Ramadan, Bukber Velocity, dan Cerita Lainnya

Seringkali berbagai kegiatan Ramadan dijalani sebagai rutinitas sosial, bukan ibadah.

Meskipun udah lewat, tapi ramadan selalu membawa suasana yang berbeda. Ada semacam kehangatan yang muncul, meskipun kegiatannya hampir selalu sama setiap tahun. Dari salat tarawih yang meramaikan masjid, ngabuburit, hingga buka puasa bersama yang mempertemukan teman lama.

Semua ini bukan sekadar kebiasaan, tapi juga bagian dari cerita di bulan puasa yang selalu dirindukan. Namun, tanpa sadar, sering kali kita menjalaninya lebih sebagai rutinitas sosial ketimbang ibadah yang bermakna. Anjay, siap Ustaz Kalcer!

Tarawih dan (yang punya) Kenangan di Masjid

Masjid yang biasanya sepi di hari-hari biasa, tiba-tiba jadi penuh oleh jamaah. Anak-anak kecil berlarian di halaman, para bapak dengan sarungnya, dan ibu-ibu dengan mukena warna-warni.

Buat sebagian orang, tarawih juga jadi ajang nostalgia. Ada yang mengenang masa kecilnya saat pertama kali diajak tarawih oleh orang tua, ada juga yang teringat momen-momen seru seperti mencoba menahan tawa karena teman di sebelah ngantuk berat sampai hampir jatuh, yang ini sepertinya termasuk saya.

Meskipun begitu, gak bisa dimungkiri bahwa antusiasme ini sering kali hanya bertahan di awal saja seperti cinta—minggu pertama masjid penuh, tapi minggu berikutnya mulai longgar, seolah-olah semangat ibadah hanya musiman.

Malam-malam selanjutnya sudah pasti yang ramai itu restoran dan Matahari.

Ngabuburit dan Keseruan Menunggu Adzan

Menjelang magrib, suasana mulai berubah. Orang-orang keluar rumah, entah ke pasar takjil, jalan-jalan sore, atau sekadar duduk di teras sambil ngobrol. Ngabuburit seolah menjadi waktu yang spesial, karena momen menunggu adzan ini selalu terasa lebih menyenangkan saat dijalani bersama.

Ada yang ngabuburit dengan berburu makanan favorit, ada yang menikmati waktu santai sambil mendengarkan musik atau membaca buku. Bagi anak-anak, ngabuburit sering kali jadi waktu bermain yang paling ditunggu, entah itu main petasan kecil atau sekadar lari-larian di gang bersama teman-teman.

Tapi kadang, ngabuburit justru membuat kita lebih sibuk mencari hiburan atau jajanan dibanding mempersiapkan diri untuk berbuka dengan sederhana dan penuh rasa syukur.

Bukber dan Momen Kebersamaan

Buka puasa bersama selalu punya cerita unik. Dari rencana yang dibuat jauh-jauh hari tapi akhirnya batal, sampai kejadian lucu seperti ada teman yang datang terlambat dan harus makan sisa-sisa makanan yang ada.

Bagi banyak orang, bukber bukan hanya soal makan bersama, tapi juga ajang bikin velocity. Maksudnya, ajang bertemu teman-teman lama, keluarga, atau bahkan rekan kerja yang jarang ditemui di luar bulan puasa. Ada perasaan hangat saat duduk di meja makan yang sama, berbagi cerita sambil menikmati hidangan berbuka.

Namun, tak jarang juga bukber berubah menjadi acara sibuk sendiri—lebih fokus pada foto makanan dan update media sosial daripada menikmati kebersamaan dan hakikat berbagi. Tahun ini juga ada persiapan lain seperti ngapalin ‘dung tak dungdung tak”nya joget velocity. Untung saja saya kameramen, jadi kameramen sejauh ini masih selamat termasuk dari velocity.

Ramadan dan Cerita yang Tak Pernah Sama

Meski Ramadhan datang setiap tahun, pengalaman yang kita dapatkan selalu berbeda. Ada cerita baru, kenangan baru, dan momen-momen yang membuat bulan ini terasa istimewa.

Dari tarawih, ngabuburit, hingga bukber, semua adalah bagian dari perjalanan ramadan yang selalu dirindukan. Bukan hanya karena ritualnya, tapi juga karena kebersamaan, kebahagiaan, dan ketenangan yang selalu menyertainya. Hanya saja, di tengah semua tradisi ini, semoga kita tidak lupa bahwa inti ramadan bukan sekadar kebiasaan sosial, tetapi juga perjalanan spiritual yang seharusnya membuat kita lebih baik dari tahun ke tahun.

Seorang hamba yang suka nulis, doyan ngopi, dan gemar mendalami berbagai hal baru.

Related Post

No comments

Leave a Comment