Agaknya tidak sedikit yang beranggapan bahwa
“Kalau mau sukses menjadi penulis webnovel, jual saja konten dewasa di buku-buku yang kita tulis itu.“
Anggapan ini tidak hanya datang dari orang-orang yang belum mengenal industri webnovel, tapi juga dari para pelaku aktifnya sendiri.
Pertanyaannya, benarkah itu? Sepenting apa sesungguhnya konten dewasa dalam menentukan nilai jual sebuah webnovel? Itulah yang akan kita coba bahas di tulisan ini.
Konten Dewasa dan Naluri Manusia
Sebelumnya perlu dijelaskan dulu, yang dimaksud dengan konten dewasa di sini adalah adegan-adegan yang menjerumus ke eksploitasi aktivitas seksual tokoh-tokoh dalam cerita. Misalnya, adegan persetubuhan. Atau, adegan panas yang mendetail menjelang persetubuhan. Yang semacam itu. Dan memang, harus diakui, konten-konten seperti ini bertebaran di banyak webnovel yang hasil penjualannya fantastis, terutama yang bergenre Adult Romance dan Male Adult.
Umumnya, ada dua alasan kenapa penulis menghadirkan konten dewasa di dalam novel mereka. Pertama, untuk memberi pembaca kesenangan. Kedua, untuk membuat pembaca bertahan.
Kesenangan yang dimaksud tentu saja kesenangan dalam berimajinasi dan merasakan sensasi-sensasi fisik. Dengan membayangkan melihat atau bahkan melakukan adegan dewasa yang disajikan di novel, pembaca, sangat mungkin, bisa sampai pada titik di mana mereka merasakan kepuasan yang memuncak. Ini sejalan dengan naluri alami manusia khususnya orang dewasa. Bagaimanapun, aktivitas seksual adalah salah satu hal yang bisa memberi mereka kenikmatan yang memabukkan.
Dengan menghadirkan konten dewasa di novel, penulis secara tidak langsung mencoba memenuhi kebutuhan pembaca akan kenikmatan tersebut, meski kadarnya bisa berbeda-beda–tergantung penggambaran konten dewasa itu sendiri. Dan ketika kebutuhannya terpenuhi, pembaca bisa merasa berutang kepada penulis, atau berharap akan mendapatkan sajian yang lebih memuaskan lagi. Pembaca pun memutuskan untuk terus mengikuti novelnya, sesuatu yang sedari awal memang dikehendaki penulis.
Tetapi penulis umumnya paham bahwa, kendati pembaca menginginkannya, konten dewasa sebaiknya tidak dimunculkan segamblang itu di awal-awal cerita. Anggaplah konten dewasa adalah reward, adalah capaian yang bisa diraih pembaca setelah mengikuti novel hingga berpuluh-puluh bab, bahkan beratus-ratus bab. Maka, sebelum sampai ke titik itu, yang disajikan oleh penulis untuk dinikmati pembaca hanyalah pancingan-pancingannya saja, konten-konten dewasa yang dihadirkan sebagiannya saja, tanpa menghadirkan bagian intinya. Cara ini terbukti ampuh untuk membuat penulis penasaran dan antusias menanti kapan bagian inti itu akan dihadirkan. Dengan cara ini, penulis diam-diam menjerat pembaca di dalam jaring laba-labanya. Dan jika penulis cukup cerdik, pembaca akan benar-benar mengikuti novelnya itu sampai bagian inti dari konten dewasa itu disajikan, sebagai reward.
Di sini, kita bisa melihat bahwa, di balik konten dewasa yang bertebaran di banyak webnovel best seller itu, ada naluri alamiah manusia yang dipermainkan. Penulis dalam hal ini berupaya memanipulasi pembaca, mengondisikan agar pembaca terus mengikuti novelnya dengan menyajikan konten-konten dewasa tesebut.
Konten Dewasa vs. Plot
Akan tetapi, perlu diketahui, tidak selalu strategi purba ini–kalau boleh dibilang begitu–berhasil. Salah-salah, jika penulis terlalu mengandalkan konten dewasa di dalam novelnya, pembaca malah jengah dan berhenti mengikuti novelnya itu. Di sini penting untuk dipahami seperti apa peran yang diemban si konten dewasa di dalam cerita yang ditawarkan penulis.
