Tulisan ini akan berhubungan erat dengan obrolan seputar aktivitas seksual, jadi kalau kamu gak nyaman ya udah gak usah dilanjut, ya.
Saya menulis ini dengan anggap bahwa semua orang mengakui adanya gaya hidup freesex. Sudah, cukup. Akui saja hal-hal seperti itu ada di sekitar kita. Kalau kamu mau tarik konteksnya ke agama atau halal-haram pahala-dosa, ya kamu bikin saja lah tulisan sendiri.
Kemarin saya lagi sering banget ngomongin ini sama teman-teman saya yang berbeda-beda latar belakang. Ada yang strict banget, ada diam-diam sering ONS lalu pasangan ONSnya baper tapi pelakunya mah pergi begitu za, ada juga yang lurus aja sama pasangannya, ada juga yang mending jomblo, ada juga yang menyewa orang lain untuk memuaskan birahinya. Ya macam-macam lah namanya juga orang.
Lalu ngide lah saya bikin survey kecil-kecilan di Instagram. Hasilnya 29% memilih ONS dan 71% FWB.
Saya tidak melihat kepentingan lain dari having ONS, dan kalau misalkan kamu ngerasa perbandingan ONS dan FWB ini gak apple to apple, ya gakpapa sih berarti gue aja. Muehehe.
Saya lalu bertanya ke beberapa orang yang memilih ONS itu.
“Apa sih alasan lo milih ONS daripada FWB?”
Untuk beberapa orang, ONS ini lebih menarik dan mampu membuat kenyang rasa penasaran having sex dengan stranger, semacam new experience aja gitu.
Let’s just say ketika kamu pergi ke suatu night club, kamu tertarik secara fisik sama orang lain (ditambah kamu kesepian misalnya), lalu kamu flirting sama satu orang. Lalu ya terjadilah aktivitas seksual dengan consent tentu saja, karena kalau enggak ya itu namanya pelecehan dan tentu saja gak ada yang bisa dimaafkan dari hal itu.
Lalu setelah aktivitas seksual yang disepakati selesai, keduanya menjalani hidup seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa. Minggu depan kalau ke night club lagi mungkin akan melakukan hal yang sama, mungkin tidak. Yang jelas, hubungan itu selesai hanya malam itu saja.
Untuk sebagian orang mungkin itu terkesan menjijikan, tapi untuk sebagian yang lain tentu saja itu menyenangkan. Merasa terpuaskan tanpa harus menjalani hubungan jangka panjang yang mungkin akan dipenuhi dengan tanggung jawab dan komitmen blau-blau lainnya. Sangat efisien, bukan?
“Yang terpenting: gak harus bayar.” kata narasumber saya.
“Asal sepakat.” Lanjutnya lagi
Apakah itu sah? Ya sah-sah aja sih selama mau dua-duanya dan gak saling merasa tersakiti.
Meanwhile, FWB sebetulnya lebih tricky dan gak hanya berkutat seputar kehidupan seksual aja.
Banyak FWB yang juga mengambil manfaat pada sesi antar-jemputnya, sesi curcolnya, sesi video callnya. Ya, yang jelas kalau peserta FWB ini melakukan aktivitas seksual juga, ya seenggaknya FWB ini lebih berkomitmen, lah. Meskipun ya gak ada komitmen apapun juga di dalam FWB itu sendiri. Eh apa gimana sih anjir? au ah pusing.
Tapi ya udah lah. Anggap saja FWB itu seperti punya pacar, tapi enggak. Tapi apa-apa sama dia. Gitu lah.
Jadi, sebetulnya kalau ONS itu lebih memungkinkan untuk membuka hubungan seksual dengan siapapun, berbeda-beda orang dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan FWB mah udah pasti pasangan berhubungan seksualnya ya satu aja gitu (kalau FWB-annya satu wkwkwk)
Terlepas dari efektivitas ONS dan FWB dan ketidakmampuan pesertanya dalam menjalani hubungan penuh komitmen, secara kesehatan, resikonya lebih besar mana?
Ya dua-duanya dong. Keduanya sama-sama beresiko, kalau kamu gak cek rutin. ONS beresiko, FWB beresiko.
“Lho, gimana? Lah emang kamu yakin FWB-an mu itu ciuman atau beraktivitas seksual Cuma sama kamu aja?”
Jangan ya, sayang. Jangan bodoh! Yang udah nikah aja bisa bohong. Jadi gak ada salahnya kamu cek rutin, cek berkala kesehatanmu.
Saya menganggap semua pembaca adalah orang dewasa, coba dong minimal tanggung jawab sama diri kamu sendiri. Kamu bisa memilih sesuatu yang bisa muasin kebutuhanmu, kok kamu gak bisa milih sesuatu buat menambah panjang umur dan kesehatanmu? Pakai-pakai kondom, lah. Resikonya besar itu. Gak cuma perkara kehamilan yang tidak direncanakan aja ya (ini bakal kita bahas next), tapi ada banyak masalah kesehatan yang jarang dibicarakan dan pura-pura gak didengar sama para peserta, sih. Misal, HIV/AIDS.
Cek HIV tuh udah bisa loh sekarang ngambil home service, di Halodoc juga bisa pesan home service. Bahkan sekarang udah ada alatnya, deh. Semacam package yang nanti kamu tuh nyuntikkin alatnya ke ujung jarimu sedikit, dan nanti tinggal kamu tetesin darah itu ke perangkat lain. Mirip alat-alat cek golongan darah, lah. Tapi saya saranin langsung aja ke lab-lab seperti Kimia Farma atau Prodia, karena gak semua orang tuh orang medis ya, dan takutnya gak akurat juga karena testpack atau cek golongan darah kan bisa salah-salah juga gitu.
Klinik sekarang juga udah banyak kok yang modern, eh ada yang baru buka loh namanya Filmore. Khusus klinik kesehatan reproduksi perempuan gitu. Cuman belum nyoba euy. Nanti lah yaa saya coba dan review.
Tapi anyway, apapun pilihanmu soal ONS atau FWB ini, ketika kamu sudah dewasa, harusnya udah mikir buat tanggung jawab, sih. Kamu harus tahu resiko-resikonya apa aja, jangan cuma mau enaknya aja. Inget, kamu tuh manusia bukan hewan. Tapi kalau kamu merasa dirimu hewan, ya udah sia jangan main hp. Safety first.