Profil Singkat
Hani Lestari adalah anak muda asal Darangdan, Purwakarta, yang aktif di dunia politik sebagai bagian dari tim sukses pasangan Zason di Pilbup Purwakarta. Lahir pada 10 September 2002, Hani memiliki latar pendidikan yang beragam—dari SMK, MA, hingga homeschooling di Bandung—dan pengalaman di komunitas perpustakaan jalanan, “Literasi Trotoar.”
Kesadarannya soal pentingnya politik tumbuh saat terlibat dalam administrasi pileg, sampai akhirnya bergabung dengan timses Zason. Hani terinspirasi oleh komitmen Zason dalam memprioritaskan pendidikan dan berharap program mereka membawa perubahan signifikan di Purwakarta.
Selain politik, Hani lagi giat nih menjadi penulis lepas untuk beberapa aplikasi dan berencana menyelesaikan kuliah, sembari membuka kemungkinan berpolitik di tahun 2029. Mari simak wawancara Nyimpang dengan Hani Lestari.
Bisa diceritakan sedikit, Han, tentang kamu nih?
Okay, nama lengkapku sih Hani Lestari, asal asli teh Darangdan, Purwakarta, dan lahir pas tanggal 10 September 2002.
Wah, masih Gen-Z sih ini itungannya. Aku juga Gen-Z. By the way, apa latar belakang pendidikan atau pengalaman yang membentuk kamu sampe sekarang?
Jadi aku mau cerita nih, latar belakang pendidikan aku sendiri beragam: pertama aku sekolah di SMK, kedua di MA, dan ketiga homeschooling di Bandung. Karena dulu mungkin aku pemikir, dan senang mendapatkan pembelajaran dan pengalaman baru.
Di luar pendidikan formal, aku juga waktu dulu aktif di kegiatan perpustakaan jalanan di Wanayasa. Nama perpustakaan jalanannya tuh “Literasi Trotoar” yang menyediakan buku-buku dari berbagai tema dari mulai novel seperti karya-karya Pram, sampai buku anak-anak.
Yang aku pelajari sih dari berbagai pengalaman aku itu, pola pikir tuh berubah dan berkembang. Sebagai contoh, pas aku masih SMK, aku tuh berjarak banget dengan politik, tapi setelah berjalannya waktu, aku sadar bahwa politik itu penting banget. Soalnya kan situasi di masyarakat, seperti kesejahteraan masyarakat itu, iya ditentukan dari keputusan politik. Jadi aku berpikir, aku mesti melibatkan diri di sini.
Kesadaran aku itu muncul saat momentum pileg (pemilihan legislatif). Aku masuk bagian administrasinya dari awal hingga finalisasi. Terus aku mikir, ohh ternyata politik tuh dinamis dan seru banget iya.
Sibuk banget iya, Han, waktu itu?
Sibuk banget sih, cuman iya ambil hikmahnya aja: aku kan jadi dapet wawasan dan pengalaman baru.
Ngomong-ngomong soal kesadaran politik iya, aku pengen cerita nih. Jadi di lingkungan aku, Karawang, itu ada beberapa Gen-Z, yang apatis sama politik: nganggepnya itu nggak penting. Menurut kamu sendiri gimana tuh?
Menurut aku iya, itu patut disayangkan sih. Peran kita sebagai Gen-Z, itu memilah calon pemimpin dari segi rekam jejak dan program-programnya. Kita tidak bisa apatis dengan kondisi politik, karena semua hal yang ada di masyarakat itu ditentukan oleh keputusan politik.
Bagaimana peran keluarga atau lingkungan Hani memengaruhi keputusan untuk bergabung dengan tim sukses?
Keluarga aku tipe yang terbuka iya. Mereka mendukung sekali aku ada di tim sukses, karena mereka menganggap selagi itu positif dan membuat aku berkembang, kenapa nggak?
Menurutmu, apa hal yang pertama kali menarik perhatianmu terhadap paslon Zason?
Aku menganggap bahwa pendidikan itu suatu hal yang sangat penting iya: memiliki daya jual gitu. Nah, yang ngebikin pertama kali aku tertarik sama Paslon Zason itu karena mereka memiliki program untuk memprioritaskan pendidikan, dan ini bukan sekedar wacana, tapi memang sudah menjadi program yang dijalankan melalui beasiswa PIP PKB Aspirasi.
Jadi harapannya makin banyak anak muda yang menjadi sarjana dan kemudian tingkat sumber daya manusia di Purwakarta itu bisa meningkat iya, Han.
Iyaa, betul.
Apakah ada pengalaman pribadi atau nilai yang membuat kamu ngerasa terpanggil untuk bergabung?
