Ketika pandemi Covid-19 di tanah air menjadi kian nyata dan dunia penerbitan buku cetak terkena dampak negatifnya, dunia penerbitan lain justru, secara tak langsung, terkena dampak positifnya. Yang dimaksud adalah dunia penerbitan novel digital atau yang lebih dikenal dengan webnovel. Industri ini memperoleh singgasananya di saat industri buku konvensional tengah diuji oleh pasar baru yang cenderung berjarak dari interaksi sosial secara fisik.
Pernyataan ini tentu bisa diperdebatkan, tapi paling tidak itulah yang saya lihat dan rasakan setelah mencelupkan diri ke dalam industri tersebut. Menjadi editor di sebuah platform digital yang merupakan ruang tampil bagi webnovel, saya menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang menghabiskan waktu, energi, dan uang mereka untuk membaca novel-novel panjang yang terdiri dari ratusan hingga ribuan bab, ratusan ribu hingga jutaan kata, tanpa perlu bepergian keluar rumah. Kebijakan physical distancing yang ketika itu diterapkan tak menjadi penghalang bagi mereka untuk menikmati novel-novel tersebut, bahkan hingga ke tahap yang bisa dikategorikan adiktif.
Dan tentu saja ini sebuah keunggulan. Di saat orang-orang tak lagi bebas beraktivitas di luar rumah, termasuk di antaranya untuk membeli buku fisik atau menghadiri acara-acara peluncuran buku atau diskusi buku, opsi untuk membeli dan membaca novel tanpa perlu keluar rumah ini menjadi sesuatu yang menarik. Apalagi, setelah mereka telusuri, rupanya novel-novel yang ditawarkan bukanlah novel-novel “berat” melainkan novel-novel “ringan” yang bisa dinikmati dan dipahami tanpa perlu menggunakan “alat-alat pembacaan” yang umumnya diperlukan saat membaca karya sastra. Mereka bisa dengan relatif mudah terhibur tanpa perlu bersusah-payah terlebih dahulu, dan itu membantu mereka memperoleh ketahanan psikis yang sedang sangat mereka butuhkan untuk bertahan di situasi pandemi yang membikin stres. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Katakanlah begitu.
Maka dari itu, sama sekali tidak mengherankan bahwa di tahun-tahun awal pandemi sejumlah platform digital yang disinggung tadi itu bermunculan seolah-olah baru kali itu mereka diperkenalkan ke publik pembaca di tanah air, dengan beberapa di antaranya begitu cepat menjadi pusat perhatian. Sebut saja NovelMe. Platform digital yang identik dengan warna kuning ini sempat menjadi primadona di dunianya. Popularitasnya sempat meroket hingga ia menjadi salah satu platform digital untuk webnovel yang paling banyak diunggah dan digunakan di tanah air, khususnya di akhir 2021.
Yang menarik dan perlu digarisbawahi di sini adalah bagaimana platform digital seperti NovelMe menyikapi pasar dunia perbukuan yang tengah mengalami perubahan yang signifikan itu. Dan sebab posisi saya di sini adalah editor, saya akan menawarkan pembacaan yang bertolak pada konten novel-novel yang terbit di NovelMe, dalam kaitannya dengan perubahan pasar sebagai konteks.
Sebagai informasi, digunakannya kata “webnovel” alih-alih “novel digital” adalah untuk membedakan novel-novel yang terbit di platform digital seperti NovelMe dari buku-buku cetak yang sekadar diubah bentuk luarnya menjadi novel digital. Webnovel menawarkan bukan hanya bentuk luar yang sesuai dengan kebutuhan pasar saat itu, melainkan juga bentuk dalam. Sebuah webnovel didesain untuk bisa membuat pembaca terus terdorong untuk membuka bab selanjutnya dari sebuah buku setiap kali mereka sampai pada akhir bab yang tengah dibaca, untuk mengikuti konflik berikutnya dari novel tersebut setelah satu konflik terselesaikan. Dengan desain seperti ini, asalkan eksekusinya mumpuni, sebuah webnovel bisa ditulis hingga ratusan bahkan ribuan bab dan tetap diikuti oleh pembaca. Dan semakin cocok kontennya dengan apa yang dicari dan diinginkan kebanyakan pembaca, semakin besar peluang webnovel tersebut untuk bertahan, dilanjutkan hingga menjadi lebih panjang lagi tanpa kehilangan tempatnya di hati pembaca.
Terkait hal ini, di kalangan para editor webnovel ada yang kemudian disebut sebagai formula webnovel. Istilah ini mengacu kepada struktur plot yang umumnya digunakan dalam sebuah webnovel dan, biasanya, mampu mendongkrak penjualan bab-bab berbayarnya. Adapun formula ini sendiri tidak tunggal; bisa berbeda-beda tergantung tipe webnovel yang ditulis. Sebagai contoh, saya akan mencoba menjelaskan formula untuk webnovel dengan tipe Miliarder dan Menantu.
