Kullu nafsin dzaa iqatul maut.
Setiap yang bernyawa, pasti akan meninggal dunia
Turut berduka cita atas berita meninggalnya salah satu pemimpin terbaik di dunia ini, Khalifah Uzumaki Naruto bin Khalifah Namikaze Minato. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi-Nya dan dipersatukan dengan para Kholifah/Hokage yang telah mendahuluinya. Dan keluarga yang ditinggalkan, Hinata sebagai istri dan Boruto Uzumaki serta Himawari Uzumaki sebagai anak diberikan ketabahan.
Berita duka ini tentu bukan hanya berita duka bagi masyarakat di Desa Qonoha. Duka ini sampai ke segala penjuru dunia. Bahkan saya, yang tinggal dan menetap sementara di Desa Nagrikaler, Purwakarta, yang sudah barang tentu jaraknya teramat jauh dari Desa Qonoha, juga merasakan duka yang sangat berarti.
Bagaimana tidak, seorang lelaki yang sangat menginspirasi bagi manusia yang hidup di dunia beneran dan di dunia buatan Masashi Kishimoto itu telah meninggalkan kita semua. Padahal dunia, atau setidaknya negeri saya Indonesia sedang mengalami fase yang tidak menyenangkan untuk menikmati hidup.
Dari mulai coronavirus yang entah kapan selesai, pengesahan Undang-undang Cilaka oleh wakil rakyat, Yang Mulia Puan Maharani yang bisa seenak jidat mengatur mikrofon dalam sidang, sampai ditinggalkan pacar karena kecewa pada perilaku saya sendiri. So sad 🙁
Ya Tuhan, penderitaan ini sudah cukup berat dan kami harus kehilangan Uzumaki Naruto? Lantas kepada siapa kami harus berkiblat untuk tetap menjadi manusia yang optimis, tidak mudah menyerah, dan terus berusaha mencapai tujuan serta setia pada kawan dan nasibnya?
Kita tahu betul bagaimana kehidupan Naruto sebelum sukses menjadi seorang Hokage atau Khalifah. Dia hanyalah seorang anak kecil berambut kuning dan hidup seorang diri. Kedua orang tuanya meninggal karena ingin menyelamatkan desa dari amukan Kyuubi dan terpaksa harus menyegelnya dalam tubuh Naruto.
Sebab karena Kyuubi dalam tubuhnyalah akhirnya Naruto sering menjadi bahan perundungan teman-temannya di desa. Tetapi apakah dia menjadi tidak percaya diri dan depresi lalu bunuh diri? Jawabannya tidak sama sekali. Ia terus berlatih sampai akhirnya membuktikan pada dunia bahwa ia adalah orang yang akan membawa perubahan yang baik bagi desanya sebagai Hokage atau dalam hal ini Khalifah.
Dialah harapan kami satu-satunya untuk tetap bertahan hidup dalam keadaan negeri yang sedang tidak baik-baik saja ini. Setelah ini, karena Naruto telah pergi, mungkin akan banyak orang yang hidup dengan ketidakpercayaandirinya dan depresi lalu bunuh diri. Saya tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Padahal kami ingin sekali mengundangnya untuk hadir dan berorasi di tengah massa aksi yang kecewa pada pemerintah, lalu membakar semangat revolusi seperti yang pernah dilakukan Sutomo atau Bung Tomo pada Arek-arek Suroboyo ketika melawan Belanda melalui tentara NICA, “Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka!”
Membayangkan itu kami menangis karena nasib Uzumaki Naruto ternyata hanya sampai pada kata terakhir dalam kalimat lanjut dari isi orasi Bung Tomo, “Semboyan kita tetap merdeka atau mati!”
Ia mati setelah kami kehilangan banyak tokoh di negeri kami sendiri. Yang hidup kini hanya menyisakan kesedihan. Harapan-harapan kami acapkali hanya menjadi cerita dan bualan di setiap pemilu. Tak ada yang benar-benar berkorban dan berjuang untuk kesejahteraan hidup kami setelah itu. Lalu puncaknya kini, kami juga harus merasakan kesedihan lain.
Perlukah kami pergi keluar dan berteriak kencang bahwa ini rasanya anjim banget?
Tapi mau bagaimana lagi, Tuhan telah berkata dalam Quran Surah Ali Imran ayat 185, bahwa “Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.”
Barangkali kami semua harus mengikhlaskan kepergiannya meski ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan itu. Sebab sekali lagi, pada siapa lagi kami harus berharap? Monkey. D. Luffy?
Orang yang menyandang nama musuh para dewa itu barangkali bisa menjadi harapan baru kami. Tapi sampai kapan kami harus menunggu ia datang jika harapannya sendiri untuk menjadi Raja Bajak Laut saja masih belum tercapai?
Mau pada siapapun kini kita berharap, pada akhirnya kita adalah manusia yang akan terus berjuang hidup dalam genggaman seseorang sambil menunggu kekalahan demi kekalahan. Ah Anjim!
Intinya, lebih dari itu semua, mari kita kirimkan doa terbaik yang kita miliki untuk seseorang yang spesial, pemimpin yang melindungi dan menginspirasi, tidak seperti pemimpin kita. Silakan berdua sesuai keyakinan masing-masing. Al-Fatihah…