Menarik, akhir-akhir ini teman-teman produktif sekali menulis, ya. Tidak lain tidak bukan karena tulisan pemantik sekaligus menandakan lahirnya orok baru di Purwakarta bernama Sebul. Teman-teman yang saya kenal di Purwakarata maupun Karawang turut menyampaikan opininya.
Tak lupa juga Kang Farid yang saya hormati walaupun belum pernah bertemu langsung, Kang Hadi yang saya hormati dan sudah ngopi bareng, dan Kang Amar yang saya kenal lewat tulisannya yang saya baca di blogger. Jadi kaya pidato Caleg gening🙁
Benar kata Ce Arin: Kang Farid, Kang Ammar dan Kang Hadi adalah orang yang menetap dan berkegiatan di Purwakarta. Jadi, udah jelas punya kapasitas lebih banyak kalau berbicara soal literasi di Purwakarta.
Apalah daya saya, pulang ke Cilamaya juga jarang kayak Bang Toyib. Kalau ke Karawang Kota juga paling pas lagi COD-an beli buku puisi ke Mou. Jadi, bisa dibilang masih awam terkait komunitas literasi di kota sendiri, apalagi di Purwakarta.
Tapi akhirnya, ada satu hal yang setidaknya menarik lah buat saya yaitu: tulisan lah yang mempersatukan mereka. Kenapa? ya dengan barokahnya, tulisan dari Kang Amar dapat respons baik yang berujung jadi saling gontok-gontokan, saling julid, sampai saling mengagumi dengan terbuka dan positif.
Ya, saya sebenarnya bukan ingin membahas perkubuan karena keduanya punya pangsa pasar yang berbeda –kalau kata tukang dagang mah. Meskipun saya gak yakin, Nyimpang punya pangsa pasar gak, ya?
Lagian, kubu-kubu itu punya kesibukan sesuai agendanya masing-masing, dan ya wajar pada punya kepentingan sendiri-sendiri. Layaknya manusia biasa punya kesenangannya masing-masing. Toh, dari sekolah kita sudah terdoktrin juara 1, 2, 3 dan seterusnya. Pengklasifikasian tersebut membuat pandangan kita terlalu buram melihat potensi diri, jika tidak juara maka dianggap bodoh. Padahal gak gitu juga.
Jadi ingat film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) generasi 2000-an. Dari judulnya aja udah ambigu. Cinta ini apakah sebuah kata, atau tokoh utama? Jawabannya secara eksplisit dua-duanya benar. Tapi belum tentu secara implisit.
Cinta tokoh utama AADC adalah gadis yang cantik, pintar, periang, menyukai sastra dan menjadi langganan juara lomba puisi di sekolah. Tapi ternyata juara lomba tahun ini adalah Rangga. Nah, bisa jadi itu juga yang dimaksud film ini, seperti: Ada Apa Dengan Cinta? Kok Tahun Ini Gak Juara?
Film AADC sering disebut sebagai pembangkit semangat dunia perfilman saat itu yang sempat terpuruk. Film ini juga memecahkan rekor film Indonesia yang berhasil mendapatkan lebih dari 2 juta penonton.
Begitu pun dengan adanya tulisan dari Pak Sebul yang viral akhir-akhir ini. Semoga bisa menjadi kebaikan bagi semuanya. Bukan berarti kemarin juga gak baik. Harapannya bisa saling mengisi, saling mewarnai untuk Purwakarta lebih baik, kayak pidato menjelang pemilu hihiw~