Tuan Nabi
Sekemarau gurun
Segerimis pasir
Buah-buahannya manis
namun pemerintahannya busuk
Tak ada siang tak ada malam di sana
yang ada hanyalah kegelapan
Sampai lahirlah Cahaya
yang sinarnya menunjukkan mana manis, mana yang busuk
Sehingga yang memilih manis, Ia mendapat akibatnya sendiri
Sehingga yang memilih busuk, Ia mendapat akibatnya sendiri
Satu buah busuk, dapat membuat busuk seribu buah manis yang tercampur padanya
“Pindah, pergi, tinggalkan yang busuk!”
Niscaya manis tetap padanya
“Cahayaku, sinarmu mempertunjukkan
Kau pahlawanku”
Tak ada pasar yang se-agung pasar bercahaya
Bersinar terang, menujukkan:
mana beras, mana semangka, pepaya, kelapa, pisang, juga anggur
mereka berbeda di dalam tujuan yang Satu
sebagai nutrisi ideologi
“Kalau yakin soal adanya surga dan neraka
mengapa masih hidup dalam benturan untung dan rugi
Hidup adalah untuk saling berbelas kasih, untuk mengabdi
lain ngadeluk néangan bati“
Di tempat kepindahannya
sinar Cahaya semakin terang benderang
Mengungguli kegelapan yang menantang
Memerangi kegelapan yang merintangi
“Demikian sinar cahayanya, benar-benar mempertunjukkan
Bukankah Ia pahlawanmu?”
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar
Laailaahaillallahu Allahuakbar
Allahuakbar walillahilhamd(u)
Berangkat bersama kedamaian
membawa aman dan kebijaksanaan
Atas nama keselamatan
pengkhianatan, harus dituntaskan
Ia tak membawa palu apalagi arit
mengapa kalian terbirit-birit
Mengeluarkan jeritan
dari pintu-pintu kesalahan
yang dibangun dari kejahilan
Apakah kesalahan Cahaya
apabila sinarnya membunuh kegelapan yang menerjang
Apakah kesalahan Cahaya
tatkala sinarnya menunjukkan
keserakahan yang musti diluluh-lantakkan
Inna fatahna laka fathammubiina
“Wahai Cahaya, sinarmu telah menerangkan segalanya
Kau pahlawan kita semua”
Purwakarta, 2019
_________________
Untuk Umat Ujung Senja
Gelap adalah khayal
bagi aku yang siang
Terang pun khayalan
bagi aku yang malam
Mencelupkan mimpi pada api
adalah kebinasaan
Siang pasti diganti malam
dan sekarang Kita di ujung senja
Maukah menyambutnya di rumah
atau di tengah hutan
atau di jalanan
terserah!
Purwakarta, 2020
__________________
‘Bin Adam’
Tak ada yang ingin kalah saat berencana
Melawan dari segala arah
dari hal-hal yang tak terduga
dari singgasana pikirannya sendiri
Tak ada yang ingin kalah saat berencana
Melawan dengan segala cara
dengan hal-hal yang tak biasa
demi melanggengkan tahta singgasananya
Tapi Hari ini
Untuk apa Kita menang
Untuk siapa Kita berperang
Untuk apa Kita menang
Bukankah Kita ini pasangan
yang mesti saling melengkapi
bukan memusuhi
Kita bernafas dengan udara yang sama
Apa yang menjadikan Kita berbeda
Tidakkah langit dan bumi memberikan ilmu
bahwa merekalah bapak dan ibu
Hari ini
Untuk apa Kita menang
Untuk siapa Kita berperang
Bukankah Kita ini saudara
yang mestinya melengkapi
bukan memusuhi
Sesulit itukah mengasah batin
untuk saling mengasihi
dan mengasuh
untuk persaudaraan yang semakin mewangi
Purwakarta, 2021
Notes: Puisi-puisi ini telah dimusikalisasi juga oleh penulis. Semoga para pembaca berkesempatan untuk mendengarkannya di media yang lain.