Sabtu kemarin, saya datang ke diskusiannya Ceu Yayu dan Sarma. Bahasannya soal kekerasan seksual di lingkup komunitas. Agak canggung sebenarnya karena setahu saya ini hal yang sering terjadi, ya. Cukup sering terjadi di circle yang beririsan dengan saya.
Saya sepakat bahwa melakukan sesuatu untuk mendapatkan kepuasan seksual tanpa kesepakatan pihak lain tuh ya salah, ya kekerasan seksual. Tapi yang jadi fokus saya itu ketika Endah nanya intinya gini,
“Gimana tanggapan kamu kalau misalkan ‘cewek’ minta kepastian, tapi si cowok ngasih syarat untuk ‘gitu’ dulu?”
Going concern lah saya di sini.
Kita sama-sama tahu beberapa orang tuh bisa melakukan hubungan seksual tanpa punya ketertarikan emosional, makanya ada yang disebut FWB. Gambling juga sebenarnya tuh. Dalam kedekatan romantis ‘tanpa komitmen’, saya kira semuanya bisa sangat terbuka. Saya kira semua kedekatan romantis yang tanpa/belum ada komitmen itu terbuka dengan ‘pemenuhan kebutuhan saat diperlukan’.
Agak rentan bahasan ini tuh ya, tapi hm gini. Ketika saya rasa tertarik dengan seorang laki-laki yang saya temui di tongkrongan misalnya, ya saya kenalan, saya minta whatsappnya, dan saya ajak jalan. Ketika dia mau diajak jalan ya ok. Once dia bilang enggak, ya udah berarti dia gak tertarik sama saya. Teman-teman lama saya di Bandung tahu betul saya orang yang to the point when it comes to a date, ya. Misalnya gini, saya tuh bisa, siangnya lihat laki-laki dan tertarik sama dia, sorenya saya ajak jalan, dan malamnya jadian sampai bertahun-tahun kalau ternyata malamnya itu cocok. I know it sounds so fast, but it happens.
Saya memutuskan untuk memberikan diri saya sendiri kepastian dengan bilang,
“Gue suka sama lo, gue mau kita ada hubungan, lo gimana?”
Kalau ternyata dia bilang “Enggak,” atau “Gue pikirin dulu.” ya it’s okay. Saya anggap no karena saya gak suka nunggu. Tapi kalau ternyata dia bilang “Okay.” ya langkah selanjutnya adalah bahas hal yang boleh dilakukan dan gak boleh dilakukan.
Nah, saya rasa di sini letak permasalahannya. Ada orang yang bisa mengomunikasikan hal itu seperti yang saya lakukan, ada juga yang enggak. Saya gak ngerasa paling bisa, tapi setelah komunikasi ini dilakukan, saya emang ngerasa hubungan jadi lebih mudah dijalani dan stabil. Atau, jangan dulu bicara ke hubungan, saat nge-date pun saya rasa hal-hal yang ‘tabu’ tuh bisa banget dibicarakan.
Terlebih dalam konteks seksual dan sentuhan, selalu komunikasikan terlebih dahulu. Tanya dulu sama pasangan/teman dekat kalian untuk hal yang paling kecil sekalipun,
“Aku ingin pegang tangan kamu, boleh gak?”
“Aku mau cium kamu boleh, gak?”
Dalam percakapan itu, kalau posisimu sebagai yang nanya, kamu harus memastikan dia itu betul mau karena memang mau atau karena dia gak enakan?
tapi kalau dalam percakapan itu posisi kamu sebagai yang ditanya, kamu harus bisa tegas untuk bilang yes let’s do it/no I can’t
Kamu harus pandai membaca tanda dan gerak tubuh. Begitu pula kalau di posisi sebaliknya, kamu harus bisa mengutarakan dengan tegas iya atau enggak. Kalau kamu bilang enggak dan tingkahnya berubah, udah tinggalin. Sama, kalau kamu minta dan dia gak siap ya jangan dipaksa. Tahan keinginan kamu atau jangan dilanjutin. Kamu gak bisa jadiin orang lain buat menuhin keinginan kamu. Sekecil apapun itu. Pegangan tangan, chatting, teleponan, sama kok. Kalau memang gak cocok, gak usah diterusin. Selalu tanya dia nyaman atau enggak. Kamu gak mau kan tiba-tiba viral sebagai pelaku KS karena salah ‘membaca tanda’?
Memang, kalau ngomongin KS tuh sangat rumit, apalagi sekarang banyak banget hubungan-hubungan sejenis FWB apapun lah itu namanya. Makanya teh, apa-apa layak dikomunikasikan. Laki atau perempuan, selagi manusia mah ya ngomong pakai bahasa, jangan kaya binatang. Emang kamu mau disamain kaya kadal?
Gak ada yang salah kok dengan itu. Perempuan ngajak jalan it’s okay, jangan anggap dia murahan. Laki-laki menolak sentuhan fisik ya it’s okay, jangan anggap dia gak gagah hanya karena dia menolak untuk melakukan keinginan kamu.
Di tulisan ini, saya juga mau berterima kasih sama nyimpangdotcom telah menyediakan ruang yang sangat aman bagi saya untuk berkomunitas, untuk terus bisa produktif (meskipun kadang saya malas-malasan). Farid, yang telah sangat baik menjadi contoh buat saya, Majid, dan Sidik karena selalu memastikan kenyamanan kami di lingkaran ini.
With love,
Cece