Ramadan: Saat Kita Jadi Lebih Baik, tapi Cuma Sebulan

Jangan sampai kebiasaan baik saat Ramadan, kita lupakan.

Setiap Ramadan datang, suasananya selalu beda. Masjid penuh, sedekah makin banyak, orang-orang lebih sabar, lebih peduli, dan lebih rajin ibadah. Semua berlomba-lomba jadi pribadi yang lebih baik. Tapi anehnya, begitu lebaran lewat, semuanya perlahan balik ke kebiasaan lama.

Salat berjemaah yang tadinya rajin, mulai kendor. Al-Qur’an yang dulu tiap hari dibaca, mulai tidak dibaca lagi. Perilaku yang tadinya lebih sabar dan santun, kembali emosian. Kok bisa, iya? Apa kebaikan di bulan Ramadan ini cuma bertahan sebulan doang?

Masjid Ramai saat Ramadan, Sepi Lagi Setelahnya

Di awal Ramadan, suasana masjid selalu meriah. Tarawih penuh, subuh jemaahnya ramai, bahkan salat lima waktu di masjid jadi lebih hidup. Tapi setelah Ramadan pergi, suasananya berubah drastis.

Yang tadinya rajin ke masjid, mulai lebih nyaman salat di rumah lagi. Tarawih yang semangat dijalani sebulan penuh, berubah jadi malas buat salat isya berjemaah. Kenapa semangat ibadah kita cuma musiman?

Padahal Allah itu ada sepanjang tahun, bukan cuma pas Ramadan aja.

Sedekah Meningkat Drastis, tapi Cuma di Bulan Ramadan

Di bulan Ramadan, semangat berbagi terasa di mana-mana. Kotak amal lebih sering terisi, takjil gratis tersebar di jalanan, dan orang-orang berlomba-lomba menyantuni yang membutuhkan.

Tapi begitu bulan Syawal tiba, kebiasaan baik ini perlahan menghilang. Kotak amal kembali kosong, berbagi makanan tak lagi jadi kebiasaan, dan kepedulian yang tadinya tinggi, mulai memudar.

Kenapa kita hanya semangat berbagi saat Ramadan? Bukankah saudara-saudara kita yang membutuhkan tetap ada sepanjang tahun?

Lebih Sabar dan Santun saat Puasa, tapi Kembali Emosian Setelahnya

Saat Ramadan, kita lebih sabar. Ada yang mencoba menahan emosi karena sadar lagi puasa, ada yang lebih santun karena ingin menjaga pahala, dan ada yang lebih ramah karena suasana Ramadan memang bikin hati adem.

Tapi setelah lebaran, kita sering balik ke kebiasaan lama. Jalanan kembali dipenuhi klakson marah-marah, media sosial kembali ramai dengan debat panas, dan kesabaran yang dulu kita latih selama sebulan, seolah menghilang begitu saja.

Kalau kita bisa sabar dan santun selama Ramadan, kenapa nggak bisa terus begitu setelahnya?

Ramadan Harusnya Jadi Titik Awal, bukan Akhir

Ramadan datang bukan sekadar untuk membuat kita jadi lebih baik selama sebulan, tapi untuk mengajarkan kebiasaan baik yang bisa kita pertahankan setelahnya.

Jangan sampai ibadah kita cuma musiman. Jangan biarkan kebiasaan baik yang kita bangun selama Ramadan lenyap begitu saja. Jadikan Ramadan sebagai titik awal untuk jadi pribadi yang lebih baik sepanjang tahun, bukan hanya sebulan.

Seorang hamba yang suka nulis, doyan ngopi, dan gemar mendalami berbagai hal baru.

Related Post

No comments

Leave a Comment