“Pak, apa kau tidak mendengar suara itu?” tanya seorang nyonya bertubuh tambun pada laki-laki yang ada di sampingnya.
“Suara apa pula yang kau maksud?” balas laki-laki yang bertubuh tak kalah gemuk dari istrinya.
“Suaranya jelas, Pak. Aku jadi merinding,” ucap nyonya gemuk itu.
“Sudahlah Ma, aku mau tidur. Jangan berpikir hal yang aneh. Mungkin suara itu berasal dari alam mimpi saja.”
“Tapi,” nyonya besar menggantung kalimatnya. Ia berpikir sejenak. Mungkin suaminya benar, suara itu hanya berasal dari alam mimpinya.
Pagi-pagi, para pemilik rumah sudah berpakaian rapi dan akan memulai rutinitasnya masing-masing. Pria yang tampak necis dengan dasi bermotif salur begitu menikmati sarapannya. Sedangkan sang nyonya yang memakai riasan tebal itu tampak sedang mengagumi keindahan berlian yang melingkar di jarinya. Hadiah dari suaminya.
“Pak, nanti belikan aku lagi model berlian terbaru ya?” rajuknya manja.
Sementara itu, suaminya tersenyum kecut, “Dasar wanita,” pikirnya.
Setelah selesai sarapan dengan menu yang serba mewah, mereka mulai meninggalkan rumah. Tuan rumah pergi mengunakan sedan mewah versi terbaru menuju kantor. Sedangkan nyonya pergi menggunakan sebuah mobil van mewah yang tak kalah mahalnya.
Di dalam mobil, nyonya tampak asyik membetulkan riasannya. Sebelum berangkat belanja dan arisan, ia terlebih dahulu akan mampir di sebuah salon.
Lampu jalan sedang merah dan mobil berhenti di dekat sebuah jalan yang berlubang. Nyonya melihat ke luar lewat jendela mobil: beberapa lansia yang berjongkok lesu menunggu mangkuk mereka terisi logam receh.
Melihat pemandangan itu nyonya bergumam, “Ah, rupanya makin banyak saja orang melarat di muka bumi ini.”
Mobil mewah nyonya melaju kencang ketika lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau. Tak lama kemudian, ia tiba di salon: memanjakan dirinya yang penuh lemak.
Suami nyonya itu sedang menikmati cerutu mahalnya di ruangan pribadi di sebuah gedung mewah yang artistik. Senyumnya mengembang. Di tangannya ada sebuah map berisi beberapa lembar kertas. Banyak angka di dalamnya. Ia membolak-balik map. Senyumnya berubah menjadi seringai.
“Hidup ini indah,” ucapnya.
Larut malam, nyonya masih juga belum terpejam. Ia menindih telinganya dengan bantal dan mencoba untuk tidur. Badannya berguling ke kanan dan ke kiri.
“Kenapa Mama ini? Menganggu orang tidur saja!”
“Apa Bapak sama sekali tidak mendengar suara itu? begitu dekat di telinga.”
“Sejak kemarin, mama terus berbicara tentang suara, suara, dan suara. Suara apa yang Mama maksud?”
Nyonya itu tampak berpikir. “Suara yang menyayat hati, Pak.”
“Haha! Mama ini terdengar norak,” suaminya malah menertawakannya
.
“Ya sudah kalau tidak percaya. Besok mama mau memanggil paranormal saja. Siapa tahu suara itu suara mahluk halus yang mengganggu!”
“Mahluk halus, Ma?” tuan itu rupanya penakut. Ia takut akan sesuatu yang bersentuhan dengan dunia gaib. Dirapatkan tubuhnya pada istrinya. Matanya menyisir setiap sudut kamar.
Sampai menjelang pagi, suara itu masih terdengar jelas di telinga seolah pemilik suara berada amat dekat dengannya.
