Najwa Aprilia Javanka dan Perjalanannya menuju Voyage of Discovery

Profil Singkat

Najwa Aprillia Javanka (Vanka) adalah mahasiswi Program Studi Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan Fakultas Pendidikan Seni dan Desain Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 22. Ia aktif menekuni seni lukis dengan gaya semi-realis dan eksplorasi tekstur pada media kanvas. Baginya, melukis adalah bentuk ekspresi visual sekaligus sarana katarsis emosional dan refleksi atas pengalaman pribadi. Selain aktif berpameran seperti dalam acara Voyage of Discovery di Purwakarta belum lama ini, Vanka juga terlibat sebagai fasilitator workshop keramik yang diadakan komunitas Femme Fatale Purwakarta. Ia bercita-cita mengembangkan ruang apresiasi seni rupa di daerahnya serta terus mengeksplorasi medium dan gaya visual yang mampu merepresentasikan kegelisahan maupun harapan dalam kehidupannya. Tertarik menyalami perjalanan Vanka? Mari, simak wawancaranya dengan Nyimpang di bawah ini!

Perkenalan

Halo, Vanka. Apa kabar nih? Boleh ceritain tentang dirimu dulu gak ke pembaca Nyimpang?

Halo! Alhamdulillah, kabar aku baik. Kenalin, nama aku Nauzuah Afriza Vanka, biasa dipanggil Vanka. Aku berasal dari prodi Seni dan Desain UPI, masuk tahun 2022, sekarang udah semester enam, nanti masuk semester tujuh.

Di semester tujuh kami akan menghadapi Penjurusan yang mana salah satu syaratnya adalah portofolio berkesenian pada bidangnya masing-masing. Makanya aku dan teman teman menginisiasi untuk pajang karya di Coffee Rider Purwakarta yang bertema Voyage of Discovery bertajuk “Self Expression.”

Perihal genre lukisan sendiri, aku lebih ke semi-realisme. Aku lebih seneng genre itu karena gak terlalu mendalami realisme yang detailnya susah banget. Jadi, aku pilih semi-realisme karena lagi mau nyari style sendiri. Kadang juga bikin yang abstrak. Aku merasa aktivitas melukis ini bisa jadi semacam katarsis psikologis buat ngelampiasin keresahan secara metaforis, dan dari situ aku juga merasa terdorong buat memahami tujuan dan makna dari karya yang aku bikin.

Kalau dilihat-lihat kamu lumayan demen seni rupa nih. Sejak kapan sih kamu senang menggeluti dunia ini?

Sejak kecil aku udah gandrung sama gambar karena papah juga senang gambar. Aku ikut lomba-lomba dan pernah menang. Dari situ aku lebih condong ke seni rupa karena lebih menarik, apalagi di jurusan pendidikan. Awalnya, ada rasa yang mau aku sampaikan tapi aku gak pintar merangkai kata-kata, jadi aku tuangin lewat seni rupa. Mungkin juga karena passion-nya di situ, makanya minatnya tumbuh dan kenapa akhirnya aku ambil jurusan ini, karena sudah dipupuk sejak kecil.

Kalau dalam hal seni rupa sendiri, siapa inspirator kamu atau apa hal yang paling menginspirasi kamu dalam melukis?

Yang jadi inspirasi aku sih semua seniman, tapi yang paling ngaruh itu pengalaman pribadi. Dari pengalaman itu aku dapat dorongan buat berkarya.

Kalau saat membuat karya lukis sendiri, kamu ada tempat khusus gak, kayak di studio atau di rumah?

Sebenernya bisa di mana aja. Di kafe bisa, di kamar bisa, di studio prodi juga bisa. Lagipula aku gak punya studio sendiri. Yang penting ada inspirasi, ya langsung digarap aja di mana aja.

Dalam hal medium melukis, kamu lebih senang yang digital atau manual?

Lebih seneng manual sih. Kalau digital aku masih minim ilmu, masih perlu banyak belajar lagi. Fasilitasnya juga terbatas karena mesti pakai laptop atau tablet. Kalau manual kan bisa dari mana aja. Dari segi pewarnaan, sketsa, dan bentuk, bisa lebih bebas. Aura klasiknya juga lebih dapet.

Membuat seni lukis itu kan pasti ada proses kreatif dulu ya sampai akhirnya jadi karya yang matang. Nah, proses kreatif kamu sendiri biasanya gimana pas melukis?

Pertama-tama dari pengalaman pribadi dulu. Aku bayangin dulu di kepala, harus ada komponen-komponen tertentu, baru aku sketsa di kanvas. Setelah itu baru pewarnaan. Tapi kenyataannya bisa lebih kompleks, kadang aku eksplor berbagai medium kayak lilin, pembakaran, dan lain-lain buat dapetin kesan tertentu. Aku pernah pakai resin dan media lain yang belum banyak dicoba. Aku pengen bisa nyampur-nyampur gitu.

