Senja yang Pernah Aku Rindu
Di manakah kau kini?
Di lorong-lorong sepi hanya tersisa sunyi
Di manakah kau berada?
Di penjuru bahagia kini hanya berbalut hampa
Senja,
Kau rindu yang selalu menjadi tuju
Di setiap pijak langkah yang berlabuh,
Kau menjadi alasan dari setiap syahdu
Senja,
Kau warna yang selalu menjadi rasa
Di setiap tawa yang tersaji,
Kau menjadi alasan betapa ragamu tak mungkin bisa terganti.
Sedang Apa Manusia?
Subuh memanggil
Tatkala hujan reda
Di pinggiran kota
Di sana melambai gaun merah,
Senyum merah,
Rambut merah,
Sepatu, tapi tidak mewah
“Nak, Ibu pulang.”
Senyumnya merekah,
Keringatnya diperah
Sedang apa hey manusia?
Kau dikoyak-koyak bosanmu sendiri,
Hei, kau diracuni mimpimu sendiri!
Hei, kau dipermainkan dunia!
Sedang apa, hei manusia?!
“Sedang mencari sesuap nasi yang tidak pemerintah beri.”
Mahakarya Terindah Tuhan
Kamu adalah mahakarya terindah Tuhan
Yang membuat siang dan malamku terbayang
Indahmu bagai bidadari
Senyummu manis seperti permaisuri
Sungguh kau anugerah Ilahi.
Suara dari Balik Bilik
Tidak,
Aku hanya suara yang bisu,
Saat kalian merancang siasat jitu
Untuk apa?
Untuk perut-perutmu
Untuk siapa?
Untuk kerabat dan para simpatisanmu
Tidak,
Aku hanyalah jelata yang dibuang,
Dibutuhkan saat kalian ingin menang
Untuk apa?
Untuk kemewahan
Lalu kita?
Ya, kau lupakan
Suara kami dibungkam,
Kritik kami dikecam
Tidak ada,
Telah binasa
Ya, keadilan itu.