Kalau ada yang bilang Harimau Sumatra itu buas dan harus dijauhi, Novi Fani Rovika atau biasa disapa Novi justru punya pemikiran beda. Buatnya, Harimau Sumatra bukan cuma makhluk liar, tapi juga bagian dari budaya dan ekosistem yang harus dijaga. Lewat Sumatra Wild Adventure, dia mendedikasikan hidupnya buat melindungi harimau dengan cara yang unik: menghubungkan konservasi sama budaya Minangkabau.
Dari Orangutan ke Harimau
Sebelum sibuk sama harimau, Novi awalnya lebih banyak ngurusin orangutan. Tapi sejak 2024, dia memutuskan fokus penuh di perlindungan Harimau Sumatra. Perjalanannya dimulai dari kejadian di Agam tahun 2018, ketika seekor harimau terjerat dan harus dievakuasi.
Dari situ, Novi sadar kalau konflik manusia dan harimau bukan cuma soal ruang hidup yang makin sempit, tapi juga cara pandang masyarakat. Banyak yang nganggep harimau sebagai ancaman, padahal sebenarnya mereka bisa hidup berdampingan sama manusia.
Dari pengalaman itu, Novi menjadi inisiator gerakan #HarimauAdalahMinang. Lewat gerakan ini, Novi dan timnya ngajak masyarakat buat melihat harimau bukan sebagai musuh, tapi sebagai bagian dari budaya Minangkabau. Dia juga terlibat dalam Patroli Anak Nagari, program BKSDA Sumbar yang salah satu misinya adalah memantau perburuan liar Harimau Sumatra.
Selain itu, ada juga inisiatif Kandang Komunal yang dibuat oleh warga sekitar untuk melindungi hewan ternak dari terkaman harimau liar yang lagi berkeliaran—yang mana keberadaannya ikut Novi dukung.
Ketika Harimau Meminta Tolong
Ada satu kejadian yang bikin Novi makin yakin sama perjuangannya. Di Pasaman, pernah ada harimau yang masuk ke pemukiman dan akhirnya mati. Bukan karena dibunuh, tapi karena sempat lemah dan meminta tolong.
Momen itu bikin Novi sadar kalau upaya perlindungan nggak bisa cuma mengandalkan patroli dan penyelamatan—masyarakat juga harus dilibatkan. Banyak orang panik kalau lihat harimau masuk wilayah pemukiman, padahal sebenarnya mereka nggak sedang berburu manusia—tapi, karena habitat mereka semakin sempit.
Makanya, selain patroli desa, Novi bersama timnya aktif ngadain edukasi dan kampanye soal konservasi—menyadarkan bagaimana aktivitas manusia yang eksploitatif itu memiliki andil pada menyempitnya habitat Harimau Sumatra dan membuatnya memasuki wilayah pemukiman.
Ketemu Harimau dari Dekat
Dari sekian banyak pengalaman, salah satu yang paling berkesan buat Novi adalah saat dia menatap mata harimau dari jarak super dekat. Waktu itu, harimaunya ada di kandang setelah dievakuasi.
“Takut digigit nggak?” tanya orang-orang.
Novi cuma ketawa, “Nggak sih, soalnya harimaunya di kandang. Tapi aku kasihan lihat dia dikurung gitu.”
Momen eye contact itu amat berkesan buat Novi. Dari situ, dia janji buat melindungi Harimau Sumatra seumur hidupnya.
Perjuangannya nggak cuma di lapangan, tapi juga lewat edukasi dan kampanye perlindungan Harimau Sumatra di media sosial.
Selain itu, Novi bahkan sampai bikin merchandise bertema Harimau Sumatra biar pesannya bisa nyampe dengan cara yang lebih santai dan kekinian.
Perjuangan dalam Perlindungan Harimau
Melindungi satwa liar jelas nggak gampang. Salah satu tantangan terbesar yang Novi hadapi datang dari sistem, kepekaan anak muda, dan penegakan hukum.
Komunikasi sama pemerintah sering ribet, dan anak muda lebih banyak terpapar budaya hiburan instan ketimbang isu konservasi. Ditambah lagi, penegakan hukum buat perlindungan satwa liar masih kurang tegas.
Meski begitu, Novi tetap optimis. Menurutnya, dengan kampanye penyadaran yang gencar, makin banyak anak muda yang berpeluang jadi champions di bidang konservasi.
Buat yang pengen ikut berkontribusi, nggak harus terjun langsung ke hutan. Novi bilang, dukungan bisa datang dalam berbagai bentuk: seperti menjadi relawan yang membuat kampanye di media sosial, dan berhenti menjadi konsumtif di produk sawit.
Contoh tentang sawit deh. Permintaan sawit yang tinggi bikin banyak hutan ditebang buat perkebunan, yang otomatis mengancam habitat Harimau Sumatra. Alhasil kalau kita berhenti konsumtif pada produk sawit, maka kita berkontribusi juga pada terjaganya habitat Harimau Sumatra.
Di akhir obrolan, Novi berbagi harapannya: semoga #HarimauAdalahMinang bisa terus berkembang, menekan laju deforestasi, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan tetap independen dalam perjuangannya. Karena buatnya, Harimau Sumatra bukan sekadar hewan, tapi satwa yang kelangsungannya harus kita jaga bareng-bareng dari kepunahan.