Profil Singkat
Bobby Fahmi Farhanudin, atau yang lebih dikenal sebagai Bobby Han, adalah seorang seniman sketsa realisme asal Karawang. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan minat dalam seni menggambar, tetapi baru mulai menekuni dunia sketsa secara serius pada 2015-2016. Dengan teknik realisme hitam putih yang khas, ia telah menghasilkan berbagai karya, termasuk sketsa figur publik seperti Sule dan Narji, serta karya yang telah dikirim ke berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Turki, Spanyol, dan Jepang.
Saat ini, Bobby Han aktif berkolaborasi dengan komunitas seni dan merupakan bagian dari Ekraf Subsektor Seni Rupa di Karawang.
Dukungan dari istrinya menjadi faktor utama yang membuat Bobby mantap berkarier di dunia sketsa.
Bagi Bobby Han, menggambar bukan hanya soal bakat, tetapi juga soal minat dan dedikasi. Mari simak wawancara Nyimpang dengan Bobby Han di bawah ini:
Halo, boleh cerita sedikit nih tentang Kang Bobby?
Nama saya Bobby Fahmi Farhanudin, biasanya dipanggil Bobby Han. Saya lahir dan besar di Cikampek, sekarang tinggal di Karangjaya, Tirtamulya, Karawang. Saya lahir pada 19 November 1993. Pendidikan terakhir saya adalah Sarjana Administrasi dari Institut STIAMI, jurusan Administrasi Bisnis. Saya menggabungkan hobi di bidang seni dengan ilmu bisnis yang saya pelajari. Hehehe.
Keseharian biasanya ngapain aja?
Selain menggambar, saya juga sering berkolaborasi dengan seniman lain, kumpul-kumpul, dan berbagi ilmu. Saya juga anggota Ekraf Subsektor Seni Rupa di Karawang. Saat ini, saya sedang aktif berkolaborasi dalam proyek Segitiga Beda, yang bertujuan memperluas jangkauan karya saya dan teman-teman seniman lainnya.
Sejak kapan mulai tertarik dengan dunia sketsa dan gimana awalnya belajar?
Saya sudah suka menggambar sejak kecil, mungkin sekitar awal 2000-an ketika masih SD. Awalnya hanya sekadar hobi, tapi seiring waktu saya semakin mendalaminya. Saya juga pernah mencoba berbagai seni lain, seperti seni musik dan seni pahat, tapi akhirnya merasa paling cocok di sketsa.
Saya mulai serius menekuni sketsa sekitar tahun 2015–2016, sambil bekerja di sebuah perusahaan. Untuk menggambar realistis, saya banyak berlatih mengamati bentuk objek, mengarsir, dan memahami perspektif cahaya serta garis gelap-terang. Banyak yang bilang saya berbakat, tapi menurut saya, yang lebih penting adalah minat dan usaha. Kalau punya minat kuat, pasti bisa terus belajar dan berkembang.
Dulu, saya juga membuat karya papan cukil sejak SMA, tapi sekarang lebih fokus ke sketsa karena bahan untuk papan cukil cukup sulit ditemukan.
Apa yang bikin Kang Bobby mantap terjun ke dunia sketsa?
Dukungan dari istri saya. Awalnya saya ragu karena hidup dari karya seni itu tidak mudah. Tapi istri saya meyakinkan saya bahwa saya punya kemampuan dan selama ini sudah mendapatkan penghasilan dari sketsa. Kami pun berdiskusi panjang sebelum saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan dan fokus menggambar.
Sekarang, meskipun sudah tidak bekerja kantoran, saya merasa puas secara batin karena bisa menekuni hal yang saya sukai.
Kang Bobby pernah menggambar Narji dan Sule, bahkan sampai ketemu langsung. Ceritanya gimana tuh?
Itu bagian dari strategi saya untuk mempromosikan karya. Saya suka stand-up comedy, jadi setiap kali ada acara yang menghadirkan komika favorit saya, saya membuat sketsa mereka sebagai hadiah sekaligus promosi.
Alhamdulillah, tanggapan mereka positif. Sule pernah mengunggah karya saya di Facebook, dan Narji juga membagikannya di media sosialnya. Itu apresiasi yang luar biasa buat saya.
Alhamdulillah juga, saya pernah mendapat pesanan dan mengirim karya ke luar negeri, seperti Amerika, Turki, Spanyol, Jerman, Singapura, dan Jepang. Semua karya itu bergenre realisme. Saya memilih sketsa realisme hitam putih karena menurut saya lebih klasik dan artistik. Hitam putih itu dasar dari segalanya, jadi meskipun hidup kita penuh warna, jangan lupakan hitam putihnya.
Waktu awal berkarier di dunia sketsa, apa tuh paling tantangannya?
Tantangannya masih ada sampai sekarang. Salah satunya, saya belum punya ciri khas yang kuat. Ketika orang melihat karya saya, mereka belum bisa langsung mengenali itu buatan saya, seperti halnya kita bisa langsung mengenali lukisan Van Gogh hanya dari gaya melukisnya.
Gimana cara Kang Bobby mengatasi tantangan itu?
Saya banyak melakukan observasi dan latihan. Dalam dunia bisnis, ada tim R&D yang bertugas mengembangkan produk, nah saya menerapkan konsep serupa dalam berkarya. Saya banyak mengamati seniman lain untuk memahami ciri khas mereka dan mencari inspirasi. Dari situ, saya terus berlatih dan mengembangkan gaya saya sendiri.
Sekarang lagi ada proyek sketsa apa nih? Bisa spill sedikit?
Saat ini saya masih fokus mengerjakan commission dari klien. Belum ada karya personal yang benar-benar saya konsepkan sendiri.
Biasanya, satu sketsa wajah ukuran A4 membutuhkan waktu sekitar 4–6 jam, tergantung kompleksitasnya. Semakin besar bidang gambarnya, semakin lama prosesnya. Tapi ada kepuasan tersendiri setiap kali menyelesaikan karya.
Pernah juga ada klien dari Malang yang menikah dengan orang Bandung. Dia meminta sketsa dengan unsur budaya dari kedua kota itu. Saya melakukan riset dan observasi untuk menghasilkan karya yang punya makna mendalam. Itu adalah proyek dengan bayaran tertinggi yang pernah saya terima, sekitar Rp 8 juta. Biasanya, tarif saya biasanya sekitar Rp 2 juta.
Ke depan, Kang Bobby punya rencana apa di dunia sketsa?
Saya ingin punya satu ruangan khusus yang dipenuhi karya-karya saya. Jadi, ketika saya sudah tidak ada, orang-orang bisa melihat dan mengenang bahwa saya pernah berkarya di dunia ini. Saya ingin kalau saya sudah punya anak, anak saya nanti bisa merasakan bahwa karya saya tetap abadi dan bisa mengingat saya lewat itu.
Buat yang pengen jadi seniman sketsa, ada pesan atau saran?
Minat saja sudah cukup! Tapi kalau mau lebih serius, coba cari tahu apa motivasi kalian dalam menggambar. Apakah untuk karier, sekadar hobi, atau ada alasan lain? Kalau sudah punya minat, pasti bakal totalitas dan mau terus belajar.
Terakhir, buat yang sudah menikmati dan mengapresiasi karya Kang Bobby, ada pesan khusus?
Terima kasih banyak! Saya sangat menghargai orang-orang yang telah melibatkan karya saya dalam momen-momen penting mereka.