Sepakat sih. Jadi seorang seniman tuh perlu mengeksplorasi banyak hal dan berani bereksperimen.

Iya, sepakat, kak. Karena dari situ karya kita bisa lebih berkembang.

Keterlibatan di Acara Voyage of Discovery

Bisa ceritakan tentang karya yang kamu tampilkan dalam Voyage of Discovery tanggal 19 Juli 2025, yaitu “Karma”?

Di karya yang bertajuk “Karma,” aku mengangkat konsep aksi dan reaksi dari perbuatan kita. Aku tampilkan cermin untuk merepresentasikan perbuatan. Kalau kita melakukan hal baik, maka balasannya juga baik. Ada juga unsur lilin yang maknanya kalau kita ingin menghasilkan kebaikan, kita harus berkorban, kayak lilin yang memberikan cahaya tapi membakar dirinya sendiri.

Dalam sih makna metaforisnya. Kamu juga menampilkan karya “Terlahir Kembali” dan “Berpacu.” Boleh ceritakan juga dua hal itu?

Kalau yang “Terlahir Kembali,” visualnya kayak bayi dalam plasenta di kandungan. Aku merasa terlahir kembali saat menjadi Vanka. Gak ada tekanan berat, kayak, “Oh, begini lho dunia.” Saat kita terlahir kembali, kita merasa menemukan diri yang baru, yang fresh, walau tetap ada banyak tuntutan.


Wah, maknanya kayak emansipasi atau pembebasan diri gitu ya, dari ekspektasi yang menghujam ke menjadi diri sendiri yang lebih lepas. Kalau yang “Berpacu” gimana?

Kalau Berpacu, itu lanjutan dari “Terlahir Kembali.” Setelah merasa lahir kembali, aku merasa bisa menjalani hidup dengan cara aku sendiri.

Kapan kamu mulai mengerjakan karya “Karma”?

“Karma” digarap sekitar dua minggu sebelum pameran. Tantangannya gak begitu ada, tapi kesannya itu aku berani mengeksplorasi media. Gak takut di-judge, merasa bebas dan leluasa buat berkarya.

Bagaimana perasaanmu berpameran di Voyage of Discovery di Purwakarta?

Seneng banget. Pas opening ramai yang datang. Banyak yang tertarik sama dunia seni rupa. Responsnya positif. Beberapa pengunjung bilang, “Wow,” dan mengapresiasi karya-karya aku. Aku sih seneng banget dengan kehadiran mereka. Itu udah cukup banget karena dari situ kita tahu banyak orang yang sefrekuensi sama kita.

Siapa saja sosok atau komunitas yang ikut mendorong atau terlibat dalam partisipasimu di acara ini?

Pastinya dari Rupa Purwakarta yang selalu support. Terus dapat dukungan juga dari Nyimpang, Coffee Rider, Urang Purwakarta, dan lainnya. Alhamdulillah, respons mereka positif dan ikut bantu promosiin acara ini.

Apa hal yang kamu pengen sampaikan ke pihak-pihak yang udah men-support kamu di kegiatan ini?

Semoga seni rupa bisa lebih dipandang dan diminati warga Purwakarta. Harapannya ada wadah sendiri atau kegiatan yang bisa jadi medium buat berkembang.

Workshop Pottery

Apa yang kamu ajarkan dalam workshop pottery setelah pameran?

Aku di situ sebagai fasilitator. Aku share ke teman-teman yang mau belajar bikin keramik. Kita bikin dari jari-jari aja, tanpa roda pemutar. Aku juga kenalin alat-alatnya dan cara pakainya. Pesertanya lumayan banyak, sekitar 25 orang. Slotnya langsung habis dalam semalam.

Peserta workshop-nya biasanya datang dari kalangan apa?

Pesertanya beragam. Ada yang sudah berkeluarga, masih sekolah, ada yang kerja, dan kuliah. Tantangannya gak begitu banyak. Mereka enjoy dan kami sebagai fasilitator siap bantu siapa pun yang pengen bikin karya.

Penutup

Apa rencana ke depan kamu dalam hal seni rupa?

Aku pengen ngadain pameran lagi, mungkin skalanya lebih besar di bulan-bulan mendatang. Masih di Purwakarta. Karena di sini gak ada galeri seni, rencananya aku bakal tampilin karya-karyaku di coffee shop sekitar akhir Agustus.

Apa pesan untuk pembaca Nyimpang yang tertarik dengan dunia seni lukis?

Semoga dengan adanya pameran-pameran di Purwakarta ini bisa menginspirasi pembaca Nyimpang.

Minpang di sini~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like
Yuk Berkawan

Bareng-bareng kita berkarya dan saling berbagi info nongkrong di grup whatsap kami.

Promo Gack dulu, dech Ayooo Berangkat!