Dengan kesempatan ini, tentu saya manfaatkan untuk memuaskan rasa penasaran terhadap Estuari.
Silaturahmi Puisi bersama Estuari

Selain mengadakan lomba baca puisi di Instagram, Nyimpang.com merayakan Hari Puisi Nasional 2025 bersama Estuari secara offline dan turut mengundang komunitas literasi, pegiat sastra, sekaligus pelaku kesenian yang ada sebagai ajang silaturami.
Perayaan tersebut digelar Sabtu, 3 Mei di Purwakarta, dan—tidak seperti biasanya—saya datang lebih awal dari jam yang sudah diinfokan oleh panitia melalui undangannya. Ada hal yang membuat saya ingin datang lebih awal: berkenalan dengan Estuari.
Sore itu, sebelum acara dimulai, saya diberi izin oleh empunya Nyimpang, A Farid untuk berbincang langsung dengan pihak Estuari. Karena Duo Musisi Estuari belum ada di lokasi dan yang lain sedang mempersiapkan acara, saya berbincang lebih dulu dengan manajernya, Eggy Resa.
Dengan kesempatan ini, tentu saya manfaatkan untuk memuaskan rasa penasaran terhadap Estuari. Eggy selaku manajemen Estuari berkenan meluangkan waktunya.
Dalam perbincangan saya dengan Eggy, ia bercerita bahwa Estuari ini tercipta secara tidak sengaja.
Eggy bersama Annisa (vokalis Estuari) awalnya sedang bermain di salah satu coffee shop yang ada di Bandung, dan di tempat tersebut mereka menikmati Instrumental yang dibawakan oleh gitaris yang sedang tampil di sana. Ternyata Annisa suka, dan menawarkan gitaris tersebut untuk bekerjasama.
Jauh sebelum momen tersebut, Annisa aktif menulis sejak kelas 3 SD. Ia juga mempublikasikan sajak yang ia tulis di blog dan Instagram.
Kemudian ia memiliki dorongan untuk membacakan sajak-sajak yang sudah ia tulis dengan iringan musik yang menemani sajak-sajaknya itu, agar karyanya tidak berhenti menjadi tulisan saja.
Rian, nama gitaris yang tampil di kafe yang Eggy dan Annisa singgahi, awalnya tidak merespons dengan serius ajakan dari Annisa, hingga Annisa mengirim sample terlebih dahulu kepadanya.
Setelah sample yang dikirim Annisa, Rian mulai memberi usulan bahwa sajak yang Annisa tulis mungkin lebih cocok menjadi sebuah lagu dan mereka mencoba hal tersebut.
September 2022, Annisa dan Rian akhirnya sepakat membuat band musikalisasi puisi dengan nama Estuari.
Cerita singkat dari Eggy tentang ketidaksengajaan terbentuknya Estuari, memunculkan pertanyaan baru dibenak saya,
“Agenda apa yang sedang Estuari kejar, dan kenapa harus Nyimpang?” yang akhirnya saya lontarkan.
Dengan latar belakang Annisa yang aktif menulis, tentu Estuari memiliki visi Literasi. Estuari juga tidak hanya mampir ke Purwakarta, mereka sudah melakukannya ke kota-kota lain di Jawa Barat, dan tiga daerah di Jawa Tengah. Hal ini mereka lakukan untuk mengenalkan album pertama mereka dengan nama Dwara Mantik yang berisi delapan lagu di dalamnya.
Dengan visi literasi yang mereka miliki, tentu sasaran kerjasama mereka adalah komunitas literasi salah satunya adalah Nyimpang.com. Tur Estuari mereka namai “Estuari Mampir” yang dilakukan dua bulan sekali.
Visi literasi yang Estuari bawa adalah pendengar mengetahui kekayaan bahasa indonesia, tegas Eggy. Bahkan nama Estuari itu sendiri yang banyak orang belum tahu maknanya. Dengan harapan membuat pendengar mencari artinya, termasuk nama albumnya, Dwara Mantik.
Di tengah perbincangan saya dengan Eggy, Annisa dan Rian akhirnya sampai di lokasi. Saya diarahkan berbincang secara langsung dengan Annisa selaku vokalis Estuari.
Karena sudah berbincang lebih dulu dengan Eggy selaku manajer Estuari, saat berbincang dengan Annisa saya hanya penasaran dengan proses kreatifnya. Ia dengan jujur bercerita bahwa lagu Estuari sebenarnya adalah kumpulan sajak yang telah ditulis dan diseleksi bersama. Beberapa sajak yang terpilih menjadi lagu dalam album Dwara Mantik ini antara lain: Negeri Para Tuan, Riuh, Berjalan Lebih Jauh.
Negeri Para Tuan adalah sajak yang bercerita tentang fenomena kota. Saat itu, Annisa sedang main ke Jakarta dan mendapati fenomena kepemilikan, ia sebut dengan fenomena Have & No To Have. Kemudian Riuh, sajak yang bercerita tentang ketidak tersampaian. Dan Berjalan Lebih Jauh adalah sajak tentang perjalanan ke dalam diri sendiri.
Dengan adanya Rian selaku gitaris Estuari yang mahir dalam instrumental segalikus komposer, musik yang dibawakan tidak saklek. Artinya, Estuari bisa membawakan lagu dengan genre yang sesuai dengan audiens. Yang paling sering folk dan jazz. Ini membuktikan bahwa Estuari hadir sesuai maknanya: air tawar dan air laut bercampur menciptakan lingkungan yang unik dan bervariasi, seperti muara.
Melalui cerita Eggy dan Annisa tentang Estuari, saya melihat bahwa berkarya tidak berhenti di satu wahana, dalam kasus ini dari tulisan menjadi musik, dan lakukan alih wahana secara tenang.
Di akhir acara perayaan Hari Puisi Nasional 2025 yang diselenggarakan oleh Nyimpang.com, Rudi (Founder Sanggar Sastra Purwakarta) berpesan untuk siapapun agar melakukan sesuatu tidak setengah-setengah, seperti lirik lagu Estuari yang dinyanyikan oleh para pendatang acara perayaan ini: “Berjalan lebih jauh dengan tenang”.
Leave a Comment