Beberapa minggu lalu saya melihat postingan instagram Bidang Kepemudaan Kab. Purwakarta yang merilis data pemuda perbulan November Tahun 2022. Bilangnya ada 241.152 penduduk dengan usia 16 sampai 30 tahun di Purwakarta. Ini menarik. Anak muda menang jumlah belakangan ini. Jadi usia produktif atau bonus demografi di Indonesia hari ini sudah mencapai kurang lebih di angka 68%.
Dalam Milenial Kill Everything dikatakan bahwasanya generasi milenial itu pertama, bersifat distraction atau merusak dan kalangan milenial ini terkenal kritis. Sudahlah jumlahnya banyak, kritis pula. Apalagi saat ini adalah tahun persiapan menjelang hajat politik di 2024 nanti.
Maka tak heran jika para calon dan petahana di bidang politik berebut simpati Zilenial (gabungan istilah Gen-Z dan Millenial). Partai politik pun berlomba-lomba mengakomodir Zilenial ini demi mendapatkan kursi Legislatif dan Eksekutif. Mereka juga nampaknya siap dengan sisi buruk Zilenial ini. Sebab kaum Zilenial itu dikenal tidak loyal terhadap perusahaan atau tempat kerja mereka. Jadilah parpol-parpol ini sebenarnya sedang mengambil resiko.
Masih dalam buku yang sama kaum milenial ini suka yang casual, artinya mereka tak suka yang formal-formal. Ini bakal jadi tugas berat untuk para calon legislatif dan calon eksekutif untuk mendapatkan simpati dan suara dari zilenial, karena preferensi mereka cenderung akan mrmilih calon legislatif atau eksekutif yang cocok dengan preferensi mereka. Artinya jika ada hal yang tak cocok dengan mereka, entah itu gaya kampanye, atau bahkan track record, terutama jejak internet yang buruk (ingat! zillenial itiu kritis) dari si politisi maka sekeras apapun pencitraannya, bakalan gak laku. Begitu pula sebaliknya.
Melihat ini maka para politisi perlu pola pendekatan atau kampanye khusus. Jika dilihat di media sosial hari ini ada perubahan tren yang terjadi di kalangan politisi Indonesia baik yang sedang menjabat maupun mereka yang hari ini mendaftarkan diri sebagai calon Legislatif maupun eksekutif Mereka aktif membagikan aktivitasnya kepada masyarakat melalui akun official mereka maupun di akun-akun tim pemenangan mereka dengan berbagai macam konten entah itu berbagi, entah itu mengedukasi, maupun muatan konten-konten yang lain. Jika dilihat dari sisi yang lain kos politik mereka hari ini cenderung lebih banyak membayar untuk jasa editor, serta konten Planner untuk menghidupi akun media sosial mereka dengan cakupan yang cukup efektif untuk terdengar atau tersampaikan kepada konstituen mereka.
Kemarin seorang teman kirim pesan. Ia mengundang saya sebagi narasumber diskusi bertopik “netralitas mahasiswa pada hajat politik 2024 mendatang”. Saya rasa ini adalah momentum yang pas untuk saling bicara. Di satu sisi para politisi mati-matian meraih simpati zilenial, sementara di lain sisi ini bisa jadi kesempatan zilenial untuk bargaining, mengajukan syarat kepada para calon legislatif maupun eksekutif agar menjadi wakil yang diharapkan oleh kita sebagai pemuda khususnya di kabupaten Purwakarta.
Jika melihat data penduduk Kabupaten Purwakarta hari ini, penduduk Purwakarta ada sekitar 1,1 juta jiwa dan terdapat penambahan kursi di DPRD Kabupaten Purwakarta yang tadinya 45 kini bertambah menjadi 50 kursi dan itu artinya ketika melihat data yang dikeluarkan oleh bidang kepemudaan yang diambil dari data Dinas kependudukan dan pencatatan sipil per November Tahun 2022 kurang lebihnya ada 241.152 Pemuda. Hampir dari seperempat penduduk yang ada di Kabupaten Purwakarta merupakan anak muda dan mempunyai nilai jual yang tinggi terhadap para calon legislatif dan eksekutif nanti.
Nilai jual yang dimaksud bukan materi yang mereka berikan pada kita ataupun organisasi, melainkan kekuatan untuk menstandardisasi serta syarat kepada calon legislatif dan eksekutif yang mau mendapatkan dukungan dari kalangan pemuda itu sendiri. Meski pun kurang kompaknya zilenial di Purwakarta sendiri masih jadi PR yang sangat besar.
Saya yakin dengan tumbuhnya angka bonus demografi ini, akan semakin signifikan pula peran pemuda dan mahasiswa sebagai social of control. Sehingga nantinya “kekuatan” ini dapat ikut terlibat dalam menentukan standarisasi kepemimpinan, dari tingkat RT RW, kepala desa, sampai Bupati dan DPR.
Sebagai statement akhir untuk para calon legislatif maupun eksekutif tolonglah ubah strategi kampanyenya. Kondisi hari ini beda jauh dari kontestasi pemilihan tahun sebelumnya. Sementara untuk para zilenial, ambil kesempatan ini sebaik mungkin. Mari kita kawal terus jalannya pemilihan umum ini. Doa terbaik pula untuk para pelaksana maupun pengawas KPU dan Bawaslulu agar senantiasa terbuka dan transparan dalam menjalankan tugas.