Saya menantang semua orang membuang sia-sia 3-4 jam yang kalian miliki untuk menonton debat capres 2024.
Tuh, kan. Saya sudah membuktikan bahwa saya gabut. Bukannya menyelesaikan urusan personal yang lebih urgent, saya malah nonton debat capres yang gak berpengaruh sama kehidupan saya yang sudah amazing sejak dalam kandungan ini.
Saya sudah lama gak peduli sama politik, saya cuma suka memperhatikan tingkah laku orang-orang aja: dan uh masyaalloh. Arogansi orang-orang politik itu bukan main. Dagu di ke atas-atasin, ngomong diteriak-teriakin, enggak tahu, lah. Coba kamu perhatikan za gaya-gaya kemenakan orang politik di sekitarmu.
Debat Capres 2024 kalah substansial dengan program Superdeal 2 Milyar atau New Family 100 buat saya. Dengar saja betapa berisik para pendukung dan timses masing-masing calon. Seolah cuma itu yang bisa mereka tunjukkan. KPU bisa mencoba membayar Mpok Elly untuk mengordinir penonton supaya lebih kompak dan indah.
Saya rasa sebaiknya juga besok-besok KPU ganti saja tajuk tayangannya menjadi:
- Gone with The Wind: Ketika Angin jadi Penyebab Utama Polusi Jakarta
- Menilai Kualitas Capres berdasarkan Cara Menyelah Motor
- Debat Capres 2024 dalam Bahasa RX King (terjemahan oleh Lebah Ganteng), atau
- Prabowo Gump: Lari-Lari Saja, Nanti Juga jadi Presiden
KPU bisa bebas memilih judul yang saya usulkan bersama Chatgpt itu, yang jelas saya berharap durasi fafifu penjabaran visi misi para calon ini tak sepanjang durasi ronde kedua saya dan pasangan, deh. Kelewat membosankan dan hasilnya, saya cuma mampu mereview beberapa segmen saja.
Gak banyak yang menarik dan penting untuk dibahas menurut saya selain menggunakan dramaturgi ngawur. 4 jam itu semua cuma mengungkap fakta bahwa:
(1) Anies adalah MVP dari tim yang kalah;
(2) Prabowo itu hyper yang selalu kecopetan buff; atau
(3) Ganjar sebagai MM yang takut keceletot dan salah ngomong lagi seperti waktu sama Najwa atau Kiki
Pembacaan Gelagat yang Asal-asalan
Isu/pertanyaan: Kebijakan Pembenahan Tata Kelola Partai Politik.
Pertanyaan diawali dengan statement begini dari moderatornya: “Indeks kepercayaan masyarakat terhadap partai politik sangat rendah bla bla bla. Bagaimana kebijakan Anda untuk pembenahan tata kelola parpol?”
Anies
“Oh ketidak-percayaan masyarakat itu bukan cuma ke partai politik, ya. Tapi proses demokrasi yang saat ini terjadi saja rakyat sudah gak percaya, kok.” sanggah Anies begitu ia diberikan kesempatan bicara.
Ya … tipe jawaban yang serupa jika keluar dari mulut barudak well skena kepada panitia konser yang batal “Ya, yang terjadi saat ini juga masyarakat Purwakarta gak percaya kalau duit konser yang batal bakal di-refund, kok.”
Anies tampil dengan penuh percaya diri, bahkan kadang terlihat seperti saya kalau nyanyi: gak bagus-bagus amat, tapi ya udah lah PD nomor 1. Toh, dia juga berbekal public speaking yang baik, kok. Meskipun kiprahnya waktu jadi Mendikbud 0 besar, tapi ya udah, lah. Ya lagian sepak terjangnya apa coba? keputusan tentang mengantar anak di hari pertama?!
Tapi saya suka sih dengan sindiran Anies yang jujur dan terdengar seperti Farid kalau di tongkrongan, seperti cara Anies ngomong “Ya pemerintah dan oposisi itu sama-sama penting dan sama-sama terhormat. Sayangnya kan tidak semuanya tahan jadi oposisi. Contohnya saja Pak Prabowo.” wkwkw.
