Kamu boleh menyebut tahun baru dan printilannya seperti sampah, tak ada gunanya. Tahun terus baru dan masalah hidupmu masih sama. Contohnya saja, fantasimu tahun lalu (meski baru lewat sehari) untuk menjadi warga negara lain masih jadi fantasi hingga saat ini. See? Tahun baru, masalah lama.
Tahun baru, dan kamu masih pengangguran, masih patah hati, masih berduka, masih kehilangan harapan, lebih karib dengan kasur daripada orang-orang di sekelilingmu, masih aktivis yang was-was dijerat UU ITE, masih pendukung HRS dan simpatisan FPI yang geram.
Namun kenapa masih ada yang menganggap perlu ada peringatan, atau menjadikan hari-hari biasa menjadi momen khusus? Tahun baru, lebaran, haul, ulang trahun, semuanya bisa jadi cuma bagian dari tentakel-tentakel kapitalisme atau propoganda politik dalam kehidupan komunal kita. Tapi, ia juga bisa berarti lain secara personal. Sebutlah jeda untuk berpikir, seperti rest area dalam ruas tol yang deras dan panjang.
Lepas dari betapa omong kosongnya semua ini, saya kira masih ada yang bisa kita gunakan untuk menghadapi 2021, atau dalam sebutan yang lebih pesimistis 2020 jilid 2.
Saya kira ada yang selalu bisa diperbarui, termasuk untuk tahun yang baru masuk sehari ini. Sedikit banyak adalah mindset untuk melihat bagaimana setiap permasalahan kita bisa dihadapi dengan wajar dan sehormat-hormatnya.
Wajar sebab masalah adalah bagian dari keseharian kita yang inheren, seperti aroma busuk dari tubuh sendiri. Dengan hormat sebab lebih banyak yang tidak kita tahu dalam hidup ini, sebaiknya jangan meremehkan dan berhati-hati. Jangan mengiyakan tawaran pinjaman online secepat kau kentut, jangan baper dengan keramahan seorang marketing perumahan.
Mungkin dengan begitu dalam prosesnya akan kita temukan approach-aproach baru. Tidak sefenomenal menemukan obat pencahar trauma agar kita mentally lebih stabil, atau larutan peluntur insecurity biar berani buka bisnis baru, atau lotion pelicin simpati untuk mendapat anggukan HRD di tempat yang kau inginkan untuk bekerja. Atau dalam kasusku menemukan formula yang membuat setiap produk dan layanan yang kubikin langsung menyelesaikan masalah konsumen dan klienku. Oh btw aku mengelola penerbitan kecil-kecilan dan terlibat dalam sebuah konveksi sablon dan percetakan.
Mungkin mulai mengubah jam tidur, mendalami hal baru, keterampilan baru, kebiasaan baru, idola baru, role model baru, konsumsi konten baru, influencer baru. Jika belum karib dengan online marketing kau bisa mulai meraba isinya, tapi waspada, jangan buang-buang uang untuk course online marketing berbayar.
Dengan begitu pengetahuan baru betambah, cara berkomunikasi kita sedikit berubah, jenis teman kian beragam. Apakah itu semua akan berujung sesuai harapan dan membuat kita lebih happy? Belum tentu, tapi layak dicoba.
Kita tahu, banyak yang bilang kalau kebahagiaan adalah kenyataan dikurangi ekspektasi. Tapi siapa yang bisa mengenyahkan godaan ekspektasi di kepala kita? Aku kira kita bisa menyiasati itu dengan tetap menerapkan batas ekspektasi kita tak lebih dari nilai modal yang kita punya.
Ekspetasi akan selalu ada, dan seiring waktu ia akan membuat kita kecewa, mungkin karena proporsinya yang keterlauan seperti berharap bisa profit 500-jt sebulan, padahal biasanya cuma bisa menghasilkan ratusan ribu perbulan. Gampangnya, buat rencana yang proporsional, sesuai dengan modal yang ada tadi itu, bisa jadi uang, tenaga, jaringan, eksposure, dll.
Dalam hal begini kurasa, semua orang bisa temukan kata kunci yang membuat masing-masing kita merasa sanggup berhadap langsung dengan 2020 jilid dua ini dengan lebih berdaya dan berani.
Bisa jadi kata kunci kita sama. Hasil daur ulang dari sesuatu yang banal dan sampah seperti momen tahun baru dan seluruh slogan positivity-nya yang bikin mual. Kemudian upaya bikin resolusi 2021 yang bikin umat nyinyir bilang: aelah paling 90 persennya juga bakal gagal.
Robb Rutledge, peneliti senior di University College London yang mempelajari studi pengambilan keputusan dan kebahagiaan bilang, bersedih atau minimal mencibir (tahun baru tapi masalahnya masih yang lama) adalah respons yang terlalu biasa. Ia menyarankan orang harus memiliki harapan yang realistis.
Katanya “Buatlah rencana tapi sadari bahwa tidak semuanya berjalan dengan sempurna, dan kemudian lihat apa yang terjadi.” Dari sini kukira aku musti mulai dengan kata kunci untuk mengobati kekecewaan besar 2020 lalu. Kata kunciku adalah mindset. Bahwa dalam kondisi seburuk apapun, aku harus aktif dan tanggap, serta berhenti menyalahkan NEGARA! Lagipula ngapain nyalahin orang yang kita gak kenal dan gak bisa diharapkan!
Entah apa yang kamu lakukan saat ini, tapi saya mulai mendaftar target profit yang masuk akal, jenis bisnis yang mungkin dijalankan, model agenda untuk gerakan sosial yang selama ini saya terlibat di dalamnya, dan siapa saja yang bisa dikontak untuk melumasi rencana-rencana kecil itu.
Jadi di antara semua omong kosong ini, aku mau ngucapin selamat tahun baru 2021. Apapun yang kamu lakukan, semoga berhasil.