Raka dan Aulia sudah bertunangan sejak awal tahun 2024. Mereka adalah pasangan yang sangat cocok di mata keluarga. Aulia jago masak, dan Raka jago makan. Semuanya terasa sempurna hingga mereka mulai mengurus dokumen pernikahan pada akhir tahun ini.
Hari pertama di KUA, mereka datang dengan penuh percaya diri membawa dokumen yang sudah disiapkan oleh kantor desa dan RT setempat.
Petugas tersenyum ramah. “Cukup fotokopi KTP, KK, dan surat pengantar RT, ya.”
Namun, setelah dicek, petugas mengernyitkan dahi. “Ini salah KK-nya. KK ini KK Pak RT.”
Aulia keheranan. “Pak RT yang kasih, Pak.”
Petugas mengangguk penuh wibawa. “Oh, berarti Pak RT sudah siap menikah lagi.”
Mereka tertawa kecil, tetapi mulai merasa ada yang aneh.
Esok harinya, mereka kembali membawa dokumen yang benar dan lebih dari sekadar lengkap. Petugas memeriksa dokumen-dokumen itu lagi.
“Ini kurang surat izin dari kucing peliharaan.”
Raka tertegun. “Kucing? Saya nggak punya kucing.”
Petugas mengangkat alis. “Kalau begitu, Anda harus buat surat pernyataan bahwa Anda tidak punya kucing.”
Aulia yang mulai kesal akhirnya bertanya, “Pak, ini KUA atau lomba administrasi nasional?”
Petugas hanya tersenyum sambil menjawab, “Tuan dan Nona, menikah adalah ibadah, jadi semuanya harus tertib.”
Hari ketiga, mereka membawa surat pernyataan tanpa kucing yang disahkan oleh RT, RW, dan komunitas pecinta hewan. Kali ini, petugas mengangguk puas.
“Bagus. Tapi… ini calon suaminya belum tes berenang, ya?”
“TES BERENANG?!” Raka hampir menjatuhkan map dokumen mereka.
Ternyata, di wilayah itu ada mitos bahwa calon suami harus bisa menyelamatkan calon istri dari banjir bandang.
Raka akhirnya mendaftar kursus renang kilat selama tiga hari pada saat itu juga. Aulia hanya bisa memijat kening, mencoba menahan diri agar tidak melempar dokumen pada kepala petugas KUA.
Ujian pranikah ini puncaknya. Setelah persoalan administrasi selesai, mereka diberitahu bahwa slot akad nikah mereka bertabrakan dengan jadwal lomba karaoke di aula KUA.
Solusinya, mereka harus menyanyi dulu untuk memenangkan hati petugas. Raka yang tak bisa menyanyi akhirnya melantunkan lagu “Ku Tak Bisa” milik Slank dengan suara fals, sementara Aulia menopangnya dengan tepukan tangan penuh semangat! Petugas KUA tersentuh, dan akhirnya mereka mendapat jadwal akad.
Saat hari H, ternyata salah satu saksi lupa membawa KTP, dan petugas KUA mengusulkan solusi terakhir.
“Kalau tidak ada KTP, saksi harus membaca pantun minimal satu bait di depan penghulu.”
Pak Budi, sebagai saksi yang panik, mengucapkan pantun ngawur:
“Saksi di sini memohon doa,
Semoga pulang dompet terisi.
Pengantin bahagia, kita tertawa,
Semua senang tak terkecuali.”
Semua orang mengernyitkan dahi dan tertawa garing. Meski penuh drama, akhirnya mereka menikah juga.
Pernikahan mereka hanya berlangsung di KUA, sisanya makan-makan sederhana bersama keluarga di warung lotek Ibu Minah.
Di perjalanan pulang, Aulia bertanya, “Kamu masih yakin sama aku setelah semua ini?”
Raka menghela napas dan menjawab sambil tersenyum lelah, “Kalau aku nggak yakin, aku udah nyerah di tes berenang.”