“Banyak anak banyak rezeki, dua anak lebih baik, atau hidup berdua saja sampai maut memisahkan.” Pilih mana hayo?
Halo, semua! Akhir-akhir ini lagi rame banget pro-kontra soal childfree, ya. Terkhusus, persoalan ini menyorot influencer muda kondang Gita Savitri, yang dianggap paling aktif menggaungkan childfree oleh sebagian besar netizen.
Fyi, childfree adalah konsep yang muncul di abad ke-20. Secara etimologi, kata childfree berasal dari bahasa Inggris yang berarti tanpa anak atau bebas anak.
Ada buku berjudul The Future of Marriage yang ditulis oleh Jessie Bernad (1982). Buku tersebut menjelaskan konsep pernikahan di Amerika. Bernard membaginya dalam 2 konsep; his marriage dan her marriage.
Menurut Bernad, dalam hubungan pernikahan ada suatu ketimpangan antara situasi yang dialami oleh laki-laki dan situasi yang dialami perempuan. Contohnya, laki-laki memiliki kebebasan setelah menikah sedangkan perempuan terikat dengan peran domestik (melayani keluarga dan mengurus anak). Nah, contoh barusan adalah cikal bakal konsep childfree yang pada akhirnya –mungkin difungsikan sebagai bentuk kesetaraan gender. Jadi sebetulnya childfree ini bukan konsep baru, hanya saja di Indonesia mungkin baru tersorot, gitu
Oke lanjut.
Basa-basi dulu, kebetulan saya pengikutnya Gita Savitri (tapi bukan followers fanatik yang udah lama ngikutin, sih). Hanya saja, sejauh ini setiap menonton kontennya, saya cenderung sepakat dengan apa-apa yang ia sampaikan.
Gita ini memang agak nyentrik, dan bukan sekali dua kali saya menyaksikan argumen judgemental yang dilontarkan orang-orang kepadanya. Mulai dari cara dia berpakaian, dianggap so iye, hingga perspektif yang menurut sebagian orang “ekstrem”.
Sebelumnya saya enggak terlalu perduli dengan ragam cuitan yang menyerang Gita, toh saya juga merasa dapat informasi bermanfaat dari konten-kontennya. Sampai pada akhirnya, pernyataan Gita baru-baru ini menggerakkan hati dan tangan saya untuk menulis —yap, yang ada botox-botoxnya itu.
Meskipun saya followers, tulisan ini bukan ditujukan untuk membela blio. Justru, baru kali ini saya ikut mengernyitkan dahi. Pengen mengeluarkan unek-unek, soalnya dibenak terbesit;
“Kok bisa seorang Gita bilang gini?”
Padahal, selama saya menonton konten-kontennya, ia selalu menggaungkan kebebasan perempuan dalam memilih, termasuk untuk memiliki anak ataupun tidak. Tapi kok lama-lama Gita sendiri seperti sedang mengkampanyekan childfree, ya?
Yok kita bahas bareng-bareng. Bukan untuk menghakimi, tapi julid dikit enggak apa-apa kan ya? haha canda. Disclaimer, tulisan ini tidak mengandung bobot referensi yang kuat, hanya uraian asumsi dan unek-unek saja. Mari fokus ke asumsi ‘kampanye childfree yang dilakukan Gita’ Bahas mengalir saja ya.
Pertama-tama, pilihan seseorang untuk melakukan childfree atau tidak adalah hak personal, alasan dan latar belakangnya pun tentu bersifat subjektif. Bias dan sukar jika diperdebatkan, pasti debat kusir.
Yang saya herankan dari pernyataan Gita, narasinya terlihat jelas sekali mengarah pada kampanye childfree. Ini penglihatan saya lho ya, kebetulan minus 4.
“Tidak punya anak memang anti aging alami. Anda bisa tidur selama 8 jam setiap hari, tidak stress mendengar anak-anak berteriak. Dan ketika Anda akhirnya keriput, Anda punya uang untuk membayar botox.” (Pernyataan tertulis Gita disalah satu kolom komentar)
Semenjak booming childfree, sebetulnya banyak kok orang yang tidak menyalakan pilihan Gita. Namun kali ini, narasi yang ia lontarkan seolah mengatakan bahwa “pilihannya paling perfect“, terkesan merendahkan pilihan orang lain yang memilih punya anak.
Saya sepakat dengan salah satu artikel di nyimpang.com yang membahas adanya logical fallacy dari pernyataan Gita. Intinya, gak ada sangkut paut antara “awet muda” dengan pilihan “punya anak atau tidak”. (Baca Gita Savitri, Awet Muda, dan Ujian Nalar Kita)
Kemudian, bisa diperhatikan dengan seksama, Gita memberitahukan kepada khalayak bahwa childfree yang tengah ia terapkan memiliki impact positif.
Sampai-sampai Nora Alexandra (Istri Jerinx drummer SID) ikut ngomong, lho. Nora mengatakan, pernyataan Gita Savitri itu menyakiti banyak pihak. Nora sendiri kepingin punya anak, tapi belum dikaruniai oleh Tuhan dan pernyataan Gita jelas terdengar menjengkelkan bagi orang-orang yang menginginkan buah hati.
