Hujan badag tak terhindarkan kemarin. Dengan gaya slengean karena kadung tulalit, saya bersantai-santai saja ketika Revi sibuk memikirkan spanduk.
“Geus, bae dagoan raat weh.” kata saya dengan santainya.
Bang Jek yang dari Karawang sebenarnya sudah datang sebelum magrib. Abah-abah satu itu memang luar biasa~ Semakin malam, hujan semakin reda. Fadel dan Diva yang tingginya kelewat batas itu membantu memasang spanduk. Orang-orang pun mulai berdatangan. Para perupa yang ikut pajang karya, teman-teman yang janjian, lalu siapapun itu yang memang tidak berniat ke acara juga datang-datang saja, semua boleh datang asal bukan pelaku pelecehan dan atau orang-orang yang gak punya empati sama issue itu.
Saya dibantu Revi menyiapkan screening film dokumenter. Lalu, banyak orang sudah berkumpul juga. Saya semakin degdegan dan bingung, entahlah. Saya terbiasa bicara di depan umum (untuk bicara) tapi entah kenapa malam itu saya degdegan dan takut banget pas tahu wajah saya bakal mampang di layar dan nyeritain satu pengalaman saya yang anying banget itu.
Saya gak takut dibenci tentu za, lebih ke malu sih. Meskipun saya selalu menunjukkan kesan oversharing, random, dan tak tahu malu, tapi untuk hal-hal seperti ini memang gak bisa saya drama-dramain ternyata.
Beyond Survival: Kisah-Kisah yang Harus Didengar
Sebagai bagian dari acara ini, pemutaran film dokumenter Beyond Survival menampilkan kisah 4 perempuan yang berbicara tentang pelecehan serta kekerasan yang kami alami. Trigger warning diberikan bagi para penonton karena film ini mengandung konten sensitif terkait kekerasan seksual dan dapat memicu trauma bagi beberapa individu. Film ini gak cuma berfungsi sebagai bentuk dokumentasi, tetapi juga sebagai alat advokasi yang menyoroti sistem yang masih gagal melindungi korban, dan bagian-bagian setelahnya yang anjing banget
Ketika film itu diputar, saya menangis dan Caplina memegang tangan saya. Film selesai, saya fafifu sedikit terbata-bata dan dibantu Revi. Tentu saja setelah kehabisan kata, saya melempar semuanya kepada Jessica, biar sekalian pembukaan. Hehe. Makasih banyak, Kak.
Saya kembali ketawa karena mau gunting pita. Yes! Saya gunting pita! Selain menikah dengan anak DPR, cita-cita saya yang lain adalah gunting pita. Barulah kami memulai jelajah karya.
Jelajah Karya
Pameran seni yang diikuti oleh 30 seniman (dan beberapa masyarakat yang tidak mau disebut seniman-.-) Purwakarta, Subang, dan Karawang ini nunjukkin karya dari berbagai seniman yang mengeksplorasi realitas perempuan dalam bentuk visual. Setiap karya mewakili perasaan, pemikiran, dan pandangan perupa terhadap perempuan. Ya sebutlah merayakan keberanian perempuan yang terus bertahan di tengah ketidakadilan yang terjadi bahkan sampai saat ini. Jelajah karya di pameran ini diadakan untuk memberikan ruang kepada para seniman dan pengunjung untuk saling berdiskusi dan membedah setiap lukisan dan latar belakang pengkaryaan. Kenapa saya rasa ini perlu?
As personal yang lagi sering-seringnya keliling pameran-pameran di Jakarta, saya perhatikan kota-kota besar itu lebih unggul di beberapa aspek. Termasuk aspek “ngasih panggung” ke perupa-perupanya. Meskipun memang balik lagi, gak semua perupa senang juga fafifu njelasin karyanya, tapi gak banyak juga yang baca caption dan baca katalog. Ya anggaplah sekaligus mengenal dan saling melihat wajah masing-masing.
Jadi ngke teh mun panggih di jalan teu asing-asing teuing lah, Slur.
Kenapa kami rasa ini penting untuk melibatkan teman-teman yang lain? tentu saja ketika seorang perupa diberikan tema, beberapa diantaranya akan melakukan riset terlebih dahulu.
“Duh aing rek ngagambar naon, nya?”
“Duh temana ieu euy,“
Bakal ada proses berpikir lah tuh dan secara gak langsung mungkin akan muncul kajian-kajian literasi terkait yang nambah juga perbendaharaan wawasan. Lalu setelah proses pengkaryaan selesai, karya tersebut dipamerkan bersamaan dengan screening film (yang semoga saja pesannya sampai). Yang kami harapkan kemudian adalah tidak ada. Tapi setidaknya, semoga ini bisa membuka kepekaan kita semua bahwa menjadi manusia itu perlu. Memiliki empati dan menganggap semua manusia setara itu harus.
