Kamu lahir di tahun 90-an tapi kamu hanya punya sedikit waktu untuk menikmati siaran Lativi sebelum berganti jadi channel TV yang aneh dan gak mutu. Di masa-masa itu ketika kamu bosan nonton, kamu masih bisa ke luar rumah, mengambil ranting dan daun singkong buat dijadikan kalung-kalungan. Lalu kamu hidup 20 tahun kemudian dan kamu baca kalimat ini dari layar komputer kantor:
Setidaknya hingga akhir tahun 90an saya masih sering menjumpai emak-emak di kampung saya yang berkumpul sembari ngobrol santai untuk mengisi waktu luang. Forum santai ini lazimnya disatukan dengan kegiatan super elok yang bernama pétan. Yups, pétan alias mencari kutu rambut yang dilakukan secara berjamaah.
Sedih sedih sedap gitu, kan. Mau lanjut baca ya tapi takut sedih dan ngerasa tua, mau gak dibaca tapi di mana lagi nemu bacaan kayak gini.
Perasaan sedih itu yang dirasakan waktu baca Hidup Cuma Mampir Ngintir karya Rois Pakne Sekar (Pak Rois, begitulah kami memanggilnya). Teman dari Malang yang baru kami kenal Januari 2022 itu untuk pertama kali merilis buku antologi esainya.
Hal pertama yang bikin Minpang salut adalah blio ini umurnya sudah banyak, tapi masih punya semangat berkarya, dan Minpang tahu itu gak gampang terlebih kemarin Pak Rois cerita soal kesehariannya. Kedua, Pak Rois ini family man banget. Selalu membawa istri dan anak-anaknya ke dalam obrolan in a good way ofc. Di dalam tulisannya juga akan kelihatan, kok. Ada beberapa esai dan tulisan soal parenting yang dialami dan dilakukan Pak Rois bersama Istrinya. Ketiga, pokoknya lokal banget! Beliau percaya diri dengan nilai-nilai budaya dan terlihat sangat menghargai itu. Banyak loh cerita beliau soal pengalaman dicengin pakai udheng, dibilang dukun, dan ah macam-macam lah. Keempat, sangat santun dan gak berlagak seperti senior. Ini sih yang bikin Minpang ngerasa segan sama beliau. Meskipun secara karya dan usia Minpang itu di bawah Pak Rois, tapi Pak Rois ini menggunakan gaya komunikasi yang enak didengar.
Oh iya, funfact! Nama Pak Rois ini sebetulnya cuma Rois za, Pakne Sekar itu maknanya bapakne sekar (bapaknya Sekar). Keren, kan.
Secara pribadi, Minpang memang gak kenal bahkan asing sama Pak Rois. Tapi tulisan-tulisan yang ada di Hidup Cuma Mampir Ngintir ini bikin pembacanya merasa dekat dengan beliau. Mungkin karena realita yang dekat dan terlampau relate. Iya, mungkin banyak penulis yang bisa bikin cerita kalau dulu pernah ada aktivitas yang namanya nyari kutu. Tapi kan gak semua penulis bakal menghubungkan hal itu dengan kesehatan mental.
Topik yang dibahas dalam bukunya ini pun kaya dan berlapis. Mulai dari gaya hidup, parenting dan pendidikan, politik, cinta dan rumah tangga, sampai opininya soal bola. Yang terpenting adalah ada 1 kategori yang wah pokoknya lokal dan arif sekali. Kebanyakan esainya lugu, tegas, sesekali bandel, kadang juga rese tapi semuanya bikin senang. Sama seperti judulnya, Hidup Cuma Mampir Ngintir.
“Hidup kan ya ibaratnya kayak main-main aja ya, Teh.” katanya kepada Minpang
Iya, betul. Hidup cuma main-main, mampir ngalir, kadang begini kadang begitu. Tahu-tahu kita sudah lenyap aja, dan apa yang akan dilakukan sebelum lenyap itu? ya Minpang ingin berkarya dan menulis seperti Pak Rois!!!
Untuk Para Penyimpang yang mau tahu Hidup Cuma Mampir Ngintir boleh klik di sini atuh!
Sekali lagi kami mengucapkan selamat ya, Pak Rois! Tetap semangat berkarya!