Sudah memasuki hari ketiga, linimasa media sosial ramai meributkan video yang tersebar di internet. Awal mulanya saya nggak tertarik, tapi lama-lama kok malah makin ramai, setelah ditelusuri ternyata video itu berisi adegan hubungan seksual yang diduga milik salah seorang publik figur. Berita ini naik menjadi trending topic di twitter.
Nggak sedikit dari netizen memanfaatkan momen ini sebagai ajang melancarkan guyonan seksis seperti “bagi link dong, gan!” “nah ini baru konten pemersatu bangsa…” Halah, pemersatu bangsa ndasmu!
Maksudku, terlepas siapapun pemilik videonya, bukannya kelewat norak ya kalau sampai minta video adegan seks apalagi yang bersifat privasi?
“Mana nih SJW video bokep, keluar lu!” tulis salah satunya. Saya kaget, di antara ratusan komentar tweet yang beropini tentang kasus ini, ada yang berkomentar sampah seperti itu.
Baiklah, mas-mas anonim yang bahkan namanya aja nggak jelas, saya sedang ancang-ancang mengeluarkan taring macan. Dengar baik-baik, ya.
Pertama, video yang kamu sebut sebagai “video bokep” itu bahkan menunjukkan empatimu yang cacat. Siapapun yang terlibat di dalamnya, jika video itu tersebar tanpa persetujuan maka aksi itu disebut dengan Kekerasan Berbasis Gender Online, dan mereka adalah korban. Sekali lagi, korban.
Kedua, kamu harus tahu, pengertian Revenge Porn adalah sebuah tindakan membagikan atau menyebarkan foto, video ujaran yang berisi materi seksual seseorang tanpa persetujuan dari yang bersangkutan dengan motif balas dendam. Bukan sebagai aksi pemersatu bangsa.
Ketiga, video seseorang yang bersifat pribadi, apapun isinya, bukan urusanmu. Daripada repot-repot urusin sesuatu yang bukan hak, apa nggak lebih baik kamu urusin hutang pulsa yang sudah numpuk atau tagihan paylater yang telat bayar? Serius, mengambil sikap dengan tidak menyebar link atau me-report akun penyebar adalah langkah awal untuk menyelamatkan seseorang dari banyak kejahatan.
Pada kebanyakan kasus Revenge Porn, perempuan selalu menjadi kelompok yag rentan untuk menjadi korban. Selain dampak psikis, dampak lain seperti kehilangan pekerjaan atau dikucilkan oleh masyarakat juga dialami oleh mereka. Kasus Kekerasan Seksual pada perempuan masih menjadi pekerjaan rumah yang belum selesai.
Dilansir oleh CATAHU (Catatan Tahunan Komnas Perempuan) tahun 2019 terlihat adanya peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan. Pada tahun 2007 misalnya, data kekerasan yang tercatat sebanyak 25.522 kasus. Dengan angka mengejutkan, naik lagi menjadi 208.178 kasus pada tahun 2018.
Yang perlu diingat adalah, angka diatas berlaku bagi kasus yang tercatat saja. Maka tak heran jika kasus kekerasan terhadap perempuan sering disebut dengan Fenomena Gunung Es. Karena memang yang terlihat hanya permukaannya saja.
Sebagai korban kekerasan seksual, mestinya ada payung hukum yang menjamin keamanan korban, bukannya malah mendapat ujaran kebencian apalagi sampai bawa-bawa pekerjaan dan keluarga yang nggak ada sangkut pautnya. Nggak nyambung blas. Maka jangan heran kalau tiba-tiba setelah kejadian ini banyak korban yang tiba-tiba menghilang dari media sosial atau menutup diri dari pergaulan.
Karena masyarakat kita sudah terbiasa dengan menjadikan perempuan sebagai pelaku utama. Patriarki menjadikan perempuan sebagai manusia yang dituntut untuk memiliki standar moral yang ditetapkan society. Harus menjaga aurat, harus lemah lembut, harus nurut apalagi kalau sampai ketahuan melakukan sesuatu yang keluar batas norma, maka dianggap kotor dan hina.
Lalu, bagaimana langkah yang tepat agar data pribadi kita tidak tersebar?
Safenet membagikan tips melindungi privasi di media sosial dan aplikasi percakapan, sebagaimana berikut:
- Pisahkan akun pribadi dan akun publik.
Nah lho, coba cek lagi akun media sosialmu.
2. Cek dan atur ulang pengaturan privasi.
Contohnya seperti foto, nomor ponsel, alamat dan yang lainnya. Kamu punya kuasa atas pengaturan data informasimu.
Ciptakan password yang kuat dan verifikasi log-in. Usahakan jangan tanggal lahir ya, angkanya terlalu mudah ditebak dan rawan peretasan.
3. Jangan sembarang percaya akun pihak ke-tiga.
Tuh, buat kamu yang asal klik akun zodiak yang bisa membaca data pribadimu, hati-hati yaaa.
4. Hindari berbagi lokasi pada waktu nyata.
Sebaiknya berbagi lokasi pun agak dikurangi ya, walaupun hasrat pamer meluap tapi sesekali kurangin, laaah.
5. Berhati-hati dengan URL yang dipendekkan.
Ada potensi yang membahayakan jika kita tidak teliti dengan URL yang dipendekkan, bisa-bisa malah mengarah pada pencurian data.
6. Lakukan data detox.
Bisa dilakukan di https://datadetox.myshadow.org
7. Jaga kerahasiaan pin atau password di handphone atau laptop pribadi.
Sebucin apapun kamu, tolong jangan sampai password gadgetmu ketahuan pacar, atau password yang gampang ditebak.
Nah itulah dia beberapa poin penting yang bisa kita lakukan. Semoga bermanfaat ya, lur. Selama kita tinggal di negara yang menormalisasi revenge porn, maka edukasi untuk melindungi data pribadi mesti terus dipanaskan.
Kalau tidak bisa melindungi korban di lapangan, minimal dengan tidak menyebarkan link “terlarang” maka kamu sudah membantu menyelamatkan korban dari kejahatan internet yang terkutuk.