Karawang lagi heboh sama kasus pembunuhan yang didalangi istri sendiri. Well, sebelumnya saya turut berduka dengan apa yang terjadi. Tapi tanpa mau mendalami motif yang sudah jelas bukan keahlian saya, saya lebih tertarik untuk bahas betapa manusia itu kejam dan kita harus menyadari itu.
Nietzsche pernah bilang, naluri paling dasar manusia itu tuh ya keinginan buat berkuasa, dan diperjelas lagi waktu itu sama Derrida apa siapa sih Ya Tuhan lupa maaf atuh udah lama gak kuliah, yang bilang kalau setiap orang tuh akan selalu mempertahankan kekuasaannya.
Jadi memang basically, yang pertama adalah: manusia tuh akan selalu punya kehendak untuk berkuasa. Entah itu menguasai orang lain, lingkungan, atau ya anything lah makanya sampai 3X, kan:)
Selanjutnya, setelah manusia itu udah tahu dan udah punya pengalaman “Oh heeh gening berkuasa teh ngeunah, nya. Deui ah.” itu dia makanya sempat ada wacana “Periode Seumur Hidup”
Tapi kekuasaan kan gak cuma berhubungan sama politik, dan balik lagi ke teorinya kalau semua manusia itu menginginkan kekuasaan gitu. Mari ingat-ingat lagi bagaimana kita mengatur pasangan kita ngelakuin hal yang kita mau, dan kita merasa memiliki kuasa atas diri pasangan kita. Mari ingat-ingat lagi bagaimana kita merasa punya kuasa untuk mengatur seisi rumah dan koloninya hanya karena kita tulang punggung dan kita yang cari uang. Ya, relasi kuasa memang bergerak mengakar di semua kehidupan kita.
Dosen saya pernah kasih tau ke saya Teori Bordieau, bahwa setiap manusia itu bisa punya 4 modal yang bikin seseorang itu di”lirik” sama orang lain, yang bikin dia bisa “berkuasa” di dalam kehidupan sosial.
1. Ketika kamu tajir (banyak duit)
2. Ketika kamu anak “seseorang” (misalkan anak Ketua Adat, atau anak orang yang disesepuhkan, atau anak bangsawan)
3. Ketika kamu punya pendidikan yang gak semua orang bisa punya
4. Ketika kamu adalah orang yang punya jaringan ke orang yang punya kuasa (misal, anak kamu temenan sama anak Bupati)
Nah, dari ke-4 hal itu kan hal yang merupakan “keberuntungan” semata gak, sih? karena kan ya kita gak pernah bisa milih kita akan terlahir dari keluarga yang seperti apa, dan saya lupa sebelum masuk ke dunia tuh apakah saya diseleksi/dites dulu gitu. Atau ya seperti ngambil undian dari fishbowl aja kali gitu ya?
“Oke baikkk sila diambil undiannya untuk menentukan keluarga Anda!” kata Malaikat teh meren.
Well, satu-satunya yang bisa diraih tanpa faktor “kemujuran di alam rahim” adalah ya yang nomor 1 itu. Ibaratnya, masih bisa diubah, dan Ossy Clara mungkin sedang menempuh upaya itu dengan cara guoblok.
Clara, gak ada yang membenarkan tingkah kamu dan saya gak peduli dengan urusan rumah tanggamu, selingkuhanmu, atau apapun lah. Tapi ketika kamu merugikan orang lain apalagi sampai menghilangkan nyawa, buat saya kamu sama kayak Ferdy Sambo meskipun kamu bukan Akpol.
Kamu tidak dalam kondisi kelaparan dan kamu membunuh orang lain buat saya itu hal yang keterlaluan, sih. Setelah belakangan saya aktif melihat mati dan tersiksanya satwa karena manusia, saya jadi yakin manusia tuh punya daya rusak yang sangat tinggi. Satu-satunya makhluk yang bisa dengan sengaja menghilangkan nyawa “sesuatu” yang lain.
Bukan cuma perempuan yang suka duit, kok. Bukan cuma perempuan yang rela membunuh karena duit. Laki-laki juga banyak. Coba teman-teman diperhatikan lagi komentarnya, jangan sampai menggeneralisir gara-gara si Clara ini gak pake jilbab, mantan LC, rambutnya dicat, terus semua perempuan yang ciri-ciri fisiknya seperti ini juga jadi kena bully, dan muncul stereotip-stereotip baru terhadap perempuan yang bisa jadi lebih buruk. Bahwa perempuan adalah manusia penghisap, manusia suka duit, manusia yang rela membunuh hanya karena duit, bahwa orang yang rambutnya dicat adalah pembunuh, bahwa yang gak pake jilbab adalah bahaya, bahwa mantan LC adalah makhluk yang busuk dan doyan selingkuh.
Manusia, laki-laki atau perempuan akan selalu berpotensi untuk merusak, untuk menghancurkan. Begitupun saya. Tapi yang bisa kita lakukan saat ini adalah, saling mengingatkan koloni kita, saling memperhatikan dan melihat lagi ke dalam kelompok kita. Saya gak mau besok-besok ada berita serupa menimpa orang yang saya kenal. Mari saling menjaga.