Prabowo
Berbeda dengan Anies yang santuy, Prabowo justru seolah-olah jadi senior kebakaran jenggot. Vibesnya kayak anak SD yang nge-jagger di sekolah, terus tiba-tiba teman-temannya pada musuhin gitu. Coba perhatikan, deh. Setiap kali ada pertanyaan yang menyinggung, Prabowo seperti lelah dan selalu terlebih dahulu memanggil dengan nama yang menurut saya cukup merendahkan, kaya gini:
“Ck, Mas Anies, Mas Anies … ”
Ya, kaya kamu kalau lagi ingin nasihatin Arin yang goblog, lah. “Hadeuh … Arin, Arin … ” *sambil geleng-gelengin kepala.
Selain itu, saya rasa Prabowo sedikit berlebihan, temperamen, dan seperti saya ya kalau ngomong: marah-marah aja. hehe. Prabowo kemudian ‘buka kartu’ Anies dengan menyebut soal pengusungan Anies Baswedan sebagai gubernur “Kan saya yang mengusung Bapak! Kalau demokrasi kita tidak berjalan, ya tidak mungkin Anda jadi gubernur. Kalau Jokowi diktator, Anda tidak mungkin jadi gubernur. Kan waktu itu saya opisisi, Mas Aniezzz.”
Yaa, sah-sah aja lah menurut saya. Toh semuanya saling menyerang latar belakang panggung politik masing-masing, kok. Saya rasa Prabowo pun memang tidak dipersiapkan untuk mematahkan argumen lawan-lawannya aja, deh.Tapi sepanjang karirnya, masa Prabowo gak mempersiapkan itu, sih?
Ganjar
Ganjar memang banyak belajar dari citranya yang sudah buruk itu. Perlu saya akui dia bermain cukup aman, tapi seaman-amannya di kandang banteng gimana, sih? tapi saya akui Ganjar terlihat sangat berupaya untuk memperbaiki citranya setelah salah ngomong di acaranya Najwa.
Ada 1 waktu Ganjar menanggapi Prabowo dengan pertanyaan: “Menurut Bapak, keputusan MK itu gimana?” dan ketika moderator langsung menekankan “menanggapi ya, Pak. Bukan bertanya.”, Ganjar langsung konfirmasi “Oh, kalau gitu saya salah, ya? Saya bisa ulang tanggapan saya? atau ndak papa?”
Ya sebuah perjuangan dan setidaknya diriku pernah berjuang, lah kalau kata band Anak Bungsu mah. Yoai. Lastchild, kan. Meskipun inginnya menyerang Prabowo bahas-bahas soal HAM tapi Warga Wadas sendiri diabaikan. Semut di seberang pulau terlihat, tapi gajah di pelupuk mata gak kelihatan. Perannya terlihat seperti wasit tinju yang takut ketonjok sana-sini.
Kenapa Menonton Debat Capres 2024 adalah Kesia-siaan?
Analisis dan tulisan sampah yang gak ada gunanya karena semua capres punya dosa di belakang kontestasi politiknya. Kesimpulannya, menonton debat capres 2024 adalah kesia-siaan yang sama dengan kamu nangisin mantan. Para capres cuma bisa menyerang personal dan latar belakang panggung politik masing-masing lawan, selebihnya gak ada konten yang lebih substansial. Gak ada yang bisa membangun/memulai format optimal buat diskusi yang lebih nyakrek dan berbobot. Cuma lagi nge-roasting Prabowo aja ini. Kalau kata Gemi mah: 2 bapak-bapak WA vs 1 bapak-bapak ormas.
Ya gak salah-salah amat juga, sih. Tapi sebagai senior yang sudah lebih berpengalaman di panggung debat capres, saya kira Prabowo harusnya punya value lebih untuk dikemukakan daripada cuma memperlihatkan kalau dia sumbu pendek.