Sebagai Para Penyimpang, tentu jha saya rajin membaca nyimpangdotcom~ dan sampailah saya pada tulisan Mahasiswa Purwakarta Harus Tahu Konsep Agropolitan yang cukup menggelitik. Bikin saya ngahuleng tarik dan kepingin ikutan nulis juga gitu. Da kata Kades Budi juga “Da ai nulis mah teu penting alus goreng, tapi jujur jeung henteu, daek jeung henteu.” oke atuh siap.
Agropolitan menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 adalah suatu kawasan terdiri dari satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu ditunjukan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
Dinilai secara teknis dalam lamunan saya sih, kalau aja konsep agropolitan diterapkan secara efektif di desa-desa yang ada di Purwakarta, sudah bakal tentu beberapa tahun mendatang desa-desa tersebut bakal maju dan berkembang, masyarakatnya akan sejahtera, pastinya dapat mengurangi tingkat kesenjangan, membantu perekonomian masyarakat desa, dan mengurangi urbanisasi. Gak cuma poin yang tadi, tapi desa tersebut akan mampu memiliki sistem ketahanan pangan mandiri.
Agropolitan pada dasarnya merupakan sebuah gerakan membangun desa berdasarkan pada potensi yang ada, lalu didaya gunakan untuk pengembangan dan kesejahteraan masyarakat. Mengingatkan saya pada diskusi dengan pengelola sekolah pertanian di lereng Gunung Burangrang, Bojong, Purwakarta yang melakukan survey mandiri di tahun 2019.
Pada diskusi itu, disebutkan bahwa masyarakat sekitar yang melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas gak lebih dari 50%nya, lho. Penyebabnya ya macam-macam, lah. Finansial, peran orang tua yang memang gak ingin anaknya lanjut SMA/K, juga fakta bahwa sekolah tinggi itu membutuhkan biaya yang besar. Hal ini pun berdampak pada terjadinya perkawinan anak dan kemiskinan yang diwariskan secara terstruktur dan turun-temurun.
Sedangkan di tahun yang sama, negara lagi direcokin pemilu yang berujung terjadinya aksi demo, penolakan UU KPK dan RKUHP, santri yang meninggal dikeroyok oleh 19 temannya di Padang Panjang, trending twitter dengan tagar #JusticeForAudrey.
Lantas, bagaimana dengan hari ini? Yang jelas sekolah pertanian yang berada di lereng Gunung Burangrang tersebut sudah mencetak generasi yang melanjutkan pendidikan ke PTN di Indonesia, dan ini hari keinginan anak-anak buat sekolah makin meningkat. Yeay!
Nah, soal pendidikan tadi udah, balik lagi nih. Konsep agropolitan bisa gak ya bikin desa yang layak, aman, dan nyaman bisa terwujud di Purwakarta? tentu jha bisa. Faktanya, beberapa daerah di Purwakarta sudah memiliki potensi komoditas yang mampu dikembangkan.
Jika ditelaah lagi, konsep agropolitan juga relevan dengan program Prioritas Penggunaan Dana Desa 2023 untuk pengembangan potensi dan produk unggulan desa melalui pertanian dan peternakan, termasuk juga pemodalan, pengolahan, sampai dengan pemasaran yang tujuannya sama-sama untuk kesejahteraan masyarakat desa. Program prioritas lho ini.
Sebagai upaya mewujudkan hal tersebut, mungkin yang kita butuhkan adalah kolaborasi bersama masyarakat dan pemerintah. Mahasiswa dan yang sudah sarjana tentu wajib ikutan, dong. Gagasan revolusioner akan jadi makna kalau direalisasi-in, kan? Kalau gak sekarang ya kapan sih?
Desa yang layak, aman, dan nyaman itu dibuat dan diusahakan bersama, bukan cuma dilamunkan apalagi sudah ada anggaran yang difokuskan. Tapi memang melamun seasyik itu, sih hehe. Maksudnya jangan sampai anggarannya masuk kantong yang gak semestinya, kebiasaan jadinya. Huft~