ArtikelSerupa

https://www.filmaffinity.com/us/movieimage.php?imageId=619335765

Dulu, beredar cocoklogi di Fakultas Sastra Unpad, bahwa Malin Kundang bukanlah Malin seperti yang diceritakan anak durhaka, melainkan Sangkuriang yang entah bagaimana sampai ke Pulau Sumatera, begitupun sebaliknya. Maklum, wajah Malin Kundang dan Sangkuriang percis katanya.

Malin Kundang yang asli ternyata merantau sampai ke kediaman Dayang Sumbi, mencintainya, dan blablabla. Begitu juga Sangkuriang yang memang betul-betul tidak tahu siapa ibu-ibu yang mengutuknya menjadi batu itu. Kuingin menangys mendengar cocoklogi ini.

Tapi bukan itu yang mau dibahas sekarang. Usut punya usut, Sangkuriang/Malin Kundang/siapapun lah itu sebetulnya yang mencintai lawan jenis yang lebih ‘tua’ –secara usia, disebut dengan Oedipus Complex.

Waktu itu, dosen saya cerita soal mitologi Yunani yang menjadi awal mula kemunculan kalimat Oedipus Complex, tapi karena saya sedang sibuk menjual soal ujian yang dibuat pacar saya –yang waktu itu asisten dosen, saya jadi gak fokus-fokus amat dengerinnya.

Kepada mantan pacar, saya minta maaf karena soal-soal ujian itu pernah saya bocorkan dan jual diam-diam tanpa saya bagi dua keuntungannya. Next.

 Waktu itu, yang saya tangkap soal Oedipus Complex ya cukup soal laki-laki yang menyukai wanita yang ‘jauh lebih tua’ aja. Soal wanita itu ibunya atau bukan, saya kurang paham. Yang jelas, kecenderungan orang-orang dengan Oedipus Complex disebabkan oleh kedekatan dengan sosok Ibu.

Jadi, ketika si anak begitu dekat dengan ibu dan menikmati kedekatan itu serta melihat sosok ibu ini sebagai sosok pahlawan, maka di kemudian hari, ada kecenderungan si anak akan menyukai perempuan yang memiliki karakter seperti ibunya –yang dalam hal ini, usianya juga lebih tua dari si anak itu sendiri.

Saya jadi inget film The Reader (2008), film yang dibintangi Kate Winslet ini emang penuh kejutan banget, sih. Untuk saya yang gak suka-suka amat sama film romance-sedih karena saya gampang menangys, tapi film ini menye-menye dengan caranya sendiri.

Berawal dari pertemuan Michael, seorang siswa dan Mbak Hanna yang waktu itu kerja jadi checker tiket kereta. Waktu itu kalau gak salah Michael sakit waktu naik kereta dan Mbak Hanna nolong gitu. Intinya gitu lah pertemuannya.

Seiring waktu, pas Michael udah sembuh, dia cari Mbak Hanna ini untuk berterima kasih lah. Nah, karena Mbak Hanna ini sebatang kara dan tinggal seorang diri, ya mulai deh. Intinya Michael dan Mbak Hanna melakukan hal yang juga sering kalian lakukan kalau lagi berdua di kosan pacar. Iya, baca buku. Jadi, di dalam hubungan Michael dan Mbak Hanna, pertemuan mereka selain selalu dibarengi dengan aktivitas-aktivitas tertentu, Hanna selalu lebih dulu minta dibacakan buku.

Sebetulnya, untuk saya yang so-soan jadi pengamat film ini, gelagat Mbak Hanna yang buta huruf sudah sangat bisa ditebak melalui beberapa scene, namun ketika saya sudah mau yakin soal hal itu, sutradara selalu langsung mengalihkan ke adegan ranjang. Hal ini yang bikin saya wow, brilliant.

Film ini keren dengan caranya sendiri, bossQ. Seperti yang pernah saya tulis waktu mengulas Begin Again, saya biasanya harus menonton ulang sebuah film bertahun-tahun setelahnya biar saya ngerasa relate, seiring dengan perjalanan hidup.

