Dari Obrolan Semalam
Lilin yang telah padam tidak menggantikan kehilanganmu
Api sudah pergi dan kau mendoakannya sepanjang waktu
Kepada cahayanya kau berjanji menjadi orang baik, tapi di kegelapan kau tidak bisa menunjukkan itu semua
Dan kematian selalu menanggalkan sisa-sisa
Pemberian terakhirnya sekarang adalah lelehan kasih sayang yang memadat
Kau jaga baik-baik, sebab tahu, yang telah pergi tidak akan pernah kembali
Katakan suatu saat kau akan bertemu lagi dan menepati semuanya, katakan selama ini kau telah berhasil melewatinya.
Mari Bercerita
Di atas genting rumahmu petir meledak-ledak
Dan kutitipkan tanya pada hujan untuk kau baca dari balik jendela
Apakah keinginanmu mencaci maki ketidaktahuanku begitu tinggi?
Hingga bibirmu yang menyembunyikan apa-apa itu mengundang keguruhan
Basahi telingaku, sampaikan tubuh mana yang telah terluka
Mulailah untuk menjawab
Biarkan kita terbasahi pembicaraan panjang
Dan semua ketakutan yang menderas pun bakal berhenti
Menudung Sajikan Iman
Pensil-pensil di atas meja, kau susun menjadi piramida
Dan seorang pria dari belakang rusukmu keluar, merubuhkan tumpukan itu dengan penisnya
Rubuh, dibangun lagi
Dirubuhkan lagi, kau susun kembali
Terus hingga akhirnya kau biarkan pensil-pensil sejenak berantakan di kamarmu
Si pria abadi dan keinginan untuk terus menyusun pun belum mati
Kau pergi ke dapur dan meninggalkan pria itu di kamar
Melihat makanan di meja Lalu bertanya
“Mengapa kita tidak pernah menudung sajikan iman sehingga mudah dicuri kucing liar?”
Pohon-Pohon Telah Pergi
Dari kamarmu, langit-langit kayu menggema dirinya sendiri
Dan mulai merindukan tempatnya berkumpul, sebelum menjadi sunyi
Kau bertanya “mengapa teman-teman datang dan pergi dan kadang-kadang membutuhkan kita dan sibuk sendiri-sendiri dan melupakan kita lagi?”
“Aku dan kalian pernah merindang bersama. Lalu ditebang karena harus mencari kerja.”
Membayangkan tawa dari gemeresik daun yang bersenda gurau
Kau ingin terlempar kembali ke masa-masa penuh semangat itu;
Di mana waktu hanya bahan baku untuk membagi tawa dan cerita
Apapun Itu Asalkan Bukan Sepi
Kau meminta suara-suara dan orang-orang saling bicara tapi tidak mengisi apa-apa
Ceruk di kamarmu itu menganga sebagai jawaban yang kurang tepat
Dan ia ingin benda padat yang disebut berbahagia untuk menutupinya: Liburan, teman-teman, makanan dan apapun itu asalkan bukan sepi
Di ujung pertanyaan rumitmu, tidak ada yang pernah melengkapinya
Kata-kata tidak mampu memanjangkan diri sebagai tindakan
Kau akhirnya mencoba pulang ke puisi tapi kekurangan itu terus menghantui
Dan bersama angin yang menggema di lubang dinding, kau berlari.