Papua merupakan salah satu bagian dari Indonesia. Terletak di paling ujung Timur Indonesia. Ada banyak hal unik terkait kehidupan kami sebagai orang Papua.
Mulai dari makanan pokok serta kebiasaan kami yang selalu terikat dengan lagu serta tari-tarian. Jangan heran kami selalu menari dan menyanyi di setiap acara resmi maupun tidak resmi. Kami juga dianugerahi keindahan alam sentuhan tangan langsung Sang Maha Kuasa. Usaha dan ekonomi bergerak di atas keindahan alam itu. Kafe, villa, dan lain-lain.
Akan tetapi ketika kami melangkah keluar daerah kami, pandangan yang kami dapat malah sebaliknya. Saya pernah tinggal di salah satu kota di pulau Jawa untuk menghabiskan liburan akhir tahun. Saya melihat dan merasakan sendiri betapa sedihnya menjadi orang Papua di sana. Stereotip yang kami dapat tak tanggung-tanggung.
Mereka melihat kami sebagai biang masalah dan berperilaku preman hanya karena rupa kami yang tak sama dengan mayoritas orang Indonesia. Rambut kami keriting, serta kulit kami yang gelap. Hingga mereka berpadangan seolah–olah kami ini kasar dan pemberontak.
Mereka menganggap kami bodoh dan terbelakang hanya karena infrastruktur yang belum memadai di sebagian besar pelosok Papua juga masalah internet sehingga menyusahkan ruang gerak kami dalam mendapat informasi. Mereka lupa bahwa ini masalah kita bersama bukan hanya orang Papua.
Sebagai anak Papua yang nantinya akan merantau ke pulau Jawa, hal ini tentu membuat saya takut mengingat pengalaman liburan kala itu, akankah terulang kembali?
Tapi saya sadar, tujuan saya keluar Papua adalah untuk belajar. Kehadiran saya di pulau Jawa merepresentasikan kehadiran orang Papua lain. Satu-satunya cara melawan balik stereotip orang di luar Papua terhadap orang Papua sendiri adalah dengan membuktikan bahwa kami orang Papua bisa.
Sudah banyak sekali orang Papua yang sukses dan menetap bahkan sampai ke luar negeri. Kesuksesan orang Papua tidak semata-mata hanya mengharumkan nama Papua saja akan tetapi juga merepresentasikan bangsa Indonesia.
Ada beberapa anak-anak papua yang membawa nama papua bahkan mengharumkan nama Indonesia, salah satunya: Septinus George Saa, yang dikenal sebagai sang jenius dari Papua dan merupakan fisikawan muda Indonesia. Ia menjadi pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics pada tahun 2004.
Selain itu, ada juga Gracia Josaphat Jobel Mambrasar atau dikenal sebagai Billy Mambrasar, seorang pemuda asal Papua pendiri yayasan Kitong Bisa yang bergerak dalam bidang pendidikan informal untuk anak-anak Papua yang kurang mampu dan putus sekolah.
Saat ini Billy Mambrasar juga berprofesi sebagai Staf Khusus Presiden Indonesia. Adalagi Bob dan Thinus, kedua anak Papua yang mengharumkan nama Indonesia.
Keduanya berhasil bergabung bersama tim NASA. Dua anak Papua ini tergabung dalam tim Padi, penelitian yang akan mereka kerjakan tentang uji coba apakah padi sungguhan bisa tumbuh di luar angkasa.
Tidak hanya laki-laki, dua putri asal Papua yakni Vanda dan Martha Ztiennov Itaar sukses membuktikan kompetensi mereka di dunia penerbangan dengan terpilih menjadi pilot perempuan pertama asal Papua yang akan mengawaki pesawat milik maskapai nasional Garuda Indonesia. Selain itu, masih banyak lagi anak-anak papua yang memiliki prestasi dan mengharumkan Indonesia.
Dari keenam tokoh inspirasi di atas tersebut kita bisa lihat bahwa anak-anak Papua itu bisa bersaing dengan potensi yang mereka miliki masing-masing, dan bisa mengharumkan nama Indonesia dengan prestasi-prestasi mereka. Saya sebagai seorang mahasiswa asal Papua pun memiliki tujuan yang sama untuk memajukan Papua dan mengharumkan nama Indonesia melalui prestasi dan potensi yang saya miliki.
Saat ini saya bangga karena bisa masuk salah satu kampus terbaik di Indonesia yaitu Universitas Sebelas Maret dengan mendapatkan beasiswa afirmasi. Jurusan yang saya ambil adalah perencanaan wilayah dan kota. Dengan jurusan yang saya ambil ini, saya ingin dan berimpian untuk memajukan infrastruktur yang ada di Papua.
Keenam nama di atas memotivasi saya untuk bangga dengan prestasi dan skill yang saya miliki, baik di bidang akademik maupun non akademik. Motivasi dan dorongan itulah yang membuat saya bangga menjadi anak Papua dan ingin membuktikan bahwa Papua itu bisa dan mampu bersaing di mana saja dan dengan siapa saja.
Melalui tulisan ini saya harap agar saudara-saudara non Papua yang sering menganggap remeh kami untuk ke depannya dapat berpikir lebih terbuka, bahwa kami punya tekad dan kemauan yang kuat untuk belajar hingga kami memilih untuk merantau jauh dari keluarga.
Kami capek dicap macem-macem! Kami tidak ingin menyakiti siapapun, kami hanya ingin mencari ilmu. Sebagaimana pada hakikatnya ilmu pengetahuan adalah milik semua orang, non Papua maupun Papua.
Tepuk Saluuutttt untuk para pejuang dari ujung timur Indonesia, khususnya Papua. Tidak perlu mendengar dan tanggapi segala stereotip tidak menyenangkan yang keluar dari omongan orang-orang diluar sana terkait orang-orang Papua. Jadikan itu motivasi untuk tetap mau berjuang menanggapi mimpi dimanapun berada. Tunjukan ke ke mereka, diri, keluarga, bangsa dan Negara bahkan dunia, kalau kalian bisa berprestasi dengan talenta yang telah di miliki untuk mengharumkan nama bangsa. Semangat membangun Papua, Semangat membangun Indonesia.
Saya sbg anak Papua juga setuju akan hal ini, oleh karena itu saya harap kita sbg anak muda seharusnya bisa berpikir terbuka dn bukan hnya mendengar omongan org sj lalu mengambil kesimpulan yg kita sendiri tdk tau apakah itu benar atau tdk, dn alangkah baiknya jika kita bisa menghidupkan semboyan bangsa kita yaitu; Bhineka Tunggal Ika yg artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua
Saya setuju untuk hal ini.. Kita sebagai anak rantau sudah pasti masuk kedalam dunia dan situasi baru.. Dan sebenarnya orang papua lebih dan bahkan mampu dalam pendidikan.. Mknya itu.. Kitong harus tunjukan klu kitong sangat bisa dlm pendidikan.. jangan mau di jatuhkan ..
Sebagai salah satu anak Papua yang sedang merantau di tanah Jawa, khususnya Yogyakarta, saya sangat setuju dengan hal ini. Tujuan saya mengenyam pendidikan di sini adalah untuk membuktikan bahwa kami orang Papua memang kekurangan infrastruktur tapi tidak dengan prestasi.