Cung, yang kuliah di STT Wastukancana dan nongkrongnya di Warung Madam?!
Kalau kalian kuliah di STT Wastukancana, rasanya tidak sahih kalau gak pernah nongkrong di Warung Madam. Anjayz basa-basi tea! Tapi memang betul, warung ini kaya comfort zone-nya mahasiswa STT. Wastukancana. Beragam aktivitas mahasiswa terjadi di sini, mulai dari sekedar makan, main game, ngobrol ngalor-ngidul hingga ngerjain skripsi.
`
Nah, saking ikoniknya, Warung Madam juga kadang dijadikan patokan atau titik kumpul bagi para mahasiswa STT. Wastukancana. Bagi kalian yang sering janjian dengan teman di kampus, pasti familiar dengan kalimat “Urang nungguan di Madam”.
Sebenarnya ada sih, warung yang lebih dekat dari kampus, dibanding Warung Madam, misalnya Warjo (Warung Hejo). Tapi, Warung Madam tetap jadi primadona. Mungkin karena Madam ─si pemilik warungnya, lebih banyak berbaur dengan para mahasiswa. Bahkan ia hapal satu-persatu mahasiswa yang sering nongkrong di warungnya, dari angkatan lama sampai angkatan baru.
Kedekatan Madam dan mahasiswa ini, bisa dibilang lebih dari sekedar relasi penjual-pembeli saja. Beberapa mahasiswa terlihat sering ngobrol dengan Madam dan suaminya, baik itu hal remeh temeh, bahkan hingga hal serius sekalipun. Tak jarang, saya juga melihat Madam dan suaminya hadir di pernikahan mahasiswa STT Wastukancana. Ini menunjukkan kalau Madam dan suaminya selalu diingat oleh para mahasiswa.
Aduh, saya hampir lupa kalau di dalam kampus STT Wastukancana, ada warung juga. Tapi memang harga yang ditawarkan lebih mahal dibanding warung-warung yang ada di luar kampus. Makanya mahasiswa tetap bela-belain ke luar kampus untuk makan dan nongkrong.
Saya sendiri sejak semester pertama, justru lebih banyak menghabiskan waktu di Warung Madam dibanding di kampus. Kalau pagi, saya biasanya makan gorengan dua biji sama kopi good day yang botolan. Sehabis kelas, saya balik lagi ke warung untuk makan bubur atau nasi telur dadar yang harganya cuma 7 ribuan. Setelah itu, dilanjut mabar Mobile Legend sama teman-teman kelas sampai sore, ditemani bergelas-gelas tea jus apel. Walaupun kadang niatnya push rank, saya dan teman-teman saya malah lose streak.
Warung Madam juga menjadi tempat favorit saya, kalau lagi males masuk kelas dan memutuskan bolos. Bisikan setan itu biasanya datang dari Roni, teman kelas saya. Begini bunyinya:
“Ulah asup weh, ameh aing aya batur bodo”
Dan sialnya, saya pun selalu terhasut karena di pertemuan kelas selanjutnya, saya gak merasa bodoh sendirian.
Padahal di Warung Madam, selama empat tahun saya kuliah, main course yang ada ya cuma itu-itu aja. Paling cuma bubur, soto ayam, mi instan dan nasi telor dadar/ceplok. Appetizer-nya juga standar warung pada umumnya, apa lagi kalau bukan aneka gorengan. Tapi, memang harganya terbilang terjangkau untuk kantong mahasiswa. Ditambah tempatnya juga agak mojok, terus adanya colokan juga turut menambah nilai plus, sehingga para mahasiswa betah berlama-lama di warung ini.
Meski perkuliahan libur, warung ini gak pernah sepi pengunjung. Mahasiswa yang mengerjakan tugas kuliah atau skripsi tetap memenuhi Warung Madam. Bahkan saat warung madam tutup di malam hari, beberapa mahasiswa terkadang tidak beranjak dari kursinya. Oiya, seorang dosen STT Wastukancana, yaitu Pak Alam, malah lebih sering ngasih bimbingan skripsi ke anak didiknya di Warung Madam daripada di kampus.
Warung Madam juga sering dijadikan lumbung pengkaderan ormawa. Soalnya, ya karena sering ketemu: orang yang tadinya gak kenal pun akhirnya jadi kenal. Apalagi kalau kalian maba, pasti ada saja senior yang ngajak basa-basi. Biasanya meliputi ajakan tanding futsal, hingga ajakan ngopi di tempat lain, dan nantinya berujung ajakan masuk organisasi, baik itu organisasi internal maupun eksternal.
STT Wastukancana punya kebijakan menutup gerbang kampus di jam 12 malam, sehingga mahasiswa cuma punya dua pilihan: pulang atau menginap di kampus sampai gerbang di buka kembali pada jam 6 pagi. Nah, biasanya kalau panitia kegiatan atau pengurus ormawa sedang mengadakan diskusi di kampus dan belum selesai di jam 12 malam, sedangkan diskusi yang berlangsung cukup pelik serta harus diselesaikan saat itu juga, maka Warung Madam biasanya jadi opsi untuk melanjutkan diskusi.
Dengan banyaknya pengunjung serta beragamnya aktivitas yang dilakukan di Warung Madam, tentunya arus informasi di sini berjalan sangat cepat. Jangan heran, kalau kalian ngomongin orang lain di Warung Madam ─apalagi yang negatif, omongan tersebut bakal sampai ke orangnya di kemudian hari. Gosip-gosip terpanas terkait mahasiswa STT Wastukancana juga bakal dengan mudah kalian dapatkan di sini. Bisa dibilang, Warung Madam juga berfungsi sebagai pusat distribusi informasi kampus.
Untuk yang menempuh perkuliahan di STT Wastukancana, Warung Madam memang menyimpan sejuta cerita. Ketika saya baru lulus, saya dan Fredel bahkan masih menyempatkan untuk makan bubur di Warung Madam. Tapi setahun berlalu, saya belum punya waktu buat nyimpang lagi ke Warung Madam. Entah bagaimana kondisinya sekarang, apakah masih sama seperti yang saya ceritakan atau tidak.
Kalau kalian, ada cerita apa tentang warung ini?