
Yang terhormat Bapak Jorge Quiroga, perkenalkan saya seorang warga dari sebuah negara yang amat kaya akan sumber daya alamnya dan rakyatnya-pejabatnya hidup sejahtera. Pertama-tama saya memohon maaf karena telat memberikan nasihat politik ini, karena jika saja saya lebih awal memberikan petuah ini tentu Anda tidak harus bersusah payah hingga pilpres putaran kedua. Asal Bapak tahu, tahun kemarin negara saya juga baru mengadakan pilpres dan meski ada tiga kandidat, tapi pilpres di negara saya lancar jaya alias hanya satu putaran saja. Tentu ini terjadi berkat strategi politik yang canggih nan cemerlang. Maka bukti dari rasa penyesalan ini izinkan saya memberikan bocoran strategi berupa kiat-kiat agar Bapak terpilih menjadi presiden dan menjadi pejabat sukses.
Pertama-tama agar terlihat akrab, sebagaimana kami penggemar dan pendukung fanatik memanggil presiden lama kami dengan sebutan Pakdhe, izinkan saya memanggil Bapak dengan Panggilan Pakdhe juga. Pakdhe Jorge Quiroga atau Pakdhe Jorge biar tidak kepanjangan. Selain agar terlihat akrab, hal ini bisa bapak terapkan ke para pendukung kelak di kemudian hari setelah menjadi presiden. Agar terkesan bahwa Bapak, eh, Pakdhe Jorge lebih merakyat. Di bawah ini saya berikan langkah-langkah taktis dan strategis buat Pakdhe. Semoga Pakdhe Jorge berkenan hati.
Agar putaran kedua ini mulus rahayu, saat-saat masa kampanye jangan lupa bikin cerita bahwa Pakdhe adalah keturunan ke sekian dari raja kerajaan anu di Bolivia sana. Agar terlihat nyata bikin gambar pohon nasab bertuliskan Jorge Quiroga bin anu bin anu dan seterusnya hingga sampai raja anu. Ini penting agar Pakdhe dianggap sebagai juru selamat di tengah ketidakpastian bangsa dan negara.
Langkah berikutnya, demi memuluskan jalan menjadi Presiden Bolivia, dalam kampanye dan debat jangan lupa beri janji-janji manis. Janjikan hal-hal yang mustahil sekalipun. Misalnya bilang saja gaji guru dan dosen dinaikkan, pupuk murah, hingga 19 Juta lapangan pekerjaan. Perihal nanti rakyat tetep susah mencari pekerjaan tinggal salahkan keadaan. Beres. Tak jadi soal rakyat susah cari kerja asal anda dan kroni tetap jaya. Urusan nanti publik menilai Pakdhe mencla-mencle dalam bersikap, tak usah dihiraukan. Toh lama-kelamaan publik akan paham dan muak memaklumi.
Oiya, Pakdhe, ada strategi yang amat jitu, yaitu janjikan makan siang gratis bagi semua siswa di seantero Bolivia. Meski rakyat Bolivia tak perlu-perlu amat makan siang gratis tetap jadikan ini program unggulan. Tentu APBN Bolivia tak besar-besar amat untuk menanggung makan anak-anak Bolivia, solusinya tiada lain tiada bukan: efisiensi. Peras semua anggaran kecuali untuk pejabat dan lembaga tertentu. Jika masih kurang naikkan pajak.
Meskipun karena efisiensi, nantinya ekonomi Bolivia melemah itu tidak apa-apa, yang penting semangat anda untuk menjabat tetap menyala. Tak apa rakyat sengsara yang penting hasrat menjabat anda tetap membara. Di tengah masyarakat yang kesusahan Anda harus naikkan tunjangan-tunjangan DPR. Rakyat boleh menderita tapi DPR harus bahagia. Selanjutnya, sesaat setelah terpilih Anda harus langsung memikirkan bagaimana strategi terpilih di periode berikutnya. Jika bisa bahkan renungkan bagaimana berkuasa tiga periode. Atau pikirkan sekalian menjadi presiden seumur hidup biar tak tanggung.
