11 November kemarin, Ha-Kyoon menunaikan ibadah tournya di Hexa. Never Ending Tour merupakan rangkaian project yang Ha-Kyoon garap.
Anyway, Ha-Kyoon ini memang orang Korea ya, teman-teman. Cuman, dia dibesarkan di Prancis (dari kecil). Saya dan Farid bertanya beberapa hal soal jejak kekaryaan Ha-Kyoon ini.
Arin: Ha-Kyoon, ceritain dong soal ketertarikan kamu sama seni! atau awal mulanya “nyeni” gimana?
Ha-Kyoon: Jadi, selepas SMA, saya melanjutkan ke sekolah sirkus.
Nah, menarik teman-teman. Mungkin beberapa diantara kalian (termasuk saya juga), pas awal dengar itu kayak “Hah? Sekolah sirkus? Emang ada, ya?” dan saya tuh awalnya masih ambigu ya sekolah itu maksudnya course kah atau kampus kah. Tapi Ha-Kyoon menjelaskan bahwa itu sejenis kampus/akademi. Kalau di Indonesia mungkin ISBI/IKJ gitu, ya.
Sirkus yang dibayangkan juga bukan sirkus seperti pada film The Greatest Showman, atau pada VC Christina Aguilera yang Hurt, ya. Ya mungkin sirkus seperti itu juga dipelajari, tapi yang Ha-Kyoon dapatkan di akademi ini memperdalam teknis seni pertunjukkan dan produksinya. Selain itu, Ha-Kyoon juga bilang kalau seni yang dipelajari adalah seni yang gak “setradisional itu” gitu loh. Seni yang ia pelajari itu seni kontemporer.
Saya juga sempat mencari akhirnya tuh “jurusan” sirkus, dan guess what? oh ternyata ada jurusan Circus dan Performance Art. Pantas aja, Ha-Kyoon juga bilang kalau dia itu juga belajar balet, nari, tari-tari kontemporer, sampai teater gitu. Wah, bukan main ini dia olah tubuhnya pasti.
Farid: Berarti kamu kan lebih ke gerak tari/olah tubuh dan pertunjukkan, ya. Terus jadi ke musik itu gimana ceritanya?
Ha-Kyoon: Nah, saya itu belajar musik justru di akhir-akhir gitu (akhir-akhir sekolah). Awalnya sih untuk project musik, tapi ternyata seru juga. Saya juga ngerasa involved sama musik Jadi kayanya saya merasa ini hal yang menarik untuk didalami.
Arin: Tapi kamu lebih senang ngejalanin performance art atau mumusikan?
Ha-Kyoon: Hm. Kayanya saya gak bisa milih, karena dua-duanya adalah hal yang sama-sama disukai. Dua-duanya juga sama-sama seni, cuman beda cara dan medianya aja.
Ha-Kyoon kemudian bercerita soal keinginannya untuk tampil performance art di tournya. Tapi agaknya terkendala peralatan dan perlengkapan, deh. Tapi kalau kalian coba lihat deh IGnya Ha-Kyoon itu emang banyak portofolionya soal gerak tubuh, tari, dan akrobatik. Ya, seni “panggung” lah. Dia juga selama di Indonesia dibantu sama temennya, Caesar yang bantu-bantu nyari tempat buat Ha-Kyoon perform.
Ya, kalau di Indonesia mungkin sama seperti Menyan, ya. Kalau Kawanan mau tour, dia kontak dulu teman-temannya (Si Deni misalnya), terus marangkat pakai kereta, tidur di tempat siapa-di tempat siapa. Ih seru, ya. Seperti itu, lah. Toh, di mana pun, begitulah sebuah kolektif bekerja. Ha-Kyoon bahkan cerita kalau besok (Senin, 13/11) ia sudah harus berada di Korea lagi untuk melanjutkan Never Ending Tour-nya, barulah ia ke Beijing untuk lanjut lagi.
Farid: Eh tapi kamu kan emang orang Korea, ya?
Ha-Kyoon: Iya, iya. Saya lahir di Korea.
Farid: Nah, kamu ngikutin K-Pop gak, sih?
Ha-Kyoon: Hmm, enggak ngikutin. Saya juga gak apa ya, gak merhatiin. Ya bukan karena apa-apa, karena “beda” aja mungkin. Mungkin kalau saya dengerin, bisa jadi saya suka sama beberapa lagunya, cuman ya lebih ke “Ah cigana henteu da”, ya karena beda selera itu tadi mungkin, yah. Saya gak bilang jelek, atau apa lah, tapi karena memang saya belum dengarin aja.
Farid: IU tau gak?
Ha-Kyoon: Hah? IU apa?
Farid: IU IU penyanyi Korea
Ha-Kyoon: Waduh, gak tahu.
Dan Farid menyebutkan nama yang saya gak ngerti, dan Ha-Kyoon masih tetap menjawab. Memang, semuanya tunduk di bawah omongan Farid. Hm ni geleh.
