

Sejujurnya Minpang punya keinginan menjadi Duta Baca dari dulu, tapi sampai sekarang masih gak kesampaian, dan memang cocoknya jadi duta Gerindra saja. Eh enggak!
Nah, pada wawancara kali ini Minpang ada kesempatan nih ngobrol-ngobrol sama Duta Baca Purwakarta, namanya Siti Halimah atau yang biasa dipanggil Limeh. Halimah saat ini terdaftar sebagai mahasiswa STIES Indonesia Purwakarta, jurusan Ekonomi Syariah. Bersama perempuan kelahiran Purwakarta, 3 Februari 2005 ini Minpang mau nanya-nanya tentang bagaimana cara menjadi Duta Baca dan hal-hal lainnya.
Jangan bengong! Ayo ikuti wawancara Minpang dengan Duta Baca Purwakarta ini.
Halo Halimah Sang Duta Baca Purwakarta!
Hehehe, halo juga, Kak!
Gimana kabarnya nih? Sehat-sehat kan?
Sehat-sehat kak, Alhamdulillah!
Ngobrolin tentang Duta Baca Purwakarta yuk! Senapsaran nih gimana caranya jadi duta baca soalnya pengen jadi duta baca gitu.
Ayok aja.
Pertama nih, mau tahu dong proses pemilihan Duta Baca Purwakarta itu gimana? Seleksi atau ada tesnya gitu?
jadi proses pemilihan Duta Baca di Kabupaten Purwakarta itu disesuaikan dengan proses pemilihan untuk ke tingkat Provinsi. Tentu saja ada beberapa seleksi dan tesnya. Untuk seleksi, diawal pendaftaran, kita wajib mengumpulkan beberapa persyaratan administrasi, seperti melampirkan CV, motivation letter, resume 2 buku, essay, dll. Setelah pengumpulan data, kita diseleksi melalui tugas membuat dan melaksanakan kegiatan literasi (bebas) dalam kurun waktu satu minggu. Jika berhasil melaksanakannya, masuk ke tahap Camp Literasi yang disini kita diuji untuk membuat sebuah karya tulis dan pendekatan personal. Setelah semuanya selesai, kita ada wawancara tertutup yang dilakukan dua sesi dengan juri berbeda. Setelah wawancara, barulah ditentukan siapa saja winnernya lewat acara Festival Literasi yang dilaksanakan oleh Perpusda Purwakarta.
Setelah jadi duta baca Purwakarta, apa Halimah punya target jadi Duta Baca Jawa Barat juga?
kalo itu udah pasti, semoga ada rezekinya di tahun depan. Dan mohon dukungannya juga winner 1 dan 2 saat ini sedang berkompetisi di tingkat Jawa barat.
Jadi kemaren tuh Halimah winner ke berapa?
ke-3 kak
Wah, hebat! Duta Baca Purwakarta ada berapa orang?
ada 6 yg lolos sampe final kemarin untuk dutta baca 2025
Kalau acara pemilihan Duta Baca gitu diadakan tiap tahun ya?
iyaa, betul
Terus Halimah suka baca buku dari kapan?
kalau untuk suka, sudah dari kecil. Lebih tepatnya ketika menginjak kelas 3 SD di mata pelajaran IPA. Gatau kenapa waktu itu seru banget baca buku yang berbau makhluk hidup. Hingga akhirnya, kesukaan membaca ini keterusan sampai beranjak dewasa.
Sukanya baca genre apa?
Kalau untuk genre, bisa berubah-ubah. Tapi untuk saat ini lagi suka genre fiksi romancenya Rintik Sendu.
Oh, Rintik Sendu. Iya bagus, tuh. Kalau tugas Duta Baca Purwakarta apa aja?
Tugas baca di Purwakarta sudah pasti yang paling utama untuk meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat Purwakarta. Kita juga berperan sebagai role model literasi yang menunjukkan kebiasaan membaca, menulis, dan berkarya sehingga dapat menginspirasi masyarakat luas serta mendukung program literasi di sekolah, komunitas, dan perpustakaan. Duta Baca juga membantu membuat kegiatan seperti story telling, workshop, dan kegiatan literasi lainnya, sekaligus mempromosikan layanan perpustakaan kepada masyarakat. Melalui peran ini, kami ingin membuat budaya membaca di Purwakarta semakin hidup dan mudah diakses oleh semua orang.
jika yang sudah dijalankan oleh saya dan rekan-rekan Duta Baca 2025, ada Seminar Literasi & handicraft bersama pesantren Bustanul Ulum, Bedah Buku A Theory of Semiotic dan Ngadongeng bersama anak TK & SD.
Tentunya jadi Duta Baca ada program yang mesti dijalankan, nah program Halimah sebagai Duta Baca Purwakarta apa nih?
Di sini kami ada program terusan (dari Duta Nava sbelumnya) dan program lanjutan (dari Duta Baca 2025).
Program kerja terusan berupa:
1. Kunjungan ke masing-masing TBM (Taman Baca Masyarakat) di wilayah sekitar Purwakarta
2. Live streaming mingguan: dengan membahas isu terkini mengenai literasi di medsos duta baca dengan mentoring Duta Baca Jawa barat.
3. Kunjungan ke Perpustakaan Terapung
Program lanjutan:
1. Bersapa (Sekolah & Duta Baca Bersapa) kunjungan Duta Baca ke sekolah-sekolah di Purwakarta sekaligus mengenalkan literasi dan peran Duta Baca.
