Setelah Mentari, Mulan, dan Rinjani terlewati, sekarang aku sudah bisa menjadi orang normal yang tidak mempunyai beban masalah. Ya walau pun bulan–bulan kemarin itu banyak banget masalah rasanya.
November datang, aku pun berkenalan dengan Putri. Iya, Putri yang menghancurkan masa depanku. Aku kenal dia itu waktu lagi makan Mi Ayam Iming. Itu juga waktu aku lagi sama temanku. Aku sama temanku itu bertaruh,
“Siapa yang bisa kenalan dan bawa dia jalan, itu yang menang!”
Kalau sekarang dipikir-pikir, sih. Bego juga ya aku teh. Tapi aku mulai memberanikan diri untuk mendekatinya. Akhirnya, akulah yang pertama kali ngajak kenalan, ditambah aku dapat nomornya, lagi.
Setelah kenal dan dapat nomornya, aku mulai nge-chat dia. Tidak lupa stalking IG buat memastikan dia itu jomblo atau bukan, pokoknya gimana deh caranya supaya aku aman dari bogeman orang lain karena dikira “ngerebut cewek orang”. Setelah memastikan semuanya kondusif dan itu cewek gak ada yang punya, dalam beberapa minggu ini aku sudah mulai dekat dan akrab. Sebaliknya, temanku yang ngajak bertaruh kayaknya sudah mempersiapkan diri aku bully. Sebab, dia chat aja gak dibalas, apalagi sampai jalan bareng. Haha.
“Keknya taruhan ini aku yang bakal menangin, deh.” begitulah pikirku waktu itu.
Beberapa minggu setelah pendekatan lewat chat, aku coba buat ngajakin dia nge-date walau dengan budget pas-pasan. Akhinya, aku datang ke rumah Putri dengan penampilan rapi dan wangi tentu jha~
Aku dan dia jalan-jalannya cuma ke Nasi Kebuli dekat Yogya. Itu juga dia semua yang bayarin, jadi aku gak keluar uang barang sepeser.
Berbulan-bulan kita sudah dekat sekali, tapi dengan kedekatan itu, aku akhirnya tau sifatnya yang kurang cocok denganku. Ternyata, dia hypersex. Aku gak pernah punya penilaian aneh-aneh, lah. Maksudku, ayolah. Semua orang punya dosa masing-masing. Itu kenapa makanya aku cuma bilang kalau sifat dia yang itu kurang cocok denganku aja.
Minggu selanjutnya dia udah berani buat VCS, dan aku juga nge-iya-in lagi, hadeuh. Padahal sebelumnya aku gak pernah gini-gini.
Minggu selanjutnya lagi, aku datang ke rumah dia, kebetulan dia lagi libur kuliah. Orang tuanya pun pergi ke luar kota. Sesampainya di rumah dia, aku dipenuhi rasa khawatir, cemas, dan tegang dikit. Dia keluar dengan penampilan baru selesai mandi, dan dia juga belum mengunakan baju sama sekali hanya mengunakan sehelai handuk aja lagi, hwaaaak!
Tidak berselang lama dia menyuruhku untuk masuk ke kamarnya. Dia tiba tiba membuka handuknya, dan tidak ada sehelai benang pun yang menutupi dia. Dan, Para Penyimpang saya rasa tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Tapi karena aku betulan belum pernah sebelumnya, ke sini-sini aku malah jadi takut. Jadi, aku tidak berani untuk dekat lagi apalagi ketemu. Ya Tuhaaan, capek!!!