Selain Nora, istri sutradara Hanung Bramantyo juga ikut nimbrung.
“Ada 6 anak, umurku 35 tahun, tidur cukup dan ngerasa makin muda,” kata Zaskia Adya Mecca.
Intinya, bahasan childfree emang lagi rame-ramenya deh di Indonesia. Recok banget; saling adu kebenaran, ada yang bawa rasionalitas, bawa ego bahkan bawa dalil. Padahal, kita semua punya kebenaran versi masing-masing.
Sebagai pengikut yang sedikit banyak tau penyampaian “Gita”, saya jadi menebak-nebak, apakah pernyataan yang ia lontarkan didorong oleh sisi emosional? Secara, Gita emang lagi dihujat terus semenjak booming milih childfree. Tapi setau saya, biasanya Gita menyampaikan pesan dengan baik.
Sekarang pasti Gita kena penghakiman dari banyak pihak, termasuk golongan konservatif. Ini Indonesia, dan dominasi penganut agamanya adalah muslim. Ya, kalian tau sendirilah gimana ramenya netizen di kolom-kolom komentar.
Mau latar belakangnya karena faktor ekonomi, mental, personal, budaya atau alasan populasi, konsep childfree tetap dianggap tidak sejalan dengan ajaran Islam. Biar gak kepanjangan, kalian search sendiri aja deh ya di google, ketik: childfree dalam pandangan Islam.
Pokoknya yakin, sampai kapanpun gak akan selesai kalau diperdebatkan. Tapi resiko lawan arus kan begitu, mau serasional apapun ungkapan Gita, sebagai minoritas yang memilih childfree, mau tidak mau Gita mesti siap menerima hujatan.
Bukankah penghakiman dan penilaian merupakan salah satu resiko atas apa yang menjadi pilihan masing-masing kita? Sabar ya Git, hujatan orang-orang di luar kendali kamu. Semakin kamu kampanye dan memaksakan rasionalitas “pribadi”, kolom komentarmu pasti semakin banjir. (Jadi inget Bu Mega hiks)
Paragraf ini unek-unek, izinkan saya bertanya-tanya.
Greget Git, kenapa harus bilang gitu? motivasinya apa? membanggakan childfree? kampanye? atau apa? sebagai pengikut kan saya ikut bingung. Mbak Gita bebas kok milih childfree, mbok ya jangan ngajak-ngajak. Narasi yang kamu lontarkan kayak lagi promosi produk, tau 🙁
Melalui tulisan ini, selain melontarkan unek-unek, sebenernya saya ingin mengajak pembaca di manapun berada untuk sama-sama refleksi. Yang masih koar-koar ribut sana sini (maksain kebenaran pribadi), ayolah, kawan~
Benar-salah, baik-buruk, positif-negatif, semua itu gak bisa dicerna dan diyakini secara saklek!
Di luar konsep Marxis ataupun kapitalis, secara fitrah; sebagai manusia kita punya banyak kebebasan, dari mulai kebebasan berpendapat, kebebasan mencari, kebiasaan memilih, kebebasan mencerna hingga kebebasan bertindak, apalagi? Sangat disayangkan apabila “kebebasan” dijadikan alat untuk merendahkan pilihan dan keyakinan orang lain.
Ruang maya sekarang seperti ladang penghakiman ya, sungguh melelahkan. Gita vs Netizen, siapa yang benar, siapa yang salah, emang penting? Semuanya hanya soal “Setuju, sepakat, relate atau enggak.” Tulisan ini juga kandungannya; ‘asumsi’ berbentuk ungkapan ketidaksepakatan, soal benar tidaknya, tergantung dilihat dari kacamata siapa. Iya kan?
Buat semuanya, baik Gita maupun netizen yang budiman:
Mau banyak anak kek, mau dua anak doang, mau enggak anakan pun emang ngapa? Terus, mau keriput, awet muda atau jomlo seumur hidup pun, pan ujung-ujungnya mati. Plis, deh.
Hanya karena orang lain berbeda dengan kita, dan kita punya kebebasan berpendapat. Apakah kita punya hak untuk menyakiti orang lain?
hiii tehh!! kebetulan aku juga salah satu followers gitasav, dann kmren aku sempet nemuin opini gini, “wah, ada red flag baru guys! kalo ada cewe yang follow gitasav, Rachelvenya, sama awkarin, skip guys, mundur aja”. dari situ aku mikir, ha? nge follow mereka dianggap red flag? emang followers selalu pro sama yg fia ikuti? kan enggaa. eh buseh malah keluar topik. oke kembali ke laptop, kalo dari aku pribadi, aku ga sampe kepikiran kalo gitasav ada “peng-kampanye-an” disini. pokonya ketika hal itu baik bagi aku, aku ikutin, kalo kurang baik, ya udah biarin aja. itu hak dia dan aku ga akan ikut campur urusan orang lain. jd kalo aku tim netral, ga ngedukung, juga “gaada” alasan untuk kontra juga. bukan “gaada”. mungkin “belum”. abis baca tulisan ini,aku jd tau pendapat org lain dr sisi kanan maupun kiri. thnk uuuuu