Senja yang Pernah Aku Rindu

Kumpulan puisi “Senja yang Pernah Aku Rindu” karya Rian Ferdianto adalah refleksi mendalam tentang kerinduan, kehidupan manusia, dan keadilan yang terpinggirkan.

Senja yang Pernah Aku Rindu

Di manakah kau kini?
Di lorong-lorong sepi hanya tersisa sunyi
Di manakah kau berada?
Di penjuru bahagia kini hanya berbalut hampa

Senja,
Kau rindu yang selalu menjadi tuju

Di setiap pijak langkah yang berlabuh,
Kau menjadi alasan dari setiap syahdu

Senja,
Kau warna yang selalu menjadi rasa

Di setiap tawa yang tersaji,
Kau menjadi alasan betapa ragamu tak mungkin bisa terganti.

Sedang Apa Manusia?

Subuh memanggil
Tatkala hujan reda
Di pinggiran kota

Di sana melambai gaun merah,
Senyum merah,
Rambut merah,
Sepatu, tapi tidak mewah

“Nak, Ibu pulang.”
Senyumnya merekah,
Keringatnya diperah

Sedang apa hey manusia?
Kau dikoyak-koyak bosanmu sendiri,
Hei, kau diracuni mimpimu sendiri!
Hei, kau dipermainkan dunia!

Sedang apa, hei manusia?!
“Sedang mencari sesuap nasi yang tidak pemerintah beri.”

Mahakarya Terindah Tuhan

Kamu adalah mahakarya terindah Tuhan
Yang membuat siang dan malamku terbayang

Indahmu bagai bidadari
Senyummu manis seperti permaisuri

Sungguh kau anugerah Ilahi.

Suara dari Balik Bilik

Tidak,
Aku hanya suara yang bisu,
Saat kalian merancang siasat jitu

Untuk apa?
Untuk perut-perutmu

Untuk siapa?
Untuk kerabat dan para simpatisanmu

Tidak,
Aku hanyalah jelata yang dibuang,
Dibutuhkan saat kalian ingin menang

Untuk apa?
Untuk kemewahan

Lalu kita?
Ya, kau lupakan

Suara kami dibungkam,
Kritik kami dikecam

Tidak ada,
Telah binasa

Ya, keadilan itu.

Rian Ferdianto pria kelahiran Karawang ini aktif dalam kepenulisan, salah satunya adalah menulis di Blogger, Wattpad, Karyakarsa, dan juga belakangan aktif menulis thread horror di Twitter. Temukan Rian di sosial media: Instagram: @__________rian Twitter: @rianfrdnt

Related Post

No comments

Leave a Comment