Di webnovel tipe Miliarder, struktur plotnya kira-kira seperti ini: Di awal cerita, si tokoh utama (umumnya pria) digambarkan mengalami kesulitan finansial dan berada di titik terendah dalam hidupnya, tapi segera, setelah sesuatu terjadi, dia menjadi orang dengan kekayaan tak terbatas dan dengan itu dia membalas perlakuan buruk orang-orang terhadapnya, sekaligus membantu orang-orang tersayangnya untuk bangkit dan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Inti webnovel tipe Miliarder adalah pada kekuatan uang. Semakin kaya seseorang, semakin mudah baginya untuk menjadi yang terbaik; semakin memungkinkan baginya untuk menjadi pahlawan bagi orang-orang dalam sirkelnya. Tapi satu hal: si tokoh utama ini diharuskan untuk menyembunyikan fakta kalau dia sekarang sudah menjadi sangat kaya.
Sementara itu di webnovel tipe Menantu, kira-kira seperti inilah struktur plotnya: Di awal cerita, si tokoh utama (umumnya pria) dikisahkan hidup menumpang di rumah mertuanya, dan oleh orang-orang di keluarga itu dia dianggap menantu sampah yang tak berguna, seorang pria yang menggantungkan hidupnya kepada istrinya sementara dia sendiri hanya mengurusi tugas-tugas rumah, tapi berkat sesuatu hal, apa pun itu persisnya, dia mampu bangkit dari keterpurukannya, bertransformasi secara signifikan menjadi sosok yang bukan hanya dihormati tapi juga dikagumi, dan diam-diam dia biasanya membantu istrinya memperoleh status sosial yang jauh lebih baik. Inti dari webnovel tipe Menantu adalah pada membalikkan keadaan tanpa melepaskan diri dari status si tokoh utama (pria) sebagai menantu. Dan seperti di webnovel tipe Miliarder, di webnovel tipe Menantu pun si tokoh utama diharuskan untuk merahasiakan kebangkitannya; biarkan orang-orang menyadari transformasinya yang luar biasa ini nanti seiring waktu berlalu.
Mencermatinya baik-baik, kita bisa melihat bahwa dua tipe webnovel ini menawarkan cerita tentang kebangkitan seorang pria dari keterpurukan yang menyiksanya. Dan cerita semacam ini memang salah satu yang paling diminati oleh para pembaca webnovel, khususnya pembaca pria, ketika itu. Menarik sekali bahwa cerita seperti ini ditawarkan kepada pembaca di saat dampak negatif pandemi semakin terasa nyata di mana orang-orang kehilangan pekerjaan dan kehilangan rasa aman, di mana nilai mereka sebagai manusia seakan-akan menjadi rendah dikarenakan mereka jadi tak berpenghasilan dan karena itu tak berguna. Sedikit banyak, kisah kebangkitan yang ditawarkan dua tipe webnovel tadi beresonansi dengan situasi pandemi saat itu, terutama barangkali para pria yang melihat dirinya sebagai pemimpin keluarga dan pencari nafkah. Bagaimanapun, masyarakat kita masih terbelenggu oleh nilai-nilai patriarki.
Bisa dibayangkan, saat membaca cerita-cerita tersebut, para pria yang baru saja kehilangan pekerjaan dan rasa aman itu merasa mendapatkan ruang fiktif untuk mengaktualisasikan diri, sekaligus mungkin melepaskan perasaan-perasaan negatif yang menggerogoti mereka. Dengan mengikuti petualangan heroik si tokoh utama di webnovel tipe Miliarder atau Menantu, mereka seperti mengalami sebuah kehidupan yang mampu memberi mereka rasa puas yang sangat, di mana dalam waktu yang relatif singkat dan dengan cara yang relatif mudah mereka memperoleh kekayaan dan status sosial yang mereka inginkan. Sebuah ruang fiktif yang sempurna bagi orang-orang yang sudah lelah berjuang dan nyaris putus asa. Dan siapa tahu, setelah menikmati cerita-cerita tersebut mereka mendapatkan kekuatan yang dibutuhkan untuk bisa bangkit dan keluar dari situasi kritis mereka masing-masing.
Ini hanya sebuah gambaran kasar. Diperlukan analisis dan pembacaan yang mendalam dan komprehensif, disertai data-data yang kredibel, untuk bisa benar-benar membedah keterhubungan antara situasi pandemi Covid-19 di tanah air dengan tipe-tipe cerita yang ditawarkan oleh webnovel-webnovel yang bisa diakses dengan mudah di platform-platform digital seperti NovelMe. Perlu diketahui bahwa, sementara situasi pandemi mengalami perubahan dari waktu ke waktu, hingga saat ini dua tipe webnovel yang disinggung tadi masih saja sangat diminati oleh para pembaca webnovel, seakan-akan segmentasi pasarnya telah terbentuk dan akhirnya terbebas dari konteks sosial di sekitarnya–sesuatu yang agaknya muskil, jika bukan mustahil.
Tapi katakanlah itu benar. Maka, apakah bisa dikatakan bahwa, terlepas dari ini hal negatif atau positif, webnovel telah menemukan tempatnya tersendiri di kalangan pembaca novel di tanah air? Dan jika memang benar begitu, lantas apakah itu artinya industri ini telah diterima sebagai salah satu industri perbukuan yang akan bertahan lama di tanah air–tidak sekadar muncul ke permukaan untuk kemudian tenggelam?
Mungkin ini terdengar klise, tapi untuk pertanyaan yang kedua, waktulah yang akan menjawabnya.(*)
Jakarta, 2023