Aku tuh menyakini bahwa kehidupan ini bersifat timbal balik. Aku sendiri penerima beasiswa PIP PKB Aspirasi, jadi aku berkomitmen untuk mendukung paslon Zason supaya makin banyak anak muda yang merasakan manfaatnya.
Bagaimana cerita awal Hani bergabung dalam tim sukses Zason? Apakah melalui undangan, rekomendasi, atau inisiatif sendiri?
Kalau aku mau jawab pertanyaannya, bagaimana awalnya menjadi tim sukses Zason, apakah melalui undangan, rekomendasi, atau inisiatif sendiri, yang pertama karena emang diajak sama Kang Dika, Kang Rijal, sama Pak Agus. Beliau-beliau ini memang adalah senior-senior dan kakak-kakak yang ngajar dari awal gitu.
Terus yang keduanya tuh, inisiatif juga sih, karena aku dibiayai sama aspirasi PKB, jadinya aku harus ada feedback gitu.
Terus pas awalnya tuh jadi tim administrasi pileg 2024, dari mulai rumah sakit sampai pengadilan negeri. Gitu.
Sebagai bagian dari timses, bagaimana pembagian tugas kamu? Apa tuh momen yang paling berkesan?
Momen paling berkesan tuh ketika berkecimpung sama masyarakat langsung, berinteraksi. Mau bagaimana pun, masyarakat selalu mempunyai harapan yang perlu direalisasikan dan diaminkan.
Apa tantangan paling gede yang pernah Hani hadapi selama masa kampanye, baik dari internal tim maupun masyarakat?
Serangan secara personal dari pihak luar, mungkin karena aku masih muda udah berpolitik hehehe.
Dari perspektif Hani, apa hal yang paling menonjol dari Zason sampai patut didukung supaya menjadi pemimpin dan wakil pemimpin Purwakarta?
Karena aku pendukungnya no. 4, aku suka ketika Zason mengupayakan pendidikan dan itu bukan hanya isapan jempol semata. Sudah ada yang direalisasikan, dan itu sudah bagian dari janji yang nyata.
Kesan kamu gimana sama cara Paslon Zason berkomunikasi sama masyarakat?
Zason selalu berkomunikasi dengan hati ke hati. Dalam artian diskusiannya nyambung, mendengarkan secara baik keluh kesah masyarakat, dan tidak menyekat dan tidak membeda-bedakan.
Apa yang menurut Hani membedakan timses Zason dari tim kandidat lain di Pilbup Purwakarta?
Well, aku merasa timses Zason mempunyai integritas yang nyata, mempunyai visi-misi yang nyata, yang selaras dengan visi-misi pak cabup/cawabup. Jadinya timses bukan hanya menjual nama calon, tapi kita berkomitmen untuk menyebarluaskan visi-misinya.
Dari pengalaman selama ini, apa pelajaran terbesar yang Hani dapetin dalam dunia politik atau kampanye?
Pengalaman terbesarku, adalah bahwa politik tidak sesederhana yang dilihat. Ada dinamika, perubahan yang nyata, yang bakal mengubah kebijakan setiap kita menentukan pilihan perihal siapa yang layak untuk memimpin Purwakarta ini.
Kalo ada kesempatan untuk mengulang, apa ada tuh hal yang ingin Hani lakukan berbeda dengan tim ini?
Tidak ada. Aku tetap akan memilih menjadi bagian dari tim Pak Zainal dan Pak Sona.
Apa harapan Hani terhadap Zason jika kelak mereka terpilih sebagai pemimpin?
Aku berharap, semoga Zason mampu membawa perubahan yang signifikan, yang realitis untuk warga purwakarta, dari mulai segi ekonomi, pendidikan, maupun dari aspek lainnya.
Pas Pilkada udah kelar nih, apakah Hani berencana melanjutkan karier di dunia politik atau ada cita-cita lain?
Setelah pilkada selesai, selain menyelesaikan kuliah, aku juga akan tetap aktif menjadi penulis lepas untuk beberapa aplikasi. Mungkin aku bakal fokus sama apa yang sedang aku jalani. Perihal untuk karier di dunia politik, aku belum memikirkannya secara matang. Tapi, yah kita lihat nanti tahun 2029, wkwkwk!
Adakah cerita seru atau lucu selama masa kampanye yang ingin Hani bagiiin?
Banyak, bingung mau ceritain yang manaaa.
Jika Hani harus menjelaskan pasangan Zason dalam tiga kata atau kurang kepada generasi muda, apa yang akan Hani katakan?
Nyantri, nyakola, nyatria.
Nuhun, Han, untuk wawancaranya yang berharga.
Sami-sami.