Di suatu hari, ketika bulan dan matahari terlihat bergandengan, Aku menenggak racun yang memabukkan, untuk membasuh derita yang terus menjelma. Kuminumlah mereka:
Botol ke-1 kutenggak habis seketika, bermaksud menghapus pedihnya hari yang sunyi, dan kehilangan yang terus menghantui.
Botol ke-2, kutenggak dua kali hingga habis. Ada rasa yang mulai hadir, seperti sakit kepala yang tak kunjung reda. Mualnya kehidupan mulai muncul, bersamaan dengan takdir yang terasa tak adil. Ia maju menuju baris paling depan dalam pikiranku, seperti bayangan yang tak bisa dihilangkan.
Di botol ke-3, aku sempoyongan melawan nasib. Ia kejam, membawa kekecewaan, untuk diriku yang jauh dari halaman dan kebahagiaan.
Wahai Sang Pembuat Segala, haruskah aku terus bergantung pada dosa ini? Ataukah Kau telah kehabisan akal, membiarkanku begini, seperti korban yang tak bisa diselamatkan?
Penerimaan
Oh, Pangeran yang Maha Kuasa, kuterima takdir ini, beserta semua titah-Mu yang mencekik.
Mulai kujauhkan segala yang merugikan, walau sesekali korupsi masih terjadi.
Jalan kehidupan yang tadinya terhalang tembok buntu, mulai menunjukkan lubang yang perlahan membesar, menjadi pintu keluar kelegaan.
Kuhargai keputusan-Mu, mengambil pelan-pelan semua yang berharga bagiku. Walau kadang jiwa ini terkejut, hingga hampir keluar lewat mulut, tetapi entah mengapa ia selalu merangkak kembali, kepada raga yang Kau anugerahkan ini.