Gimana bisa kita jadi manusia kalau kita belum punya kepekaan sama semua hal di sekitar kita? Gimana bisa kita jadi manusia kalau kita mikir bahwa seluruh dunia ini cuma berputar di kita aja? Gimana bisa kita jadi manusia kalau kita cuma mikir nama baik diri kita tanpa mikirin trauma orang lain? fak lah orang-orang yang mentingin nama baik padahal pedut. Berlagak si paling melawan padahal membungkam juga. Memaki pelaku korupsi padahal sama juga. Menghujat pengrusakan alam dan ekosistem padahal sendirinya merusak lingkungan dan orang-orang sekitar dengan mulut yang bau. Hati-hati ada Jokowi kecil di dalam diri kita masing-masing. Ya minimal dengan adanya acara silaturahmi ini, semoga Jokowi kecil itu metong atau yang terbaik adalah, semoga Jokowi kecil itu gak pernah lahir.
Ruang Bertutur
Saya sering diwanti-wanti sama Farid, kalau bikin acara itu harus yang bener. Jangan cuma poster keren-kerenan doang dan dokumentasi yang so iye, tapi harus ada dampaknya. Meskipun secara gak langsung doi ngomongnya, tapi kan tetap za nempel. Apalagi dengan gaya nyimpang yang apa-apa serba ndadak, saya jadi ngeiyain juga akhirnya. Iya, huru-hara memang gak gitu berpengaruh dan paling cuma bertahan 1-2 hari euforianya. Tapi seberapa besar gagasan-gagasan yang dibawa ketika kita “bawain sesuatu” ke khalayak? Seberapa ngaruh gagasan itu berdampak sama hidup seseorang? Sama hidup sebuah kelompok? Atau gak ngaruh samsek? Cuma buat ngisi story Instagram dan akun brandinganmu za?
Maka, seperti setiap IWD biasanya, kami juga membuka ruang bertutur yang kurang lebih seperti curhat. Ini bagian yang menurut saya paling berat, sekaligus paling melegakan. Berat karena harus dengar penderitaan teman-teman, tapi lega karena teman-teman memilih membagikan bebannya. Meskipun memang tidak banyak membantu, tapi setidaknya, kita bisa saling menguatkan. Bukan cuma perempuan, tapi laki-laki pun bisa punya luka yang sama. Mau perempuan, laki-laki, atau bukan keduanya juga kalau dikasih luka pasti kan teriak, pasti minta tolong, pasti pengen ngeringin lukanya, dan emang gak mungkin nungguin orang ngasih betadin atau alkohol buat ngejait luka kita, tapi at least, kita tahu bahwa yang punya luka itu bukan cuma kita. Dan kita seolah senang aja gitu karena ada teman ngobrol pas lagi ngantri ke ruangan dokter.
Ruang Aman
Kami meyakini bahwa ruang aman itu adalah yang terpenting, maka aku dibantu Kak Jess dan Revi, juga pihak-pihak lain yang terlibat dalam acara ini sangat memerhatikan keterlibatan orang-orang yang ada.
Acara ini akan berlangsung pada tanggal 8 Maret 2025, sedangkan pamerannya akan diadakan hingga 24 Maret 2025. Sebagai masyarakat di kota kecil yang acapkali luput dari sorotan, Ruampuan II hadir untuk membedah realitas ini, mengangkat suara perempuan yang sering kali terpinggirkan dalam diskusi arus utama. Melalui acara roadshow yang dengan narasumber yang waw banget, pameran seni, pemutaran film dokumenter, saya harap upaya kecil-kecilan dan hemat biaya ini bisa mengeksplorasi kehidupan (khususnya perempuan) di kota-kota kecil menghadapi sistem yang sering kali tidak berpihak sama kita.
Secara pribadi, saya mengucapkan terima kasih kepada Nyimpangdotcom, Rupapwk, dan Swara Saudari yang sudah menyelenggarakan dan menyukseskan acara kita yang intim ini. Untuk Lumintu juga makasih banyak! Khususnya, saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman perupa yang sudah turut berkontribusi. Semoga kita semua bisa saling menjaga sampai seterusnya.
Terima kasih kepada teman-teman seniman semuanya
Ade Subhan | Alvino Fhatir | Amala Hilma | Arini Joesoef | Bobby Han | Circa.io | DendenHR | Diva Syawalani | Firda Azahra | Freedelia Gamboa | Guff | Hellonaren | Hikmatyar Moh Amry | IlustrasiDani | Jack Haris Bonandar | Jeeiiya | Jessica Wilhelmina | Kiki Tapir | Kurnia Rahardi | Michelle Bong | Najwa Aprillia Javanka | Puspa Atikan Madani | Renida Yolanda | Revi Nur Maola | Shinta Nurfadila | Tasya | Rahma Putri | TheGoodSenses | Yudha Aditya | Yuslitya Wening Gusno
Salam sayang,
Cc.
Oh iya, ini pranala YouTube untuk Beyond Survivalnya, ya.