Meniti Tangga Asa

Meniti Tangga Asa Untuk kedua raga yang aku cintai Badai akan ku terjang, samudra akan

Meniti Tangga Asa

Untuk kedua raga yang aku cintai

Badai akan ku terjang, samudra akan ku seberangi

Demi mimpi yang tak terucap, namun tersimpan banyak harap

Langkah yang terkadang goyah

Terus terjatuh dan terluka

Tak akan menghilangkan tekadku ‘tuk berusaha

Aku percaya, tidak ada cita yang mustahil selama doa menyertai

Meski tangis darah terus menetes di bumi

Meski panah tajam terus menghujani

Aku berjanji, takkan berhenti sebelum asa itu terjadi

Maka tolonglah, jadikanlah kedua raga itu abadi.

Jejak Waktu

Di hamparan waktu yang tak berujung,

Lukisan hidup terukir, bagai benang kusut terjalin.

Dari embun pagi menyapa, hingga mentari senja pun tiba,

Langkahku terukir dalam jantung yang terus berdetak.

Berawal dari masa kanak-kanak yang penuh canda tawa gembira,

Hingga tumbuh dewasa yang tak terasa, membawa tanggung jawab masa depan dengan hati yang lapang.

Seperti secangkir kopi hitam, yang pahit manisnya tercampur menjadi satu,

Seperti ombak yang datang dan pergi,

Begitulah hidup. Kadang suka, kadang duka.

Kadang tenang, kadang bergelombang.

Untuk kita semua yang terlahir ke dunia,

Tolong nikmatilah segala proses yang sedang diperjuangkan.

Karena setiap detik adalah anugerah yang patut kita syukuri dengan penuh rasa.

Tak Kunjung Padam

Bagai daun gugur yang terbawa angin,

Kisah kita melayang, tak menentu arah.

Bayangmu yang selalu terpikirkan olehku,

Seolah meluruhkan tembok yang lama ku bangun.

Aku tak tahu, apakah rasa ini telah benar-benar usai?

Namun, mengapa aku masih terus merindukanmu?

Bahkan, alam bawah sadarku ingin kita kembali bertemu.

Apakah saat ini aku terjebak dalam masa lalu?

Oh tidak,

Lagi dan lagi, harapanku hanya satu.

Mampukah kita kembali mengukir kenangan seperti dahulu?

Jika iya, itu hanya haluan semata atau realita yang sementara?

Lalu, apa bedanya?

Terima Kasih

Seperti sinar pagi yang hangat,

Seperti rembulan malam yang bersinar,

Kasih sayangmu, menembus hati, menyentuh jiwa.

Ayah, Ibu,

Terima kasih telah menjadi pelabuhan hidupku yang penuh badai.

Terima kasih telah menuntun langkahku ke jalan yang terang.

Jika bukan karena doa dan perjuanganmu, aku hanyalah debu di jagat ini.

Nasya Putri Azzahra adalah seorang mahasiswi kelahiran Oktober 2006. Semasa SMP, Nasya sempat gemar membaca dan menulis cerita fiksi. Namun, sejak memasuki jenjang SMA, hobi tersebut perlahan memudar. Kini, di masa kuliahnya, Nasya lebih menikmati waktu luang dengan menonton drama Korea yang menjadi hobinya saat ini.

Related Post

No comments

Leave a Comment