2. Gemes (Gerakan Medsos) yaitu aktif di medsos dengan konten edukatif dan inspiratif. seperti konten bedah buku.
3. Salca (Salasa Baca):
– Membaca rutin setiap Selasa, di mana saja
– Isi GForm sebagai bukti
– Reward setiap akhir bulan
4. Ecobag (Eco Creativity and Original Bagmaking): Mengajak masyarakat mengenal literasi lingkungan dan kreativitas dengan membuat totebag dari daun pandan. Hasil karya dapat dijual sebagai bentuk literasi wirausaha.
5. Sinergi Literasi di Rest Area 72: Mengadakan kegiatan literasi keliling, fun game, dan penjualan produk di Rest Area 72 setiap bulan atau saat event tertentu.
Apakah ada kegiatan kerjasama dengan komunitas Literasi setempat?
Sejauh ini kami baru berkolaborasi dengan komunitas Salasa Sastra (Kopel), TBM setempat, dan bersama Kampung Dongeng Purwakarta. Dan tentu saja kami banyak berkegiatan dengan pihak Disarpusda Purwakarta karena kami berada dibawah naunganya. Dikarenakan komunitas literasi di Purwakarta masi terbatas, kami blm maksimal dalam berkolaborasi ini
Bagaimana minat baca masyarakat Purwakarta menurut Halimah?
Menurut saya sebenernya minat baca masyarakat Purwakarta sudah mulai tumbuh, tetapi masih perlu banyak dorongan agar lebih merata di semua kalangan. Antusiasme terlihat dari semakin banyaknya anak-anak, pelajar, yang berkunjung ke perpustakaan daerah. Namun, tantangan tetap ada mulai dari harga buku yang relatif mahal, kurangnya minat membaca selain di sekolah, hingga belum meratanya akses literasi di beberapa wilayah pelosok.
Kalau tantangan untuk meningkatkan minat baca di Purwakarta apa saja, tuh?
Ada beberapa tantangan:
1. Harga buku relatif mahal, sehingga anak pelajar cenderung kesulitan membeli buku baru sehingga pilihan bacaan menjadi terbatas.
2. Kebiasaan membaca yang belum terbentuk sejak dini. Budaya membaca belum menjadi rutinitas, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
3. Akses literasi yang belum merata: Tidak semua wilayah memiliki perpustakaan atau ruang baca yang memadai, terutama daerah yang jauh dari pusat kota. Contohnya seperti daerah Wanayasa-Bojong.
4. Pelajar maupun pekerja sering merasa tidak punya waktu untuk membaca karena jadwal mereka yang padat.
5. Banyak orang lebih tertarik pada aktivitas visual dan scrolling sosmed, dibanding membaca karena dianggap membosankan.
Apa Halimah juga aktif di medsos untuk berkampanye tentang minat baca?
Saya sendiri belum sepenuhnya aktif di media sosial untuk kampanye minat baca karena baru juga mengemban amanah menjadi Duta Baca Purwakarta. Namun, saya berprinsip untuk konsisten membagikan konten positif, seperti mengunggah beberapa tulisan yang berkaitan dengan literasi. Selain itu, saya juga sudah menerbitkan satu buku bersama komunitas kampus, yang menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata dalam dunia literasi.
Bicara soal buku nih, saya mau nanya buku apa yang mengubah hidup Teh Halimah? Biar kayak selebgram gitu pertanyaannya.
Ada buku self improvement yang mengubah hidup saya, Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Buku ini membantu saya memahami cara mengelola emosi, menghadapi tekanan, dan tetap fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Lewat bahasa yang sederhana, buku ini mengajarkan bagaimana berpikir lebih tenang dan bijak di tengah rutinitas yang penuh tuntutan. Hidup saya yang terombang-ambing di masa SMA, setelah menemukan buku ini, saya jadi merasa lebih mampu menata diri, meningkatkan kualitas hidup, dan menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam mengambil keputusan.
Menurut Halimah sepenting apa membaca itu?
Menurut saya, membaca itu sangat penting karena menjadi cara termudah untuk membuka wawasan dan memperluas cara pandang kita terhadap banyak hal. Membaca membantu seseorang memahami dunia dengan lebih dalam, melatih empati, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, serta membuat kita lebih percaya diri dalam mengambil keputusan. Bagi saya, membaca adalah bekal dasar untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih matang dan siap menghadapi berbagai tantangan. Seperti sebuah kutipan “A reader lives a thousand lives before he dies. The man who never reads lives only one.”– George R.R. Martin. Membaca membuat kita merasakan begitu banyak kehidupan dalam satu perjalanan.
Asyeeek! Apa harapan Halimah untuk masa depan literasi Purwakarta?
Harapan saya untuk masa depan literasi Purwakarta adalah ingin budaya membaca semakin hidup dan menyatu dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. saya berharap perpustakaan makin ramai, program literasi terus berkembang, dan semakin banyak anak muda yang aktif menulis maupun berkarya. Saya juga ingin melihat munculnya lebih banyak komunitas literasi, ruang baca yang mudah diakses, serta kegiatan kreatif yang membuat membaca terasa menyenangkan. Pada akhirnya, saya ingin Purwakarta dapat menjadi daerah yang memiliki nilai Panca Waluya yang maju, cerdas, dan berbudaya melalui kekuatan literasi.
Terima kasih Halimah atas kesempatan wawancaranya! Jaya terus literasi Purwakarta!
Sama-sama Kak!