Tapi kalau film ini, sebelum saya suka sama om-om aja, saya udah bisa paham betapa kesal, awkward, dan sangat ingin menunjukkan bahwa “ I love him and it’s okay!” ketika kita berjalan dengan pasangan di tengah orang banyak, dan semua orang memperhatikan kita dengan tatapan yang aneh seolah-olah itu adalah menjijikkan, gak normal, gak selayaknya. EH tapi saya belum pernah ngerasa gitu, sih. Tapi intinya ya itu, lah. Saya jadi bisa ngerasain hal yang emang belum saya rasain –pada waktu itu gak tau kalau sekarang. Wkwk.

Cerita soal Hanna yang akhirnya mati bunuh diri buat saya juga terlalu menyakitkan untuk dibahas. Siapa yang mau hidup kesepian? Toh di masa-masa dewasa dan sendiri seperti Hanna, saya yakin merasa “ditemenin” itu hal yang diinginkan. Bangun tidur, kerja, pulang, tidur, bangun, kerja, pulang. Emang kamu mau hidup seperti itu terus? Let’s just say, “Ah gampang, kan bisa main IG, scroll medsos, atau mabar.” Tapi percaya, deh. Semua itu kan ada bosennya. Perasaan ditemani, ngobrol bareng, kayanya lebih dibutuhkan sepulang kerja melewati jalan macet dan angkot yang hobi nyerepet.

Terlebih untuk orang yang buta huruf dan pendiam seperti Hanna, agaknya bersosialisasi emang sulit banget, ya. Terlepas dari itu semua, film ini beautifully-tragic. Sepasang manusia yang usianya terlampau jauh, nyoba buat se-utopis mungkin oh oke mungkin kita bisa berjuang sama-sama, tapi nyatanya realita hidup terus-terusan nempa mereka, dan seiring berjalan waktu emang betul. Kadang, kita harus realistis. Meskipun saya gak tau gimana jadinya kalau Hanna waktu itu gak tiba-tiba ngilang, mereka masih bakal bareng atau enggak. Yang jelas, akan ada banyak yang terjadi saat satu diantara sepasang itu hilang. Dan kita gak pernah tahu peristiwa/pertemuan dengan siapa yang akan mengubah semuanya.

Belum lagi, kematian gak ada yang tahu. Tapi seiring tua usia, seringkali bikin penyakit jadi betah bersarang di tubuh. Bayangkan betapa sedih ketika kamu berpasangan dengan orang yang sudah lupa kamu siapa, atau kamu ditinggal meninggal, dan… ah kemungkinan-kemungkinan yang menyakitkan lainnya dari hubungan itu.   

Besides, manusia memang gak bisa menduga atau mengatur dengan siapa dia bakal jatuh cintrong. Mau itu yang usianya jauh lebih tua, lebih muda, mau dengan yang masih single atau punya pasangan. Ya, kalau kamu cintrong sama yang udah punya pasangan, yang bisa dilakukan itu Cuma; membiasakan dan membiarkan perasaannya terurai biar gak nyakitin orang lain, atau menumbuhkan perasaannya tanpa peduli apa yang orang lain pikirin. Tapi kalau cintamu gak terhalang apapun kaya jalan tol mah ya… gas aja.

Balik lagi soal Oedipus Complex, bersama dengan orang lain yang sudah matang secara emosional nyatanya emang bikin tenang. Meskipun pada dasarnya memang usia gak pernah bisa jadi acuan mutlak matang/enggaknya emosional seseorang, dan gak ada yang salah kok dengan hal itu selama kamu dan dia sama-sama dewasa dan single, ya.

ADVERTISEMENT
https://chat.whatsapp.com/Dl7MWK5PZfw5j2qqVoIGCD https://chat.whatsapp.com/Dl7MWK5PZfw5j2qqVoIGCD https://chat.whatsapp.com/Dl7MWK5PZfw5j2qqVoIGCD
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?