Mimpi Piala Dunia
Obrolan tentang sepakbola di piala dunia kini telah berlalu
Seperti genangan air di jalanan yang dihisap mentari
Seperti pergumulan para pengendara yang terurai di perlintasan kereta api itu
Seperti juga pemilihan presiden yang Kita sebut pesta
Sebab di sana ada yang membagi amplop
Seperti itulah hajatan yang bukan hajat hidup Kita
Perbincangan soal nasionalisme pesepakbola kini telah berganti
Seperti purnama yang disalip lampu-lampu cafe
Atau seperti trotoar yang diduduki para pedagang
Seperti juga Pemilu yang setelah itu layu
Sebab janji-janji yang membumbung tinggi
Menjauh dari ibu pertiwi
Seperti itulah keinginan yang bukan kehendak Kita bersama
Namun sebelum pulang, sahabatku berkata:
Menginginkan Indonesia ikutan piala dunia itu
seperti halnya Kita menginginkan Pemilu hilang di negara ini
23 Desember 2022
Mimpi-Mimpi
Matahari terbit di atas mimpi-mimpi yang lelap
Petani menandur kata-kata bijak itu
Guru-guru sekolah mengajarkan anaknya untuk tidak berbohong
Seperti yang dilakukan mereka untuk dipilih
Matahari bercokol terik
Buruh pabrik beristirahat setelah menenun jargon-jargon itu
Guru-guru sekolah mengajarkan anaknya untuk tidak menipu
Seperti mereka yang bekerja untuk menyerap anggaran negara
Matahari tenggelam
Mengubur mimpi-mimpi itu
Guru-guru sekolah dan anak-anaknya menyaksikan negara digerogoti setan
yang menjelma penyelenggara segala acara
yang semuanya bertujuan Satu: menghabiskan anggaran negara
Matahari diganti rembulan
Mimpi-mimpi buruk berganti masyarakat yang madani
yang berbohong hilang
yang menipu sirna
Sebab lenyaplah sudah Pemilu itu
Di tangan guru-guru sekolah dan anak-anaknya yang mau
Menyaksikan matahari terbit lagi di atas mimpi-mimpi
24 Desember 2022
Mimpi mimpi mimpi
Suatu hari Kita menyadari ini dan itu
Bahwa kepahitan adalah jamu
Bahwa kesakitan adalah tempaan pedang
yang memenangkan peperangan
Dan kelaparan adalah penyegaran
Esok hari Kita melewati jalanan yang mulus
Bahwa kemacetan panjang hanyalah kemarin
Bahwa rasa muak menunggu telah usai
Dan tenaga-tenaga yang hilang tidaklah terasa
Dan kelaparan hanyalah penyegaran
Hari ini Kita enggan melakukan apa-apa
Namun mengutuk penderitaan
Kita anti penderitaan
Dan menganggap kelaparan adalah penderitaan
Dan Kita anti penderitaan
Lalu Kita mewariskannya
Esok hari Kita menyaksikan ini dan itu
Bagaimana anak-anak Kita menipu masyarakat
Bagaimana mereka berebut kursi
Bagaimana mereka berkelompok-kelompok
untuk menipu masyarakat
Bagaimana mereka gemar memampang wajahnya di tepi jalan
Bagaimana mereka gemar menipu masyarakat
dengan jargon-jargon di baliho
Dan di surga
Kita mengalami hidup seperti peradaban yang (telah) Kita wariskan
25 Desember 2022
Keren. Teruslah menulis, Kawan.