Pada dasarnya, konten dewasa adalah ornamen, unsur yang bisa ada di dalam cerita dan bisa juga tidak, di mana ada-tidaknya ia di dalam cerita tergantung pada kebutuhan. Dengan kata lain, ada unsur yang lebih penting dari konten dewasa, yang perannya jauh lebih krusial untuk membangun cerita. Dan unsur itu, salah satunya, adalah plot.
Plot atau rangkaian kejadian adalah salah satu hal utama yang dilihat, dinilai, sekaligus diikuti pembaca. Apabila konten dewasa dimunculkan di plot yang tepat, sejalan dengan apa yang hendak dicapai oleh plot itu sendiri, ia bisa dianggap penting, perannya bisa dianggap besar. Dan di sini kita tidak melulu bicara soal kenikmatan yang sempat dibahas tadi. Bisa jadi malahan, saat konten dewasa itu muncul, yang dirasakan pembaca adalah perasaan lain yang tidak mengenakkan seperti kesal, marah, atau bahkan murka.
Misalnya, dalam plot di mana si tokoh utama pria sedang berusaha menyelamatkan wanita yang dicintainya, dihadirkan adegan di mana si wanita hampir saja diperkosa oleh seorang tokoh antagonis. Di kasus sepert ini konten dewasa itu bisa memancing kemurkaan pembaca terhadap si tokoh antagonis, dan secara tidak langsung meningkatkan kepuasan ketika si tokoh utama berhasil menyelamatkan wanita itu dan menghajar si tokoh antagonis habis-habisan. Demikianlah konten dewasa, jika disajikan di plot yang tepat, bisa memberikan dampak positif terhadap cerita.
Tetapi di kasus lain, di mana penyajian konten dewasa itu tidak dilakukan pada plot yang tepat, dampaknya bisa jadi negatif. Misalnya, saat pembaca sedang larut dalam plot balas dendam dan sedikit lagi dendam itu akan terbalaskan, tiba-tiba, penulis menghadirkan konten dewasa sebagai ornamen, dengan maksud memberi pembaca kesenangan. Terlepas dari akan adanya sejumlah pembaca yang menikmati konten dewasa tersebut, kemunculannya justru membuat antusiasme pembaca terhadap puncak balas dendam itu teralihkan, dan ketika konten dewasa tersebut berakhir, pembaca seperti harus mulai berjalan dari awal lagi, membangkitkan antusiasme pembaca terhadap balas dendam itu dari nol lagi.
Itu sungguh sangat disayangkan sebab tinggal sedikit lagi pembaca diarahkan untuk merasakan kepuasan yang maksimal. Alih-alih, mereka bisa saja merasa dikhianati dan kecewa, berpikir kalau penulis mempermainkan mereka. Setiap penulis webnovel harus memahami betul ketidaktepatan strategi seperti ini. Dan tentu, pada akhirnya, mereka harus juga memahami bahwa menyajikan konten dewasa di dalam novel tidaklah sepenting itu. Merancang plot yang kuat dan rapi masih jauh lebih penting. Dan masih ada juga hal-hal lainnya yang lebih penting.
Sehingga bisa dikatakan, apabila seseorang menyatakan dengan percaya dirinya bahwa hal utama yang dijual dalam sebuah webnovel adalah konten dewasa, bahwa untuk menghasilkan webnovel yang best seller cukup fokus saja pada konten dewasa, ia sungguh keliru. Seperti halnya di novel cetak, konten dewasa dalam webnovel hanyalah ornamen yang bisa ada bisa tidak, yang ada atau tidaknya ia sangat tergantung pada kebutuhan cerita.
Dan jangan salah, di platform-platform webnovel yang ada di tanah air, banyak juga bertebaran webnovel yang penjualannya fantastis dan porsi konten dewasa di dalamnya begitu kecil, bahkan nyaris bisa diabaikan. Karena pada dasarnya, saat seseorang membaca novel, baik itu novel cetak maupun webnovel, yang dicarinya adalah cerita. Adapun jika yang dicarinya adalah konten dewasa, maka di situ posisinya bukanlah pembaca, melainkan orang mesum yang sedang ingin membaca cerita.(*)