Tahun Akhir
Bagaimana cara mencatat lengkap
Kilometer-kilometer paling panjang
Dalam hidup kita?
Bagaimana cara lain menulis
Aku 32 tahun, tidak menyesali apa pun
Sambil menahan kram di pantat dan perut?
Tak apa memimpikan dunia
Yang tak pernah ada
100 Tahun setelah hari ini
Namamu telah dipakai
Orang berbeda
Berkali-kali
Tubuhmu paham arti tidur,
Tapi tak pernah paham
Arti “tidak memikirkan apa-apa”
Berapa teguk lagi
Yang kau perlu
Untuk melawan gravitasi
Menginginkan
Bergantung
Pada mata sibuk orang-orang
Yang menghitung jumlahnya sendiri
100 Tahun setelah hari ini
Tempat tinggalmu disebut,
“Dulu-banyak-orang-pernah-di sini”
Bisa kita ciuman saja?
Satu kereta baru saja lewat,
Dan kita ketinggalan. Lagi.
Waktu Kita Masih Sangat Muda
(Buat Ruhyana)
Berapa lama yang diperlukan cahaya
Untuk menemukan mata bayi kita?
Perih di mata
Pedih di hidup kita
Orang selalu pergi
Dan pertanyaannya selalu:
“Apa harus hari ini?”
Hari-hari muda jauh
Lewat di belakang
Dua-tiga nama
Pudar dari ingatan
Berapa lama lagi
Yang kita punya
Untuk merelakan semuanya?
Katakan, kau akan mengingatku
100 Tahun lebih panjang dari usia kita
Dalam kesedihan orang-orang hidup
Dan lupa orang-orang mati
Berapa lama yang diperlukan usia
Untuk mengecup hari akhir kita?
Andai saja kita tahu,
Andai saja…
Doa
Bicaralah padaku
Lebih lantang dari
Mimpi-mimpi yang sakit
Seperti wahyu
Tuhan, berapa usiamu?
Agar aku tahu cara
Bicara denganmu
Demi mata lelah buruh murah
Di manakah orang miskin boleh
berdoa?
Jika Kau Pergi
Bawalah yang manis-manis
Dari masa kini
Orang-orang tertawa
Mungkin berbahagia
Tempat-tempat paling terang
Makanan paling enak
Seratus tahun lagi
Namamu bakal jadi nama orang lain
Tempat ini bakal jadi “dulu sekali”
Dan kisahmu diringkas menjadi
“Pada suatu hari” atau
Tak bersisa sama sekali
Jika kau pergi
Bawalah yang manis-
manis
Dari hidup
Yang poranda ini.
TAPI IDUP BEGINI TERANG,
DAN KITA SUKA LUBANG ITAM
YANG MENELAN ABIS APA AJA
Kenapa baju-baju warna bagus
Di tubuh kita tidak memancarkan
Keriaan hari ini?