beberapa hari saya terbaring lemah di rumah sakit. Kesepian, sendiri, lapar karena selalu disuruh puasa, dan tidak berdaya.Bukannya berdoa, di waktu-waktu seperti itu saya malah sempet-sempetnya nyantol-nyantolin wifi. Berharap dengan mengisi 12345678 di kolom passwordnya bisa menghindari kejenuhan saya dan menghindari Farid marahin saya karena saya selalu “gak punya kuota di luar”.Beruntung sekali ada wifi gratis di RS Swasta depan Gudang Bata di Purwakarta itu. Saya acungi jempol. Gak lucu kan kalau tiba-tiba viral di berita:
3. Institusi Pendidikan selalu Terlibat
Sebagian besar film (film ya bukan buku) berlatar belakang di Hogwarts, bahkan perangnya aja di Hogwarts coba. Kebayang gak kalau Voldemort alumni kampus top Indonesia contohnya ITB atau UI atau Akademi-Akademi Punya Negara dan ingin menguasai Indonesia? Widihhh misalnya loh ya. Ada alumni juga yang kerja di DPR misal, terus jadi ada di pihak Voldemort gitu, mengesahkan izin-izin dan lain-lain dengan mudah ehe. Yeh. Misalnya kan? Ya lucu aja gak sih kalau sebetulnya Voldemort sudah ada di dalam universe kita sendiri? Dengan segala kemiripan dan ke-relate-an yang gak bisa ditampik juga. Di situ lah saya berpikir, mungkin Farid akan mencetak Quibblers sebagaimana Luna Lovegood mencetak koran yang berlawanan dengan rezim. Tapi saya lebih setuju Farid jadi Harry, sih. Selalu menanggung kesalahan teman-temannya yang goblok seperti saya, misal. Saya sendiri memilih jadi siswa Hogwarts yang suka sebat dan bucin aja dengan pasangan saya. Menghindari segala ketenaran karena saya suka berdua-duaan. Kiww.
Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/570972059018662171/