Untuk yang bertanya kelanjutan kisahku dengan Mulan, ya sudahlah. Rasanya aku gak perlu jelasin betapa takutnya dimarahin Ayahnya malam itu sambil menghina motor tuaku.
Mungkin aku gabakal lagi ngerasain ngobrol mesra di depan supermarket yang udah tutup di pinggir jalan itu, gak bakal lagi ngerasain makan coklat sepotong berdua. Gak bakal ngerasain bercanda di motor sambil lihat mukanya dari spion. Itu semua bakal jadi kenangan yang terkubur.
Tapi hidup harus terus berlanjut meskipun sakit hati. Akhirnya, aku berkenalan dengan Rinjani. Awal aku kenal Rinjani itu lewat temanku. Entah itu suatu kebetulan atau Rinjani emang jodohku. Soalnya dulu aku sempat naksir, tapi selewat aja.
Aku dan Rinjani jarang sekali memberi kabar tapi kita selalu bertukar cerita di setiap ada waktu luang itu. Dia orang yang selalu memberi inspirasi di setiap cerita yang tak pernah berhenti, walau aku tau dia itu sedang lelah menjalani hidup.
Dengan semua hal yang telah kulalui waktu itu, aku sekarang jadi lebih dekat bersama Rinjani. Sampai pernah ada waktu di mana aku dikenalkan ke orang tuanya itu,
Entah apa yang ada di kepalanya sampai-sampai dia berani sekali mengenalkan orang berandalan sepertiku ini ke orang tuanya itu. Tapi, ya udah lah. Aku juga bahagia.
Tapi, lagi-lagi semua kebahagiaan itu tidak berselang lama. Sudah beberapa hari ini dia gak pernah ada kabar lagi. Entahlah dia pergi ke mana, udah aku coba cari tapi hasilnya masih seperti lagu Ayu Ting-Ting,
Ke manaa ke manaa ke manaa? Ku harus mencari ke mana?! Membuat aku frutaaasi dibuatttnyaaah~
Aku sempat datangi rumahnya. Ibunya bilang kalau Rinjani sedang ada kerjaan bersama temannya, dan hpnya memang rusak (pecah layar karena jatuh saat turun tangga di rumahnya)
Aku buru-buru coba tanyakan ke teman yang bersangkutan itu. Jawaban temannya cuman,
”Aku juga gak tau, soalnya beberapa hari ini Rinjani gak pernah masuk sekolah”
Akupun sedikit kebingungan. Jawaban dari Ibu Rinjani dan temannya sangat berbeda. Apa mungkin ada yang di sembunyikan sampai aku tidak boleh tau?