Keesokan paginya, paranormal yang bernama Mbah Bewok itu sedang beraksi. Ia komat kamit sambil memasang ekspresi wajah yang sulit untuk diterjemahkan. Nyonya yang memintanya datang kemari. Mata Mbah Bewok terpejam. “Hmm…Hmm,” ucapnya bergumam. Ia terlihat seperti sedang berbicara dengan seseorang, lalu melanjutkan, “Betul dugaan saya, suara itu memang berasal dari mahluk halus penunggu rumah ini. Nyonya rupanya sudah mengusiknya dan ia marah!” Mbah Bewok berorasi.
“Mengusiknya? Ah, saya tidak mengerti,” ucap nyonya.
Mbah Bewok kemudian mengarang cerita. Kepandaiannya berbicara dan sudah terlatihnya ia sebagai seorang dukun yang sakti menipu, membuat nyonya percaya saja. Mbah Bewok menang banyak. Ia tersenyum memandang amplop tebal yang baru saja diterimanya.
Malam ketiga ia mendengar suara…
Suara itu makin kencang terdengar! Nyonya menggerutu. Bukannya mahluk halus itu sudah diusir mbah Bewok? Mengapa sekarang masih terdengar dan justru bertambah kencang? Mata nyonya yang menyala garang menyiratkan amarah.
“Berhenti!!!” teriaknya.
Suaminya terkejut, mengucek matanya dan berbicara, “Kenapa lagi, Ma?”
“Aku tak tahan, Pak. Suara itu menyakitkan!”
Laki-laki gemuk itu mengamati dengan saksama istrinya. Nyonya tampak lelah karena ia masih tidak bisa tidur lelap. Dalam gendang telinganya selalu terdengar suara itu.
Seminggu berlalu bahkan sekarang sudah bulan kedua nyonya gemuk itu tak bisa tidur. Bahkan ketika ia mencoba tidur di siang hari pun, suara itu masih terdengar! Semakin keras, jelas, dan menakutkan baginya!
Beberapa orang psikiater sudah memberikan penjelasan tentang apa yang dialaminya. Tapi ia tak puas dengan penjelasan mereka. Bahkan orang yang katanya lebih sakti dari Mbah Bewok pun konon sudah didatangkan.
Semakin hari, keadaan nyonya semakin parah. Di bawah matanya terlihat jelas lingkaran hitam layaknya mata panda. Ia juga tak lagi memakai riasan tebal. Rambutnya kusut dan ia sering terlihat ketakutan. Bahkan melihat makanan yang terhampar di meja pun, ia akan bertambah ketakutan.
Suara itu terdengar lebih kencang! Suara itu berbunyi “LAPAR! LAPAR! LAPAR!” Suara itu menghantui nyonya setiap malam. Suaranya merintih, menyayat hati, dan menikam telinga siapa pun yang akan mendengarnya. Suara dari jiwa yang terhimpit gelapnya hidup. Bahkan belakangan ia bisa melihat raut wajah pemilik suara. Wajahnya menyiratkan kesakitan. Pandangan matanya menukik tajam menuntut sesuatu!
“BERHENTI! AKU TAK SANGGUP!” nyonya mengamuk. Ia berlari ke dalam kamar dan dicarinya lemari tempat ia menyimpan harta. Lembaran uang yang tebal, koleksi perhiasan mewah, beragam gaun mahal rancangan desainer, semuanya ludes dibakarnya sendiri. Nyonya merasa benda itulah yang menyebabkan suara itu bermunculan.
Tiba-tiba ia ingat proyek penggalangan dana kemanusiaan yang dikelola suaminya. Ia juga ingat proyek dana bantuan pangan untuk kaum marginal yang juga dikelola suaminya. Ia juga tak akan pernah lupa pada proyek dana perbaikan kesehatan kaum miskin dan masih banyak proyek dana lainnya yang ia ingat.
Angka-angka berhamburan di depan matanya. “BERHENTI!” teriaknya parau. Ia berlari seperti kesetanan sambil komat kamit. Tampilannya acak-acakan. Ia melihat angka memasuki lubang mulutnya dan mulai mencekik lehernya! Matanya melotot, memperlihatkan kengerian!