Sekeping Kertas
Di dalam, semua barang masih ada di tempatnya, kecuali satu hal—sosok yang seharusnya ada di sana.
Di dalam, semua barang masih ada di tempatnya, kecuali satu hal—sosok yang seharusnya ada di sana.
Di antara aroma batagor dan kenangan yang mengendap, ia kembali ke meja makan yang hanya tersisa dalam ingatan, tempat ibu dan dirinya yang kecil masih setia menunggu cerita yang belum sempat usai.
Potongan-potongan kenangan absurd, manis, dan intim—tentang cinta, kebebasan, dan hal-hal kecil yang bikin hidup terasa lebih seru.
Kelelahan ibu yang ditelan kerja dan insomnia, kelaparan di tengah malam yang membangkitkan kenangan, serta pertemuan pahit dengan memori lama yang tak kunjung pudar.
Cerpen ini menggambarkan perpisahan yang perih, di mana cinta yang pendek dan kenangan yang panjang menyisakan harapan akan kebetulan yang tak pernah usai.
Rindu dan kenangan bersinggungan dalam sunyi, saat doa ulang tahun terucap tanpa kehadiran.
Malam ini, aku ingin sekali membaringkan tubuh lelahku bersama dengan harapan. Membawanya menepi sejenak—untuk selanjutnya kembali bergerak. Namun, hujan bertambah lebat, membawaku semakin larut dalam khayalanku tentang indahnya kehidupan. Tiba-tiba kantuk pun hadir; mendatangkan perpaduan antara realitas dan fiksionalitas. Alih-alih fokus, kantuk mengantarkanku pada kemungkinan lain yang semakin meluas. Realitas hadir samar-samar, tidak tertuju pada […]
Aku dalam perjalanan sebelum senja, saat aku pulang kerja. Setelah menyimpan tas laptop dan ganti baju, aku menemui keasinganmu. Dari lembar-lembar pembicaraan, kau berhasil menghapus nama-nama wanita di separuh usia. Dengan laku, dengan setiap apa yang keluar dari dirimu. “Ya ampun, kenapa kau mudah mengakui kesalahan? Kenapa asik banget kalau chatan? Suka melawak dan kenapa […]
Bareng-bareng kita berkarya dan saling berbagi info nongkrong di grup whatsap kami.