Debu di Rumah Mohtar
Terik, debu, dan teriakan membelah jalanan yang sunyi.
Pabrik, rumah, kafe—tiga panggung kekerasan dan kemunafikan.
Dua penulis berselisih ide dalam satu cerita.
Menulis nama Tuhan adalah dedikasi dan kecintaan Idris.
Di antara aroma batagor dan kenangan yang mengendap, ia kembali ke meja makan yang hanya tersisa dalam ingatan, tempat ibu dan dirinya yang kecil masih setia menunggu cerita yang belum sempat usai.
Seorang anak bertekad tarawih di saf depan, tetapi godaan gorengan di rumah menguji kekhusyukannya.
Berburu es buah favorit untuk buka puasa ternyata membawa ke kejutan yang tak terduga.
Perjalanan sembilan remaja ke desa seberang untuk menonton layar tancap berubah menjadi pengalaman tak terduga yang menguji keberanian dan batas realitas mereka.
Bareng-bareng kita berkarya dan saling berbagi info nongkrong di grup whatsap kami.