Sebagai tambahan, Pakdhe jangan lupa menggaet sebanyak-banyaknya lembaga survei dan quick count. Gambarkan bahwa Pakdhe unggul di tiap propinsi. Boleh-boleh saja satu-dua provinsi calon lain unggul, agar terkesan rasional. Dan ini yang tidak kalah penting, Pakdhe. Saat hari-H pencoblosan, apapun nanti hasilnya, cepat-cepat perlihatkan hasil quick count bahwa Pakdhelah juaranya. Ini penting demi memengaruhi psikologi masa warga Bolivia juga lembaga penyelanggara pemilunya. Cepat-cepat pula Pakdhe deklarasi kemenangan, bahkan bila perlu sujud sukur di depan banyak media massa.
Alang kepalang berpanjang-panjang kita juga mesti pandai bersiasat manakala kepahitan yang menimpa. Melihat persentasi suara Anda yang di bawah Rodrigo Paz Pereira sepertinya saya juga sekalian harus memberi nasihat jika Pakdhe kalah. Tak apa Pakdhe hidup memang begitu. Ada kalah ada menang. Tapi kan di politik tak ada kawan atau lawan yang abdi, yang ada kepentingan yang abadi. Jangan patah arang, Pakdhe mencalonkan diri lagi di periode berikutnya. jika masih kalah, pakdhe nyalon lagi. Kalah lagi nyalon lagi. Begitu terus hingga rakyat Bolivia memilih Anda hanya karena kasihan. Jika kemudian hari rakyatlah yang kasihan karena banyak kebijakan yang tidak berpihak tidak usah dipedulikan.
Tak kalah penting, Pakdhe harus pastikan ada kerabat atau keluarga di lingkungan yudikatif semacam Mahkamah Konstitusi atau Mahkamah Agung. Lalu jika tidak punya? tidak usah ambil pusing; Pakdhe nikahkan bibi, uwa, paman, atau siapa pun saudara Pakdhe dengan seorang hakim. Kelar perkara. Hal ini tentu saja penting sebagai langkah preventif. Jika nanti kemenangan Pakdhe digugat.
Lebih dari itu, jika kelak setelah menjadi presiden dan Pakdhe ingin anaknya mencalonkan diri sebagai wakil presiden berikutnya tapi terganjal aturan umur, tentu ini akan sangat membantu. Menempatkan kerabat atau keluarga di kursi-kursi strategis amatlah penting. Perihal suatu hari anak Pakdhe menjadi wakil presiden Bolivia yang tidak kompeten tak usah risau. Apapun acaranya bahas AI (artificial intelligent) saja. Apa pun pertanyaannya, AI jawabannya!
Lagi pula masa iya Pakdhe Jorge tidak berpikir untuk meneruskan tahta kepemipinan kelak kepada sang putra? Bagaimana jika nanti konstitusi Bolivia tidak memperbolehkan anak Pakdhe mencalonkan menjadi presiden karena batasan umur, track record, dan berbagai alasan lain yang akan menjadi aral melintang? Tenang Pakdhe, dengan langkah strategis di atas, ini semua aman terkendali.
Sampai di sini dulu ya Pakdhe nasihat dan saran dari saya. Di lain kesempatan, jika tidak sibuk-sibuk amat, akan saya kasih tau strategi bansos dan joget-joget. Tolong baca ini baik-baik ya Pakdhe, jika suatu hari rakyat muak dengan ketimpangan antara pejabat-rakyat, masyarakat jengah dengan beban pajak yang tidak sesuai, buruh riuh karena kehilangan pekerjaan, rakyat susah cari kerja, jangan salahkan siapa-siapa jika masyarakat bergejolak hanya dengan satu-dua pantikan menyebalkan dari pejabat. Tidak usah cari apa dan siapa penyebabnya. Bapak baca saja nasihat ini pelan-pelan. Baca ini dengan rasa kemanusiaan.
Dosen ISBI Bandung, Peminat Linguistik terutama linguistik Sunda Kuno.
Bareng-bareng kita berkarya dan saling berbagi info nongkrong di grup whatsap kami.