Di tengah maraknya jokes KPPS dan Pilpres 2024, masyarakat dihebohkan dengan sebuah podcast yang menayangkan Komjen Pol. Dharma Pongrekun pada kanal YouTube dr. Richard Lee. Di podcast itu ya Dharma Pongrekun fafifu menjawab pertanyaan Richard terkait Covid-19.
Sepertinya kita memang perlu mengakui bahwa fenomena ‘serangan mendadak’ Covid19 adalah peristiwa yang bikin hectic sa-alam dunya-eun. Tak terkecuali kita, sebagai entitas kecil dan remeh, yang mungkin sebetulnya dunia juga gak butuh-butuh amat ke kita.
Uniknya, Dharma ngejawab semua pertanyaan Richard dengan fasih, yakin, dan tegas. Ya setidaknya itulah yang saya lihat pada 15 menit awal, karena saya memang baru nonton 15 menit sih. hehe~
Menarik memang. Pembicaraannya terdengar seperti cocoklogi yang sering muncul di TikTok akun-akun random atau akun-akun misteri yang kontennya tuh emang konspirasi gitu, ya.
Di satu sisi, saya kan nonton sambil baca komentar tuh, ya. Saya jadi nanya dan mikir, deh.
“Ini kalau yang ngomong bukan Jenderal Polisi orang-orang bakal percaya gak, ya?”
No offense. Mungkin desas-desus dan teori konspirasyong soal Covid ini udah lama banget, ya. Dari awal juga mungkin kan emang gak semua orang percaya sama Covid dan gak semua orang mau divaksin. Alasannya ya banyak, lah.
Bapak saya misalkan, suka banget nontonin channel YouTube yang isinya tuh Islaaaam semua. Untuk memperjelasnya gini aja deh: Bapak saya itu pengikut Habib Rizieq (sebelum Habib Rizieq sekarang loh, ya). Dan maksudnya, Bapak saya juga percaya Covid tuh buatan dari channel-channel sejenis gitu, lah.
Buat saya ya gakpapa, ya udah lah di rumah mah da elo-elo gua-gua urusan idealisme dan ketuhanan mah. Tapi pada saat itu saya emang sama sekali gak naruh perhatian atau bahkan dengarin. Ya karena nadanya tea kan suka pada nyolot sama ngafir-ngafirin orang tea ning.
Covid19 itu dibikin sama kafir!!!
Itu adalah buatan kafir!!!
Vaksin itu racun bikinan si kafir!!!
Dan buat saya penyampaian seperti itu sama sekali “Naon sih aisia ngajak pasea?”
Intinya saya kok merasa masyarakat secara luas lebih mudah menerima Covid19 itu buatan kalau Dharma yang ngomong daripada Ustaz somewhat dari somewhere gitu. Lalu apakah saya harus jadi Jenderal Polisi dulu biar omongan saya bisa dipercaya dan gak dibilang hoax?
Sekarang gini, kalau kita lihat-lihat lagi Lord Rangga. Kan bisa jadi sebenarnya dia tuh beneran tapi ya karena dia dianggap “bukan siapa-siapa” aja makanya lebih banyak yang nganggap dia ngaco daripada mikirin omongan dia. Iya gak, sih? Apa saya harus jadi Menteri Dalam Negeri dulu baru orang tuh percaya kalau kota yang namanya Saranjana tuh ada? Apa saya harus menjadi bagian dari lembaga negara dulu biar omongan saya valid dan layak dipertimbangkan?
Entahlah, hanya anak Presiden yang tau.
Oh, mungkin cara kerja dunia emang kaya gitu, ya: cuma orang-orang tertentu yang layak didengar. Ya iya, dong.
Coba kalau yang diundang ke Richard Lee teh Sidik Karim terus ngomong Covid adalah blablabla, emang orang bakal percaya gitu? Yawdahlah. Nanti kita cerita tentang hal ini kata guel teh. Tapi dari keseluruhan (yang cuma 15 menit itu), saya ambil beberapa poin:
1. Data
Dah lah. Soal penjualan data emang kita sudah gak bisa apa-apa. Kita tahu banyak teman-teman kita atau bahkan kita sendiri yang gak daftar parpol tapi NIKnya malah tiba-tiba terdaftar anggota parpol. Apapun itu caranya, da memang kita mah udah gak punya privasi lagi atuh. Orang di Instagram aja setiap kita beres scroll page sampai bawah, ada tulisan You are all caught up, kan?
2. Elite Global
Apapun namanya, Rockefeller kek, Faridmeller kek, Illuminati kek, semuanya tuh cuma soal duid dan power. Lu punya duit lu punya kwasa. Kan sesimple itu. Kekuasaan memang cuma punya orang yang berduit aja that’s it.Inget kata Nietzsche, “Naluri paling dasar manusa teh kahayang keur nguasaan.”
Lagian kalau iya Rockefeller se-dermawan seperti yang dia brandingin di situsnya, ya masa sih kasus Gaza dan konflik Timur Tengah gak bisa dia tengarai?
Coba aja perhatiin, deh. Mengusung misi agar Pemerintah Meksiko terhindar dari infiltrasi komunis.
Yaa udah lah. Mau kamu percaya Tuhan, bersekutu sama setan, muja, jadi babi ngeffffet, tetap jha pemilik modal adalah rajanya, dan kita bahkan gak pernah sedikitpun jadi bagian dari hal yg penting kecuali berada di lapisan kelas pekerja yang terus-terusan ditindas dari segala arah.