
“Ayah, Aki itu istrinya banyak, ya?” tanya Salma sambil terus mengenyot botol dot berisi susu bendera cokelat.
Salma tidak bisa berhenti bicara, semua hal selalu ia tanyakan sepanjang hari pada orang-orang di sekitarnya.
Sekarang sudah waktunya tidur, dan Salma masih sibuk bertanya-tanya pada Ayahnya. Ayahnya sudah bosan dan tangannya mulai pegal karena Salma menjadikannya bantal.
“Iya, Aki itu istrinya empat.”
Salma melepaskan dotnya, dan kepalanya bergeser. Ia menatap Ayahnya sambil berkata, “Wah, banyak banget istrinya Aki. Memangnya Aki ganteng, Ayah?” tanya Salma lagi.
Salma tidak pernah melihat wajah kakeknya yang terkenal se-kecamatan. Yang Salma tahu, kakeknya galak dan selalu menyuruh semua anak-anaknya yang banyak itu hapal alquran.
“Ganteng dan banyak gaya. Aki itu dulu tukang orkes,” jelas Ayahnya sambil mengenang masa kecilnya sendiri dengan Aki
“Orkes itu apa, Ayah?” kini Salma kembali mengenyot dot susu itu sambil melinting-lintingkan rambut dan memasukkan ke lubang telinganya.
“Orkes itu mengamen dengan gerobak. Seperti orang-orang membangunkan sahur. Aki jago bermain akordion.” kata Ayah
“Akordion itu apa, Ayah?”
“Akordion itu piano yang ditarik.”
“Memang ada piano yang ditarik?”
“Ada,” Ayahnya sudah lelah menanggapinya
“Akordion itu yang bikin Aki kelihatan ganteng bukan, Ayah?”
“Bisa jadi.”
“Aki kenapa istrinya banyak, Ayah? Kan aku jadi repot kalau punya PR bikin silsilah keluarga!” protes Salma
“Sunah rasul.”
“Memang rasul main akordion juga, Ayah?”
“Gak tahu.”
“Anak rasul marah gak kalau dikasih PR bikin silsilah keluarga?”
“Gak tahu.”
“Ayah kan suka mengaji! Masa daritadi gak tahu-gak tahu terus?!” Salma mulai kesal dan susu coklat di botol dotnya sudah mulai habis, sedang Ayahnya menahan asam di mulutnya karena harus tidak merokok di dekat Salma.
“Memang rasul mana yang istrinya banyak, Ayah?” Salma kembali bertanya.
“Nabi Ibrahim,”
“Coba ceritakan, Ayah!”
Ayahnya bersemangat kali ini.
“Jadi, dulu … Nabi Ibrahim itu hanya punya satu istri, namanya Siti Sarah. Siti Sarah itu cantik sekali. Satu hari, Siti Sarah dibawa pindah sama Nabi Ibrahim ke Mesir.”
“Kenapa pindah, Ayah?”
“Dengarin dulu,” Ayahnya sedikit kesal “Begitu sampai di Mesir, Siti Sarah malah ditaksir sama Raja Mesir. Eh, terus pas mau pulang, Raja Mesir ngasih anak namanya Siti Hajar ke Siti Sarah sama Nabi Ibrahim.”
“Siti Hajar itu siapa?”
Ayahnya bingung bagaimana menjelaskannya pada Salma, maka Ayahnya menjawab “Siti Hajar itu saudaranya Raja Mesir, tapi suka bantu-bantu di rumahnya Raja Mesir.”
“Seperti Bi Anah?” tanya Salma menyebut seorang ART di rumahnya”
“Iya, seperti Bi Anah.”
“Terus, terus, gimana Ayah?”
“Nah, sudah lama menikah, eh Siti Sarah sama Nabi Ibrahim gak punya-punya anak.”
“Padahal kan bisa Ayah beli anak di Mega M. Memangnya di dekat rumahnya Nabi Ibrahim gak ada Mega M ya?”
Ayahnya kesal sendiri. Ayah memang suka bercanda pada Salma setiap kali Salma meminta adik, Ayah selalu bilang “Oke nanti kita beli di Mega M.” tapi, Ayahnya juga gak tahu kenapa Salma selalu berpikir bahwa anak betulan bisa dibeli di mall.
“Gak ada Mega M di Arab.”
“Oh … terus, terus?”
“Siti Sarah berdoa sama Allah, Ya Allah gimana caranya supaya suamiku Ibrahim punya anak … gitu kata Siti Sarah. Eh, dibalas sama Allah, kata Allah ikhlaskan Siti Hajar dan Nabi Ibrahim menikah,”
“Oh, Allah yang nyuruh ya, Ayah?!”
Ayahnya mulai tak mau menanggapi Salma yang kelihatannya sudah mulai mengantuk dan melinting-linting rambutnya lagi.
“Terus menikahlah Siti Hajar dan Nabi Ibrahim. Eh, punya anak deh Nabi Ismail. Nah, Siti Sarah sedih banget karena Siti Hajar punya anak duluan, dan Siti Sarah minta ke Nabi Ibrahim buat dibawa jauh aja Siti Hajar dan anaknya, biar gak marah-marah terus Siti Sarahnya di rumah. Terus dibawa deh Siti Hajar dan Nabi Ismail ke tempat yang jauh sekali dari rumahnya Nabi Ibrahim dan Siti Sarah. Terus ada satu pohon di tengah gurun, nah di situ deh Siti Hajar ditinggalin. Nabi Ismail waktu itu masih bayi, terus haus banget.”
“Oh, itu sih Salma tahu, Ayah. Yang Nabi Ismail nendang kaki terus tiba-tiba ada air, kan?”
“Pinter …” Ayah sedikit bangga pada Salma
Salma mulai menyedot dot kosong karena susunya sudah habis. Ia mengempeng saja pada dot itu.
“Terus, Nabi Ibrahim pulang ke rumah Siti Sarah?”
“Iya, terus setelah itu Nabi Ibrahim sama Siti Sarah punya anak deh, Nabi Ishaq.”
“Oh … jadi Allah yang nyuruh Nabi Ibrahim poligami sama Siti Hajar, ya?” Salma mulai melambatkan kalimatnya dan menutup matanya mengantuk
“Iya,”
“Kalau gitu, Allah juga dong yang nyuruh Aki poligami sama Siti Tarwah?” Salma menutup matanya dan tertidur
Sedangkan Ayahnya tertawa kecil mendengar anaknya mengeluarkan kalimat yang menyebut Neneknya.
*
Salma kini sudah dewasa dan terus membawa botol dotnya. Tapi kali ini, botol dotnya tidak pernah kehabisan susu coklat. Ia menemui seseorang di gubuk di tengah padang pasir.
“Hei, Siti Sarah!” kata Salma tidak sopan
Siti Sarah memang cantik, tapi kepangan rambut Salma membuat Salma jauh lebih cantik menurutnya sendiri.
“Kamu kenapa mau dipoligami hanya karena lama tak punya anak? Kan anak bisa dibeli di Mega M.” tanya Salma mendatangi dan berjongkok di depan Siti Sarah yang menyusui Ishaq
“Kau sendiri mau tidak dipoligami kalau kau lama tak punya anak?” tanya Siti Sarah pada Salma yang sudah dewasa itu
“Hm … mertuaku pernah bertanya hal ini di meja makan sampai aku mengunci diri di kamar dan menangis di sana. Aku tidak mau,”
“Kenapa?” tanya Siti Sarah
“Tidak mau saja, kan nanti bisa sama-sama beli anaknya di Mega M.”
Siti Sarah menepuk jidatnya.