Ngobrol-ngobrol, ngalor-ngidul. Ha-Kyoon ternyata tertarik sama Karinding dan atraksi dari teman-teman Karinding Karat. Secara, Ha-Kyoon spesialisasinya memang teknis, panggung, dan pertunjukan gitu, ya. Dia banyak bertanya soal penampilan kadek-kadekan dan oray-orayan dari Karinding Karat Mang Wahyu dan kawan-kawan.
Ha-Kyoon: Menurut saya itu keren, sih. Api, ular, bedog, saya bisa ngerasain bahwa itu sesuatu yang mistis dan megah, ya.
Waktu duduk dekat Mang Wahyu juga, Ha-Kyoon banyak nanya,
Ha-Kyoon: Eh, saya suka sama penampilannya tadi. Itu maknanya apa?
Mang Wahyu: Ya, intinya kita harus bisa menjaga bumi kita, kalau enggak nanti kita sendiri yang bakal nanggung akibatnya (divisualkan melalui gigitan ular), kita sendiri yang akan rugi.
Ha-Kyoon kemudian memperlihatkan aksi panggungnya di IG ke Mang Wahyu. Kalau kata orang Cikampekna mah, “Ih urang ge resep kikituan siah, euy. Yeuh gera tingali.”
Bukankah kita akan selalu dipertemukan dengan orang yang memiliki ketertarikan yang sama? Lucu, ya. Perjalanan selalu bikin kita nemuin teman dari waktu-waktu yang gak terduga seperti saya dan Farid, saya dan Eja, Ha-Kyoon dan Mang Wahyu.
Kita gak pernah tahu bagaimana semesta akan bekerja menarik dan mendorong ke arah yang sesuai dengan diri kita. Semua entitas punya energi, dan energi akan berkumpul sesuai dengan jenisnya. Bjir lah kata guel teh.
Beberapa hal yang perlu kita pelajari dari Ha-Kyoon adalah:
(1) Jangan klasifikasikan/jangan judge sesuatu itu buruk/baik kalau kita belum tahu apa-apa tentang satu hal itu. Dari banyak obrolan yang kami lontarkan pada Ha-Kyoon, Ha-Kyoon terlihat sangat berhati-hati dalam menilai. Seperti pada pertanyaan soal K-Pop, dia memilih gak berbicara dan merendahkan sesuatu itu daripada harus sok tahu dan sok menilai. Bukankah itu manis kalau diterapkan kita di kehidupan?
(2) Berikan apresiasi. Kita agaknya mulai harus memberikan apresiasi kepada apa-apa yang kita lihat dan “ditampilkan”, dalam konteks arts, ya. Ha-Kyoon banyak nanya soal hal yang menurut dia menarik, dan menarik sih menurut saya. Dia gak memosisikan dirinya sebagai satu-satunya “narasumber”, dia memang terlihat mau sharing dan mau tau banyak hal. Ha-Kyoon tidak memosisikan dirinya sebagai “satu-satunya bintang”. Hal yang jarang terjadi di circle penulis atau circle lain yang beririsan dengan saya, atau bahkan diri saya sendiri juga masih belum bisa seperti itu. No offense. Kebanyakan dari kita akan selalu ketemu orang yang merasa dirinya “bintang” merasa dirinya besar, sok ngartis lah istilahnya mah, dan ya udah pasti jadi bahan tulisan julid saya sih yang kayak gitu mah.
(3) Terus berkembang dan fokus dengan diri sendiri. Farid bertanya beberapa pertanyaan terkait isu-isu di luar diri seperti climate change dan Palestina, dan Ha-Kyoon bilang bahwa “Ya dunia emang gak akan berjalan seperti yang kita harapkan dan kita cuma bisa nge-upgrade diri kita, skill kita.” dan kalau dunia terasa sangat runyam, Ha-Kyoon ngaku dia suka nonton film, guys. Dia suka sama film-film Thailand btw.
Saya acungi jempol buat Ha-Kyoon! Poin no. 3 sangat Nyimpang dan barangkali Ha-Kyoon memang Para Penyimpang. Cihuy.
Oh iya, Ha-Kyoon juga mendanai tour-nya sendiri meskipun sebenernya uangnya sudah habis buat ke Indonesia, tapi dia terus survive. Ya permasalahan yang sama seperti yang dialami banyak artis di mana pun. Good luck buat perjalanan selanjutnya ya, Ha-Kyoon! Semoga bisa ke Purwakarta lagi makan nangka.
Wah hasil interviewnya bener² sesuai sama karakter dan pola pemikiran Ha Kyoon.
Jarang² touring musician punya attitude high respect seperti dia.
Sukses lanjutan tournya Mang Kyun
Salute 🫡
Halo, Kak. Terima kasih sudah membaca Nyimpang.com