Sekitar 74 tahun yang lalu, di Universe-nya One Piece, di Pulau Sphinx lahirlah seorang anak bernama Edward Newgate (Shirohige). Meski bukan Hachi, tapi dia hidup sebatang kara. Buat survive, Shirohige kecil kadang mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan makan gorengan melalui metode Darmaji, dahar lima ngaku hiji. Gak atuh.
Singkat cerita, Shirohige memutuskan berlayar untuk menjadi bajak laut. Dia bertumbuh menjadi dewasa semakin bertambah kuat. Shirohige bergabung bersama orang-orang kuat lainnya seperti Big Mom, Kaido, Kapten John, Silver Axe, Ochoku, Shiki, dan bajak laut ini dinahkodai oleh kapten Rocks D. Xebec.
Bajak laut Rocks dikenal sebagai bajak laut yang paling kejam, ditakuti oleh angkatan laut dan pemerintah dunia. Bahkan saking kejamnya, sesama anggotanya tidak akur dan berusaha saling membunuh. Setelah peristiwa di God Valley, bajak laut Rocks mampu dikalahkan oleh Monkey D. Garp yang dibantu oleh Bajak Laut Gold D. Roger. Setelah insiden tersebut para kru bajak laut dari Rocks bubar dan para anggotanya membentuk kelompoknya sendiri termasuk salah satunya Shirohige.
Impian Shirohige sebenarnya kepingin punya sebuah keluarga, tapi bukannya menikah, dia malah merekrut beberapa anggota yang dia anggap memiliki rasa kekeluargaan yang sangat tinggi.
Selama menjadi bajak laut, Shirohige tidak pernah lupa pada kampung halamannya dengan cara mengirimkan pendapatannya untuk memakmurkan Pulau Sphinx. Shirohige dikenal sebagai sosok yang kuat, keras, tegas, bijak, penuh kasih sayang dan cinta akan kemanusiaan. Prinsip bajak laut Shirohige adalah prinsip keluarga.
Ketika aku sedang termenung dan memegang sebuah gelas berisikan teh hangat, aku berpikir bahwa buatku, bisa aja keluarga adalah harta yang paling berharga –seperti lagu. Karena itu, aku yakin nenekku bisa aku gadaikan di pegadaian.
Kira-kira itulah impian Shirohige mengarungi lautan dan menentang bahaya, mungkin Shirohige memang sedang cari harta yang paling berharga buat digadaikan atau mungkin cari keluarga buat dituker tambah sama Astrea. Duh, saya yang jadi perantauan jadi sedih. Kalau diinget-inget, sebanyak apapun temenku di perantauan, yang bener-bener temen tuh yang pasti dateng dan nemenin waktu aku sakit. Beda kalau di rumah, pasti sekeluarga ikutan repot. Inget, gak ada lawan atau kawan yang abadi, yang ada kepentingan abadi. Tapi kalau sama keluarga, darah yang abadi. Yah, darah lebih kental daripada air ya guys.
Jangan pernah lupa kabarin terus keluargamu!