ArtikelSerupa

Sepi yang Melecehkan


Di atas bantal yang sendu kau telanjangi aku; kau lucuti pakaian dalamku, lepas semua penutup tubuh.

Kulit-kulit merinding dan bibirku kaku.

Kau mulai memperkosa dan aku meronta-ronta. Penismu genap di belahan dada, kau maju mundurkan ia.

Aku terus mencoba melepaskan diri. Tapi sepi, kau telah berhasil menghabisiku di kamar ini.

 

 

Hanya Ini Saja


Pengemis membawa mangkuk kusam warna hitam, mengetuk kamarmu.
Di luar matahari jam 2 siang, kau di usia yang sudah matang.
Pintu dibuka, pengemis menggoyangkan kekosongan, tanda meminta.
Kau hanya bisa memberinya puisi, sebab di masamu ini teman-teman, tongkrongan dan jalan-jalan, telah pergi.

“Hanya ini saja?” Pengemis bertanya.
“Sekarang Iya. Entah nanti” Katamu.

Akan selalu ada peminta-minta, datang tanpa tahu waktu.
Kadang-kadang kau bisa isi wadah gelapnya dengan apa saja, kadang juga hanya kata-kata.

 

 

Ahli Soal Diam


Kau sembunyikan sehelai daun untuk seorang penyair. Di simpan di bawah meja kelas sejak masuk kuliah. Berharap penyair menemukannya tanpa petunjuk lain, dan ia tak pernah ditemukan jika bukan karena waktu.

Berapa lama kau menunggu?

Barangkali perempuan memang ahlinya soal diam, terus menahan rasa dari sebuah kalimat, hingga melayu. Dan penyair adalah nilai paling rendah membaca tanda, sebab ia hanya bisa tidak percaya atau terlalu percaya.

 

 

Bosan?


Malam hari, kepalamu menjadi sungai berkecamuk
ingin keluar, menerebas bendungan diri sendiri
Mengairi apa saja yang bisa membuatmu tertawa
Makanan cepat saji, lampu kota dan teman-teman


Apa itu bosan?


Dinding besar yang disusun puing-puing kesenangan
Menyempitkan tabiat alam semesta nafsumu
Kau ingin seliweran-seliweran di layar genggam
Menyangka, di sana pusaran kebahagiaan berada