Tak Ada Hantu di Pondok Indah

Tak Ada Hantu di Pondok Indah

Jakarta dengan wajah marah setiap jam pulang

huru-hara pada klakson motor di kolong lintasan kereta listrik

tidak ada kuntilanak merah di Terowongan Casablanca

tak ada hantu di Pondok Indah

seekor anjing yang berjaga di depan kastil orang tuamu saja

repot. repot sekali aku membawa nama besar yang diwariskan Bapakmu

apa baiknya kita akhiri saja?

tak mungkin kita berpesta tanpa aku tau dari mana uangnya

sedang uangku cuma cukup buat membeli dua buah materai perjanjian pranikah

 

 

Aku Bakal Berkelahi dengan Malik

aku ingin mengelabui maut dan menantang kenidupan yang nenyedihkan biar kalian yang tanggung semua kepulangan

kalau tidak,

aku bakal berkelahi dengan Malik dan menyuruhnya membukakan pintu biasa saja, tak ada yang perlu dijaga sebab neraka layak juga

kelak aku akan menemukan pemandian air hangat di dalamnya dan melempar satu-dua daun ganja di bebatuan panasnya: lalu berbahagia orang-orang di neraka dengan rokok yang menyala-nyala!

 

 

Urban II

aku selalu mengingat Jakarta sebagai kota yang memisahkan aku dan engkau;

dari Soedirman ke Senajan: di antara yang berjualan bertukar receh dan orang-orang dari kelas menengah dengan saldo-saldo nanggung mencari-cari Wi-Fi buat bayar kopi starling

aku dengar hidup adalah perjalanan seperti kereta, setiap pemberhentian membuang kenangan yang membudal

Alamak, dinding kelas terlihat sekali dari jendela ini!

Halo? Kamu pulang jam berapa? Jangan bikin Mami marah.

Author

  • Arini Joesoef

    Menulis puisi, prosa, melukis, dan bermusik tipis-tipis. Bukunya sudah 4, As Blue As You (2022), Jayanti (2023), Notes of The Lost Sheep (2024). dan Yusuf dan Sapi Betina (2025). Suka pamer dan suka bikin pameran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like