Saya lagi ada di mode semangat-semangatnya bawain value “lokalitas” dan local pride di Purwakarta, jadi saya turut hadir, support (saeutik) dan submit karya ke acara Purwakarta Gembira Menggambar 2023.
Meskipun hasilnya saya diledek habis-habisan sama Tim Nyimpang dengan bahasa “Si Paling Nyeni,” atau “Si Kurator Seni,” tapi saya yakin, mereka meledek saya dengan perasaan bangga dan senang saya ikut di acara itu.
Nah, yang belum tahu apa itu Purwakarta Gembira Menggambar, gini ya.
Jadi, tahun 2022 itu kurang lebih 250 komunitas seni mendeklarasikan bahwa 2 Mei adalah Hari Menggambar Nasional. Perayaannya gimana? Ya, gimana masing-masing kota itu mah. Yang jelas, konsepnya sama seperti Agustusan: nasional, dirayakan di tiap kota, dan secara finansial bersifat ‘menyedihkan’
Gerceplah Om Pikoy menjadi penggagas Purwakarta Gembira Menggambar 2023. Bergabunglah saya. Meskipun dengan dana yang ampun-ampunan sampai saya harus merampok ATK di kantor, tapi saya rasa ini gak masalah dan seru-seru aja. Ya ampun. Kelakuan saya udah kaya koruptor aja.
Seru, karena bisa banyak kenal sama ngab-ngab artsy jalur independent, gak seru karena capek dan sakit punggung. Jadi sebelum acara pameran (acara puncak) kemarin, Purwakarta Menggambar itu bikin 2 rangkaian acara sebelumnya juga. Pertama, Live Painting di Kawasan Karesidenan dan Mural Bihalal di Gang Bayeman (Uduk Ceu Popon).
Fyi, ini pertama kalinya saya mural dan akhirnya saya sadar bahwa ikutan mural pasca-tipes itu pilihan yang buruk, teman-teman. Awalnya saya semangat, tapi ke sini-sininya saya gak shanggup. Meskipun begitu, aku tetap keren!
Menyenangkan. Di acara mural ini, saya banyak ketemu teman-teman dari Koalisi Tengkorak, Sketsa Sore, Chea (bekas teman kerja di resto dulu), sampai vokalis band-nya si Rey. Seru!
Menjelang hari H, saya masih bergelut dengan katalog sama Kang Alam ketika yang lain sibuk dengan display. Sebelum-sebelumnya saya sibuk mencari bantuan dana dari PT Mencari Cinta Sejati dan CSR dengan nelpon sendiri ke PT, tapi ya kalian semua tahu yang terjadi, dan kun fayakun!
90 karya dari 60 perupa dari semua usia berhasil kami kumpulkan. Saya (kami) gak nyangka acaranya bakal membludak dan banyak yang datang. Saya kira, perhelatan semacam ini akan sepi dan ti-is pengunjung kalau diadakan di Purwakarta. Tapi ternyata aduuh jauh di luar ekspektasi. Pengunjungnya sangat antusias!
Di hari pertama, 120+ tamu datang. Hari-hari selanjutnya, ada sekitar 50-80 tamu yang berkunjung. Ada kolektor juga. Seneng banget! Bahkan ada karya dari teman-teman yang terjual coba. Widiih! Seneng banget aku. Di pamerannya juga pengunjung bisa ngelukis di kerajinan tanah liat gitu.
Waktu di pameran, saya sedikit banyak ngobrol sama pengunjung. Kebanyakan ‘orang asing’ yang ngobrol sama saya itu sepasang orang-tua yang anaknya senang gambar. Saya dan orang tua itu akhirnya mengobrol soal anak, pertumbuhan anak, hobinya, dan upaya apa yang bisa dilakukan orang tua untuk mendukung kesenangannya terutama di bidang seni.
Bahkan, ada 1 peserta yang submit karya. Uniknya, anak ini ternyata submit ketika dia lagi libur dari pesantrennya. Gak tahunya, pas saya hubungin nomornya untuk nanyain karyanya, yang balas ibunya (karena anaknya udah di pesantren lagi). Dengan kekuatan dan kasih sayang seorang ibu, karya itu tercetak lengkap dengan piguranya. Mantap, kan? Betapa supportive dan semang-art sekali Ibu itu ketika tahu anaknya turut ‘unjuk gigi’. Berarti antusiasnya udah oke, dong!
Dan yang juga bikin saya senang, adalah ketika semua orang bisa ikut dan percaya sama kemampuan dirinya sendiri. Itu yang menurut saya harus di-embrace! dan, ada seorang anak berkebutuhan khusus berusia 12 tahun berhasil meng-embrace dirinya dengan lukisan yang ciamik! Kereeen! Gak semua orang bisa punya energi untuk merangkul dirinya jadi PD loh! Dan serius, vibes yang muncul di Purwakarta Menggambar kemarin tuh vibes yang positif dan menyenangkan banget! Selamat ya panitiyoy:p
Jalan-jalan ke exhibition agaknya akan jadi tren indie kekinian yang gak kalah sama jalan-jalan ke IKEA atau sepedaan dari Cikampek-Citalang seperti yang dilakukan Andrut dkk. Semoga aja ini jadi awal yang baik, ya. Semoga akan banyak seniman-seniman yang membuat Pameran Tunggal dan Gedung Creative Center akan berdaya guna, ya.